KETAHANAN NASIONAL BIDANG BUDAYA

7

KALENDER PRANATA MANGSA JAWA

deddy103

Sistem kalender banyak dibuat peradaban dunia guna dipakai sebagai pedoman bagi segala peri kehidupan dunia.

Diantara beberapa sistem kalender dunia, ternyata bangsa Nusantara telah memiliki kalendernya sendiri. Itu menunjukkan bahwa pendahulu kita memiliki kepandaian dan kearifan lokal cukup tinggi.

Dalam temuan arkeologis dan telaah anthropologis, ditemukan beberapa sistem kalender kuno atau bahkan berkategori purba. Yang tertua sampai saat ini adalah milik suku bangsa BATAK TOBA, berdampingan dengan SUNDA KUNO, JAWA PRANATA MANGSA (JAWA SAKA), BALI SAKA.

Pemahaman SAKA disini bisa berkonotasi “Terhitung dari titik masa yang disepakati”. Ini tentunya masih terekam dalam kosa kata Jawa Kuna yang masih terpakai saat ini : Saka = dari asal (bisa tempat dan bisa waktu).

Tetapi pernah terjadi dimana suatu era, Nusantara terjajah oleh peradaban INDIA. Mereka berusaha memasukkan peradaban kalendernya yang dikenal sebagai SAKA INDIA. Titik awal masanya (SAKA) adalah saat bangsa Chola Mandala mengalami kemenangan besar atas kawasan Asia Selatan. Dan itu juga dipatok menjadi awal perhitungan kalender yang dipaksa berlaku di Nusantara. Di kalangan pemerhati sejarah disebut SAKA INDIA. Dan semua kerajaan Nusantara saat itu berkiblat memakai SAKA INDIA, aksara DEWANAGARI dan PALLAWA serta bahasa SANSEKERTA. Disaat yang sama mereka juga masih memakai sistem kalender lokal, aksara lokal dan bahasa lokal. Misal kasus di Jawa : masih dipakai secara bersamaan di era itu Kalender Pranata Mangsa (Saka Jawi), aksara Jawi (Jawa Kawi atau Jawa Kuna), bahasa Jawi atau Jawa Kuna.

Bila sistem perhitungan kalenderis peradaban lain menggunakan sistem orbit Matahari (Surya) atau dan Bulan (Chandra). Maka sistem kalenderis Jawa ditambah satu elemen lagi yaitu Bintang (Kartika). Sehingga kekuatan dari sistem kalendernya dinamakan : SURYA – CHANDRA – KARTIKA AJI.

Peradaban yang jatuh bangun saling mempengaruhi diantara bangsa-bangsa berkuasa juga berpengaruh pada keputusan para raja di Jawa dalam penentuan sistem kalendernya. Konon jauh sebelum SAKA INDIA masuk, tahun kalender SAKA JAWA sudah berlaku. Kemudian saat penjajahan peradaban oleh INDIA yang ditandai kemenangan peradaban India atas Jawa oleh seorang pangeran Chola Mandala (AJISAKA) maka kalender berubah mengikuti SAKA INDIA.

Ada beberapa orang raja yang berjiwa nasionalis tetap memakai hitungan SAKA JAWA berdampingan dengan SAKA INDIA. Semisal raja besar Dhaha : Sri Aji Jayabhaya dan dinasti pendahulunya di Kadiri.

Ketika agama Islam masuk, kembali sistem kalender Jawa mengalami tekanan dengan masuknya kalender muslim bernama HIJRIYAH. Pada suatu era, guna menghapus berbagai kerancuan atas penggunaan beberapa sistem kalender : Raja dinasti Mataram Islam : Sultan Agung Hanyakrawati menggabungkan serentak antara kalender SAKA JAWA + SAKA INDIA + HIJRIYAH. Dan itu yang dipakai sampai saat ini oleh suku bangsa Jawa.

