Tentang Gunung Penanggungan

11

Kabar Terakhir Situs-situs di PAWITRAN (Gunung Penanggungan)

deddy5

Gunung PAWITRAN yang sekarang dikenal sebagai gunung Penanggungan menurut kitab TANTU PAGELARAN adalah wilayah yang amat disucikan. Disana diceritakan ketika Nusa Jawi belum stabil, maka para dewa diminta memindahkan gunung Mahameru dari India. Ketika diangkat beramai-ramai, gunung tersebut berceceran disepanjang Sumatera dan Jawa (Pegunungan Bukit Barisan, Pegunungan Kendeng) dan puncaknya runtuh menjadi gunung PAWITRAN dan badannya diletakkan sebagai penyeimbang tanah Jawa menjadi gunung MAHAMERU (Semeru saat ini yang merupakan gunung tertinggi di Jawa). Karena posisinya sebagai puncak, tentunya dalam legenda itu sangat dihormati. Dalam kenyataan kekinian, gunung Penanggungan diapit 4 gunung lainnya yaitu : Gunung BEKEL, Gunung GAJAHMUNGKUR, Gunung KEMUNCUP dan Gunung SARAHKLOPO. Karena mempunyai 5 puncak tadi, dalam kepercayaan Jawa disebut : PANCAWALI KRAMA (bersatunya 5 kekuatan utama).

Atas beberapa alasan itu, sejak ribuan tahun lalu telah digunakan sebagai area suci bagi kaum pertapa dan pendidikan bagi ksatrya (khususnya calon raja di Jawa Timur), mereka inilah yang membangun situs-situs yang tersebar di keempat gunung perwara (pengawal) dari Pawitran. Seorang arkeolog Belanda pernah melaporkan dalam bukunya telah mencatat 81 situs yang pernah didatanya. Tetapi saya juga pernah ditunjuki oleh seorang warga negara Belgia ketika berkunjung kesana, dia mempunyai buku laporan arkeolog dengan 163 situs yang tersebar disana ….. wah … banyak juga. Saya tidak tahu apa motivasi kedatangannya, apakah hanya melakukan pendataan ulang arkeologi ataukah mencari sesuatu lainnya, sebab diakhir buku tersebut ada resume yang menyatakan masih banyak yang belum terdata saat buku itu dirampungkan.

Terdorong keinginan melacaknya, saya bersama 2 orang rekan turun ke wilayah berbahaya yang dinamakan JURANG JERO, bahaya karena terjal dan beroksigen minim yang bisa menidurkan seseorang hingga menemui ajal. Dan saya menemukan ada dua situs ditempat yang cukup ekstreem. Ketika hendak pulang menaiki tebing kami tidak menemukan jalan sehingga berputar-putar saja di wilayah itu (faktor kesulitan medan bukannya mistis) selama 3 hari, dan dinyatakan hilang oleh Pos Pemantau sehingga didatangkan Tim SAR Gabungan dibantu masyarakat desa Balekambang, Seloliman dan Kedungudi mencari kami. Tetapi pada hari ke tiga sempat turun hujan, sehingga tubuh yang dehidrasi pulih kembali dan kami dapat turun sendiri ke desa Balekambang.

Gunung Penanggungan tingginya hanya separoh dari Gunung Arjuna, tetapi faktor keterjalan gunung dan minimnya sumber air mencatatkan gunung ini juga pemegang rekor mematikan pengunjungnya.

deddy4

BABAK BARU PENELITIAN DIATAS GUNUNG PENANGGUNGAN

Gunung Penanggungan punya beberapa nama : PAWITRA dan ARDI PANCAWALIKRAMA. Merupakan lokasi gunung tersuci pada eranya karena menyimpan : Pustaka Keagamaan dan Peradaban.

Mempunyai 5 puncak, 1 puncak utama dengan 4 puncak perwaranya. Merupakan tonggak keberhasilan leluhur Nusantara melebur ego golongan demi suatu tujuan yang jauh lebih besar dan mulia. Di puncak perwara itulah dahulu ada Dharmasrama : Karesyan (Kejawen); Kasaiwan (Hindu); Kasogatan (Budha) dan Kabuyutan berkolaborasi demi Nusantara.

Ketika peradaban di Jawa harus jatuh bangun akibat peperangan dan bencana, di gunung ini semua kejadian di pustaka kan dan diabadikan keberadaannya. Karena pada era lampau, hanya pusat keagamaanlah yang terbiasa dengan budaya tulis selain pusat pemerintahan. Di tempat itu pulalah sebuah konsep ke tata negaraan dianalisa untuk diperbaiki dalam penyempurnaan era berikutnya.

Banyak yang tidak paham menganggap situs yang ada tinggalan Majapahit, padahal lebih dari itu ada prasasti era Sri Maharaja Rake Hino Mpu Sindok dari abad ke 9, kalau abad ke 9 saja sudah dimuliakan maka siapapun yang memulai jelas dilakukan JAUH sebelum itu.

Ketika kita yang hidup di era modern semakin kehilangan jatidiri, tidaklah salah bila kita kembali membuka catatan masa lalu di pustaka suci Penanggungan ini. Agar lebih paham tentang siapa sesungguhnya kita dan seberapa perkasa dan seberapa lemah DNA yang menyusun tubuh kita ini.

Saya pribadi sejak usia 12 tahun (1979) harus menjalankan tradisi keluarga atas Pawitran hingga kini. Berusaha menjaga dan memahami setiap tata nilai para leluhur. Kadang terasa berat harus melakukan seorang diri sementara pihak lain asik dengan ego pribadinya diatas gunung suci ini.

Pada 09 Januari 2016, telah menjadi babak baru dari kesepakatan suci para ksatrya yang mengikrarkan diri untuk berdharma sama dengan apa yang saya lakukan. Sekumpulan orang dengan berbagai keahlian dari berbagai golongan bertekad untuk menjaga dan belajar kearifan gunung Pawitra. Disepakati akan adanya kepanitiaan guna melakukan kajian bersama, wadahnya mengambil nama : Forum PANCAWALIKRAMA. Kelak anggotanya adalah : Pemerintah; Lembaga Akademik; Swasta; Pemerhati dan Masyarakat Sekitar. TIDAK ADA YANG BOLEH MENDOMINASI DIATAS GUNUNG SUCI PAWITRA SEPERTI HALNYA YANG DIIKRARKAN PENDAHULU KITA. Karena ilmu pengetahuan adalah hak bagi semua yang mau belajar atasnya.

Saya pribadi mengucapkan terimakasih dan selamat atas terbentuknya FORUM PANCAWALIKRAMA, semoga upaya kita seiring dengan apa yang pernah dilakukan pendahulu senantiasa mendapat restu Tuhan YME dan alam semesta.

deddy3

JANGAN MUDAH MAIN KLAIM PENEMU SITUS DI ATAS PENANGGUNGAN

Gunung PENANGGUNGAN atau PAWITRA atau ARDI PANCAWALIKRAMA merupakan kawasan gunung dengan peninggalan situs terbanyak di Indonesia bahkan Asia atau mungkin Dunia.

Kawasan Gunung Penanggungan telah ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Provinsi oleh Gubernur Jawa Timur. Sejarah riset atau penelitian atas kawasan ini cukup panjang, sayang data penelitian itu terdampar di perpustakaan kelembagaan tanpa bisa di akses masyarakat luas. Catatan terbanyak atas pendataan situs sebanyak 81 situs dilakukan oleh WF. Stutterheim. Sedang catatan yang tidak dipublikasikan di Leiden mencatat 167 situs.

Saat ini BPCB Jawa Timur memelihara 32 situs gunung dan 8 situs kaki gunung yang dilengkapi tanda pengenal dan juru pelihara. Sedangkan situs lainnya banyak sekali tersebar di gunung-gunung perwara tanpa identitas jelas.

Tipikal gunung Penanggungan yang selalu terbakar setahun sekali dan kemudian diguyur hujan lebat awal musim telah merubah morfologi gunung berupa longsoran setiap saat. Tidak jarang situs akan hilang dari pantauan akibat munculnya belukar lebat yang menutupinya atau terkena longsoran. Dan longsor serta kebakaran pula kadang menjadi singkapan arkeologis situs baru.

Tidak ada satu orang ahlipun menentukan jumlah pasti dari sebaran situs Penanggungan. Diharapkan kedepan dengan teknologi GPS dan pemasangan tanda yang jelas akan bisa mendata ulang semuanya.

Yang jadi masalah adalah adanya “Peneliti Liar” yang mudah secara sepihak melakukan klaim Seakan penemu situs Penanggungan. Padahal penduduk dan para pendaki sudah tahu lama hal itu. Yang paling keterlaluan adalah klaim pada situs yang sudah diregister BPCB dan punya juru pelihara. Masa ada temuan atas situs bertanda label register dilengkapi juru pelihara lagi.