Di era kolonial masuk lagi sistem kalender Nasrani atau Georgian yang memakai pedoman waktu saat kelahiran ISA AL MASIH, yang kemudian kita kenal sebagai kalender MASEHI.

Kalau boleh jujur dan bebas memilih, saya tentunya akan memilih KALENDER NUSANTARA sebagai pedoman kehidupan ketika berpijak di tanah Nusantara. Sebab itu sudah menghitung semua aspek makrokosmos dan mikrokosmos yang berpengaruh pada kehidupan mahluk di titik GPS NUSANTARA dengan metode SURYA CHANDRA KARTIKA AJI. Artinya tidak bisa kita memaksa alam semisal sistem pertanian dengan menggunakan kalender bangsa lain yang berpedoman pada sistem GPS bangsa lain itu berada.

Contoh selisih perhitungan 3 sistem kalender dalam prasasti Sukuh sebagai studi kasus. Candi Sukuh berasal dari punden purba suku bangsa Jawa yang disempurnakan terus oleh beberapa dinasti kerajaan Jawa hingga era kerajaan Majapahit. Pada salah satu prasasti dipunggung arca Garuda terdapat angka tahun yang diintepretasikan seperti foto halaman terlampir.

Pada saat prasasti dibuat :
SAKA JAWA = 1555
MASEHI = 1437
SAKA INDIA = 1359
Tampak disana bahwa sistem kalender Nusantara ternyata mendahului sistem kalender peradaban lain.

Bagaimanapun juga kita saat ini tunduk pada kalender GLOBAL = MASEHI sebagai pedoman kehidupan. Tapi kalau anda hendak berkegiatan dan berhubungan dengan alam Nusantara, sepatutnya anda pertimbangkan memakai SISTEM KALENDER PRANATAMANGSA NUSANTARA. Karena itu diciptakan menggunakan titik pantau GPS berkoordinat Nusantara.

deddy112

BALADA IKAN ASLI INDONESIA

Gimana sih mbaknya ini … kok bisa ketangkap operasi Yustisi. Karena anda orang terkenal … saya dispensasi boleh pulang, bila bisa menyebut nama 5 IKAN ASLI INDONESIA …

That’s easy lah pak polisi …
1. Ikan LELE … ya benar ikan Lele, terus
2. Ikan BANDENG you know … ya benar, terus
3. Ikan MUJAIR … wih pinter mbaknya, terus
4. Ikan KAKAP lah … ya Kakap, terus
5. Ikan ****** … lho masa ada yang itu …

Saya nonton di Youtube ada kok nama itu …
Ya sudahlah mbak e … hadiah sepedanya diambil di pos terdekat …

admin42

GETARAN KEBANGKITAN BUDAYA DI JANTUNG WILWATIKTA

Pada hari Jumat 24 Februari 2017 yang lalu, bertempat di Hotel Raden Wijaya Mojokerto diadakan sarasehan budaya bertajuk : Reaktualisasi Keagungan Majapahit Menuju Keluhuran Budaya Nusantara.

Narasumbernya tunggal, seorang sahabat lama saya yang sudah 15 tahun tidak bertemu dan sekarang bergelar “Romo Ageng Raden Wijoyo Buntoro”. Trah Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang berdomisili di Sidoarjo.

Dalam kegiatan tersebut, saya diminta panitia acara untuk menjadi moderator. Yang unik adalah acara pembukanya dihantar oleh Bupati Mojokerto : Mustofa Kemal Pasha dan ditutup oleh mas Bambang Sulistomo selaku pengamat kegiatan.

Pada intinya “Masyarakat Mojokerto” merasakan denyut kebangkitan kejayaan Majapahit, tetapi mereka bingung harus berbuat apa. Maka banyak inisiatif muncul, dari pelestarian budaya hingga membangkitkan kembali adat istiadat setempat.

Dalam kebingungan itu jelas terjadi persinggungan bahkan benturan antara kelompok budaya ataupun lembaga budaya yang baru saja mereka bentuk. Dan saya cukup memahaminya, karena mereka semua adalah “praktisi budaya” bukannya “konseptor kebudayaan”.