Maka ke depan, istilah paling tepat bagi ekspedisi Penanggungan adalah PENDATAAN SITUS PENANGGUNGAN. Sebab kalau kita konsisten pada pemahaman :

Penemuan Baru :
Adalah temuan tidak disengaja oleh seseorang akibat kegiatan keseharian atau adanya singkapan arkeologis. Misal : menggali sumur menemukan arca, tebing longsor memunculkan candi, dsb.

Eskavasi Arkeologis :
Upaya pencarian BCB berdasarkan data dan analisa pendukung yang dimiliki. Misal : menggali kotak eskavasi berdasarkan petunjuk atau analisa prasasti, membuka kompleks bangunan dari penemuan disekitarnya, dsb.

Pendataan Kekunoan :
Melakukan pendataan atas BCB yang masih tampak dipermukaan, diketahui oleh lingkungannya dan bahkan masih dimanfaatkan oleh lingkungan. Misal : punden desa, dsb.

Untuk kasus Penanggungan akan lebih tepat bila disebut PENDATAAN ULANG saja, mengklarifikasi data penelitian sebelumnya. Bila memang ada singkapan arkeologis atau eskavasi baru maka akan bisa dijadikan catatan tambahan. Jangan semuanya diklaim sebagai temuan seperti yang banyak beredar di media massa. Lha temuan 1 arca saja bisa bikin heboh dunia arkeologi kok, ini ada klaim temuan ratusan situs … ya jelas tambah heboh lah. Beberapa puluh diantaranya bahkan ditemukan lengkap dengan juru peliharanya … ya semakin heboh nantinya.

Demikian adanya, selamat datang melakukan PENDATAAN ULANG SITUS PURBAKALA DI GUNUNG PENANGGUNGAN.

deddy2

MASIH TENTANG PENANGGUNGAN …

Nama ARDI PANCAWALIKRAMA muncul dikalangan kaum adat : Karesyan dan Kabuyutan, diperkirakan pemakaiannya bersamaan dengan pemakaian nama PAWITRA.

Bila nama PAWITRA berasal dari Jawa Kuna yang menyerap bahasa Sansekerta mempunyai arti : Suci atau Sumber air suci Amerta. Ini berkonotasi kepada agama Kasaiwan (Hindu) dan Kasogatan (Budha) yang mengadopsi budaya India dalam upaya akulturasi seperti yang dipaparkan dalam karya sastra TANTU PAGELARAN. Dimana tanah Jawa yang berguncang keras tidak stabil berusaha ditenangkan dengan memindahkan gunung Mahameru sebagai pasak bumi Jawa. Telah melahirkan legenda beberapa gunung suci dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Akhir dari cerita itu adalah dengan memotong puncak gunung yang dipindahkan dan meletakkannya diposisi poros utama dan dinamakan PAWITRA.

Hegemoni proses Indianisasi keyakinan di masa lalu jelas mendapat perlawanan dari agama asli yang sudah ada : Karesyan (Kejawen) dan Kabuyutan. Karesyan adalah kepercayaan Kejawen yang mempunyai dewa-dewi lokal dan mempunyai aturan atau pranatan seperti agama pada layaknya. Dilain sisi Kabuyutan adalah bagian lebih primitif dari kepercayaan Nusantara terutama yang hidup di Jawa, berkeyakinan bahwa Tuhan tercermin dalam keperkasaan Ayah sang Takdir dan kasih sayang Ibu sang Bumi Semesta Raya. Dan roh para leluhur yang akan melindungi anak keturunan pelanjut peradabannya.

Upaya perebutan pengaruh yang memakan banyak korban akhirnya memberi pencerahan sejati bagi semua pemuka agama dan kepercayaan tersebut. Bahwa ketika agama dibawa keluar dari jalurnya serta ditunggangi oleh kepentingan kekuasaan akan berubah sifat arifnya bagi semesta menjadi alat pembunuh bak sang Bhatarakala.

Keempatnya kemudian sepakat mendirikan kesetaraan dan komunikasi mencegah kehancuran dunia akibat pertikaian keagamaan. Tidak mengaku lebih tinggi satu dari yang lain, menitik beratkan ajaran bagaimana menjadi mahluk BAIK dan bukan mengajarkan menjadi algojo semesta karena meyakini agama secara membabi buta.