Dari pemetaan yang ada, jelas dibutuhkan suatu pemikiran jernih yang berwawasan luas guna dapat mengakomodir keinginan semua kelompok tetapi tanpa harus mengkorbankan tata nilai budayanya sendiri.

Sebagai salah satu pemerhati sejarah dan budaya Majapahit, saya merasa juga turut berkewajiban mengurai kekusutan ini. Ke depan, kami sepakat berbagi tugas untuk merumuskan kembali tata kelola adat dilingkungan Trowulan pada khususnya maupun Kabupaten Mojokerto pada umumnya. Ini disebabkan wilayah tersebut sudah ditetapkan oleh negara sebagai KAWASAN CAGAR BUDAYA PERINGKAT NASIONAL BEKAS IBUKOTA MAJAPAHIT DI TROWULAN.

Membangun sarana fisik adalah pekerjaan mudah, tetapi menghidupkan roh kebudayaan yang melekat pada kawasan adalah pekerjaan sulitnya … dan itu butuh kesadaran dan kesabaran.

Selama semuanya terpanggil tulus menjalankan kewajibannya dan tidak memanfaatkan guna kepentingan pribadi atau kelompok … saya meyakini, masyarakat Trowulan dan Mojokerto akan siap menjadi AMONG TAMU era kejayaan yang diramalkan akan jatuh di tahun 2027.

Selamat berbhakti kepada kejayaan Nusantara.

deddy109

PILIH KSATRYA PAWINIHAN ATAU PAWITRAN

Ada yang agak-agak aneh ini, disaat banyak orang “ditilap” perhatiannya fokus dengan Tamu Agung negeri ini yang datang dari Jazirah Arab dan Perancis. Situasi lokalnya Jawa Timur khususnya di dua gunung suci : Pawinihan (Gunung Wilis) dan Pawitran (Gunung Penanggungan) bergejolak.

Pawinihan atau Gunung Wilis, sejak paska Kerajaan Kahuripan adalah tempat penggladian calon pemimpin bermatra BELA NAGARA. Lebih dekat dengan metodologi kepemimpinan praktis berpayungkan Militerisme Nasionalis. Mahapatih Amurwabhumi Rakaryan Mpu Gajahmada adalah salah satu alumninya.

Dilain sisi Pawitran atau Gunung Penanggungan, sejak paska Kerajaan Kahuripan lebih kepada tempat penggladian calon pemimpin bermatra TATA NAGARA. Lebih dekat dengan metodologi kepemimpinan praktis bidang pemerintahan dan penentu kebijakan. Wredhamantri Mpu Dewaraja Adityawarman adalah salah satu alumninya.

Dalam banyak catatan karya sastra kuno, kelahiran atau kehadiran seorang pemimpin akan ditandai peristiwa alam besar. Dan selalu ada Tamu Agung dari seberang yang hadir menghormati keberadaan sang calon pemimpin itu. Kalau religius keagamaan bisa diambil contoh kelahiran Isa Al Masih AS. yang ditandai bintang jatuh dan kehadiran para raja. Di adat Nusantara lebih banyak lagi contohnya.

Tapi siapakah CALON PEMIMPIN YANG HADIR SAAT INI, karena melihat patern bencananya terjadi hal seimbang. Bencana diseputaran Penanggungan sama banyaknya dengan bencana diseputaran Wilis saat ini. Apakah dari keduanya sedang adu proposal mengajukan anak didiknya pada semesta raya guna menduduki tampuk kepemimpinan ?

Pagi tadi pada saat membuka mata, ada pertanyaan di wall FB saya dari mas Henri Nurcahyo tentang silsilah sosok SRI AJI JAYABHAYA. Padahal setahu saya, rekan yang satu ini bergulat dengan riset CERITA PANJI. Siang harinya saya juga mendapat “bisikan” adanya gejolak di puncak Wilis. Apa ini kaitannya Ramalan Jayabhaya sedang berlangsung ataukah ada darah keturunan Jayabhaya sedang muncul kepermukaan.

Kadangkala karena kita sibuk dengan urusan yang pelik, mata batin Tamu Agung dari seberang ternyata lebih peka melihat perubahan semesta raya

deddy110

BANGSA YANG MANDIRI & RELIGIUS

Menurut temuan artefak di Nusantara, ternyata paling banyak adalah :

ALU dan LUMPANG – UMPAK – WATUDAKON – LINGGA YONI

LUMPANG dan ALU :
Adalah alat untuk menumbuk hasil pertanian, baik proses pengupasan kulit ataupun penghalusan bijian. Materialnya dari batu apabila kecil dan temuan terbesarnya adalah dari kayu sangat panjang yang mampu menampung 24 orang sekaligus.

UMPAK :
Adalah batu yang dibentuk khusus, berfungsi sebagai pondasi dari tiang penyangga yang umumnya dari kayu. Mempunyai ukuran bermacam-macam tergantung pada beban yang ditopangnya. Temuan umpak terbesar justru diperkirakan bukan untuk bangunan rumah, tetapi justru umpak dari struktur “Lumbung Padi milik komunitas desa”.

WATUDAKON :
Adalah artefak batu yang kadang berbentuk bulat ataupun kotak, dimana bagian atasnya terdapat beberapa lubang kecil seperti papan mainan dakon yang dimainkan anak-anak. Diperkirakan berfungsi sebagai alat bantu DUKUN LOKAL, ketika menghitung musim tanam, perkawinan, penyembuhan dan lainnya.

LINGGA YONI :
Artefak ini umumnya terbuat dari batu berbagai ukuran, walau beberapa temuan ada juga berbahan logam dan kayu. Dalam konteks kebudayaan akan terjadi pemaknaannya dibanding sudut pandang keagamaan. Budaya lokal menganggap Lingga Yoni sebagai lambang pertemuan alat genital pria dan wanita sebagai sumber kesuburan dan kehidupan. Peletakan artefak ini di setiap hunian masa lalu adalah lambang kesucian dan kesuburan. Konon tiap keluarga menggunakannya sebagai media spiritual pensucian diri.

Selain keempat benda tersebut ada juga artefak yang ditemukan merata diseluruh Nusantara :

ALAT TENUN GEDOG
ALAT PERTANIAN
ALAT PERIKANAN

Dari semua hal peninggalan tersebut, dapat disimpulkan bahwa suku bangsa Nusantara punya sifat KEMANDIRIAN YANG TINGGI dan RELIGIUS.

Sebab ada adat istiadat yang masih mampu saya rekam dalam kehidupan suku Nusantara semisal :

Anak gadis baru boleh menikah setelah dia mampu membuat 4 kain tenun : bagi dirinya, calon suaminya dan kedua orangtuanya. Ini kemandirian bidang SANDANG. Karena nantinya sebagai isteri, dia dituntut mampu membuat sandang bagi keluarganya.

Ada pula seorang pria yang baru diijinkan menikah, setelah mampu berburu KIJANG EMAS atau BERTANI HINGGA PANEN 3 KALI. Ini menunjukkan kemandirian bidang PANGAN. Yang dituntut adat dari seorang calon kepala rumah tangga. Dan lainnya.

Selain kemandirian, saya juga melihat bahwa bangsa ini punya patern kebersamaan yang tinggi. Semisal ketika menumbuk hasil pertanian dengan lumpang panjang, mengumpulkan cadangan pangan di lumbung desa, memindah rumah dan sebagainya.

Di saat itu semua sumber daya alam dikelola optimal, tidak dieksploitasi berlebihan. Manajemen lingkungan juga berjalan dengan baik, kejujuran diantara anggota masyarakat serta sifat tolong menolong menjauhkan komunitas dari bencana dan kelaparan.