Maka berdirilah dharmasrama keagamaan di puncak perwara yang berjumlah empat itu, puncak Bekel adalah wilayah Kasaiwan (Hindu); puncak Sarahklopo adalah wilayah Karesyan (Kejawen); puncak Kemuncup adalah wilayah Kasogatan (Budha) dan puncak Gajahmungkur adalah wilayah Kabuyutan. Keempatnya juga sepakat bahwa puncak utama adalah wilayah suci yang harus dijaga bersama.

Lebur sudah ancaman RACUN PERTIKAIAN KEAGAMAAN menjelma menjadi kekuatan baru bernama PANCAWALIKRAMA. Lahir atas kerendahan hati untuk duduk bersama demi kejayaan Nusantara. Dan para penguasa (raja) menggelari para pemimpin keagamaan di Pawitra dengan gelar GIRINATHA : Raja semesta atau Raja yang bertahta di gunung.

Dari atas gunung suci ini pula ilmu pengetahuan serta ilmu ketatanegaraan disebarkan. Para penguasa (raja) beberapa era dinasti bahkan mendudukan GIRINATHA Wangsa dalam pemerintahan dengan posisi terhormat serta dilengkapi HAK VETO.

Demikian sekilas info … dari masa lalu gemilang untuk jadi pembelajaran kembali atas keadaan negara yang kembali primitif dalam hal kerukunan beragama.

deddy1

SITUS PENANGGUNGAN DALAM KELOLA BPCB JAWA TIMUR

Daftar Situs Gunung Penanggungan yang dikelola BPCB Jawa Timur, sudah diregister dan diberi tanda serta ditugaskan para juru pelihara situs menjaganya. Adalah hasil pendataan ulang BPCB Jawa Timur pada tahun 1995.

Ada beberapa situs kaki gunung tidak dimasukkan dalam daftar ini, misal :
Candi Patirtan Belahan, Gapura Lanang Belahan, Gapura Wadon Belahan, Gapura Jedong A, Gapura Jedong B, Candi Pasetran dan banyak lagi. Semuanya juga sudah teregister oleh BPCB Jawa Timur.

Kalau anda mendata ulang situs Gunung Penanggungan, jangan sampai anda mengklaim daftar dibawah sebagai temuan baru … konyol itu namanya.

Ketika saat FINALISASI dari kehendak Provinsi Jawa Timur melakukan perlindungan atas Kawasan Penanggungan, diadakan pertemuan dengan Stakeholder untuk mendapatkan masukan.

Diantaranya adalah : BPCB Jawa Timur; Perhutani; Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur; Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Mojokerto; Pemerhati Budaya dan Sejarah Penanggungan.

Jaya – Jaya – Wijayanti

Deddy Endarto Wilwatikta untuk PANCAWALIKRAMA
Gambar by Google dan patsus Deddy Endarto Wilwatikta

Share.

11 Komentar

  1. Indonesia Banget on

    Kalau membaca sejarah masa lalu, hati ini seakan ingin kembali ke masa lalu. Masih teringat serial-serial sandiwara radio yang begitu populer dimasanya. Babad Tanah Leluhur, Saur Sepuh dan sejenisnya yang seakan terus mengaduk imajinasi tentang keindahan alam dan kehidupan didalamnya. Syukur masih sempat merasakan hidup tanpa listrik, tanpa kendaraan apalagi HP dan sejenisnya, waktu itu benar-benar merasakan kehidupan yang teramat indah…. Sayang sekali sekarang hanya tinggal kenangan..

    Request dong untuk para warga patga yang mungkin mengetahui banyak tentang sejarah-sejarah masa lalu dari daerah ato kerajaan manapun yang pernah ada nusantara ini…

  2. malam senin ( td malam).. saya nonton di tv one liputan tentang gunung penanggungan ada seorang arkeolog bernama m. dwi cahyono yang di wawancara.. melihat nara sumber pikiran saya langsung terlintas dengan tulisan2 yg ada di patriot garuda yang ditulis oleh patsus Deddy hendarto. apakah Narasumber di tv one tadi malam adalah org yang sama dgn penulis artikel ini? . dilihat dr postur tubuhnya yang kurus dan berkumis tebal dan kesamaan materi yang dibahas saya berasumsi sepertinya adalah org yang sama. benarkah? hehe

  3. Bila para pemimpin di Pawitra digelari dengan GIRINATHA, apakah ada hubungannya dengan Sang Hyang Girinata (Batara Guru)

Reply To joscha Cancel Reply