Maka saat ini, ketika alam dieksploitasi hingga ambang kehancuran … sedang hasilnya dibawa kelokasi lain bukannya untuk kepentingan lingkungan terdekatnya … maka runtuhlah semua konstruksi keadilan dan keramahan semesta raya.

Banyak bencana dan hama muncul, dan manusia semakin tergantung kehilangan kemandiriannya dalam peri kehidupan ini.

DIMANA KEMANDIRIAN ITU KINI …
TERGADAI OLEH NAFSU KITA SENDIRI …

KETAHANAN NASIONAL BIDANG BUDAYA

Dahulu sempat saya pertanyakan kepada leluhur saya, mengapa para beliau lebih meminta agar saya menjadi pejuang bagi “Budaya dan Peradaban Bangsa”. Bukannya berkarier di pemerintahan atau militer, sekalipun bekal intelektualnya cukup.

Setelah sekian lama, baru saya pahami. Ternyata perjuangan bidang Budaya dan Peradaban Bangsa jauh lebih kompleks adanya. Karena sesungguhnya budaya dan peradaban asli Nusantara adalah pondasi pokok peri kehidupan kebangsaan itu sendiri.

Tekanan terbesar justru bukan pada pemerintahan atau militer, tetapi pada peradaban bangsa yang dirongrong sepanjang masa oleh pihak lain yang hendak menjajah negeri ini. Berbagai cara dilakukan, mulai dari yang halus hingga yang kasar. Agar budaya asli Nusantara lenyap digantikan peradaban milik bangsa lain yang hendak menjajah.

Bila saja upaya mereka berhasil, jelas bangsa Nusantara akan kehilangan jatidiri. Dan tak segan lagi mereka akan merusak dan meracuni orang kita agar merobohkan sendi pemerintahan dan militer agar bisa mereka kendalikan guna sebesar-besarnya keuntungan sang penjajah.

Maka diperlukan kesadaran yang tinggi dari kita semua, untuk menjaga adat dan tradisi sebagai jantung budaya dan peradaban bangsa. Ancaman tidak selalu tampak nyata, bahkan mereka sedemikian halusnya menyamar disekeliling kita guna berhasil menjalankan strategi busuknya menjajah peradaban kita.

Ada yang beralatkan pendidikan, ekonomi, kerjasama, agama, perkawinan lintas etnis dan banyak lagi lainnya. Ketika kita mampu teguh menghadapinya, mungkin jalan terakhir yang mereka tempuh adalah mengajak perang agar bisa merebut semua sumber daya kita.

Disadari atau tidak, dalam perjalanan perjuangan saya dibidang ketahanan budaya dan peradaban bangsa telah bertemu dengan banyak orang maupun tokoh tangguh. Mungkin ada anda didalamnya.

Diluaran sana juga saya temui “para pecundang” yang seakan berjuang demi kebudayaan, tapi pada kenyataannya malah menjadi preman dan pengkhianat budaya demi harta dan keuntungan golongannya.

Sesungguhnya semua itu akan mendewasakan kita dalam suatu seleksi alam yang maha dahsyat adanya. Siapa yang telah ditetapkan sebagai pemimpin, prajurit, pejuang atau bahkan pecundang. Tuhan dan leluhur kita akan memberikan ujian itu “dengan segera”, agar semesta tahu dimana sesungguhnya derajatmu berada.

MOHON MAAF KALAU STATUS INI BERBAHASA JAWA, KARENA SAYA TIDAK MENEMUKAN KALIMAT YANG PANTAS DALAM BAHASA INDONESIA NYA …

Kocap kacarita …

Misuhur ananing ksatrya kang hangedab-ngedabi kasaktiania, hora tedas tapak paluning pande lan luput ring mimising sanjata. Digwijaya anggegirisi marang satru lan para mitra.

Kaagul-agulaken kaprawiranira dadya pagering nagari, kusumaning hati anak rabi saha kaluarga tuwin dewa guru nira.

Kasumbung solahira ring jagat ning rat, hangrantasi wibawaning nagari. Pepundening wadwa sajagat kawukir ring sastra kawi.

Sang Hyang Manon paring panglilaning uji, ksatrya kagoda dening pra kenya kang endah warnana. Ketlarak hical daya marsudineng, luruh budi bawa laksanane tuwin kasektenira. Njegugruk kasoran daya wibawaning SLAKANGAN ing kenya. Hambrug jagad nira nglingsemake mrang dewa guru lan kaluarga nira. Ambeg laku sira DURSILA.

Ternyata KESAKTIAN itu bisa kalah hanya gara-gara PANGKAL PAHA SEORANG WANITA …

deddy111

TAMU – TAMU KURANG AJAR !!!
TAK PUNYA ATURAN & NURANI
MAU PERBUDAK TUAN RUMAH
DI TANAH TUMPAH DARAHNYA SENDIRI

Murka hebat Baginda DHAHA
Sri Girindrawardhana dyah Ranawijaya
Mendapat laporan bahwa pelabuhan laut utama : Kambang Putih dan Kertabhumi jatuh dalam penguasaannya kerabat SELIR ASING sang Maharaja. Sebagai ganti (mas kawin), putranya tak lagi mengungkit hak atas tahta WILWATIKTA …

Salah satu alasan kuat yang membuat BHRE DHAHA selaku Anggabhaya menyerang BHRE KERTABHUMI yang menjadi Maharaja di Trowulan 1478

Konon menurut cerita para WINASIS :

Bila ada seseorang telah berani mengingkari hakekat TUHAN nya dan berbuat durjana dengan mencabik KEBENARAN semesta, dia akan dihukum dengan usia yang panjang tapi dihilangkan semua ingatannya diganti dengan penyaksian hukuman pedih pada anak keturunannya (karma) disepanjang hidupnya.

Jaya – Jaya – Wijayanti
Deddy Endarto untuk PRANATAMANGSA
Gambar oleh Google

Share.

7 Komentar

  1. Sekarang caranya gimana deh biar SDM kita melek teknologi seperti korea Selatan dan Taiwan. Yg namanya science dan technology itu tanggung jawab PEMERINTAH bukan swasta.

  2. Sebenarnya SDM kita ngga kalah dengan negara manapun, sekarang tinggal kemauan dari perintah saja yg mau tidak memanfaatkan SDM yg ada. Jangan sampai orang” pintar kita dimanfaatkan oleh bangsa lain. Karena ketidakpedulian pemerintah kepada mereka yg ingin mengabdi kepada bangsanya. Malah pemerintah mencari dan membeli produksi bangsa lain ???? Masa neraga kita yg merdeka lebih dulu dari Korea malah tertinggal jauh dari mereka!!!! Mesakke banget bangsaku iki rek!!!!

  3. Ini yang ditunggu dari bung Dedi, membuka tabir sejarah Nusantara , saya tergelitik dengan tulisan berbahasa jawi nya, itu bahasa yang sering di pakai untuk ungkapan dan perumpamaan kakek saya, terus berkarya Bung Dedi, sukses selalu untuk anda, jangan lupa cerita hoak corner nya…

  4. aaarrrggghhh on

    salam hangat patsus bung Deddy….ingin tanya tentang pergolakan di gunung wilis & penanggungan merupakan tanda akan muncul pemimpin dg karakter yg di sifati setiap gunung tersebut…berarti militer yg menjadi sipil…ato dua sosok yg berbeda…maaf hanya mencoba memahami maksud tanda alam tersebut…

  5. Karma memang ada dan itu sangat sangat pedih..

    Nusantara adalah bangsa yang begitu agung luar biasa.. tulisan ini begitu menyiratkan hal itu

    Jayalah NKRI. Ditunggu 2027

  6. Untuk memberi pelajaran bagi tamu kurang ajar adalah jangan beri ia makan,karena selama ini sumbangan makan yang kita kasih ke tamu membuat mereka lupa diri. kita terlalu terlena dengan anggapan tamu adalah raja

    mule sekarang kembalilah beri makan ke sesama saudara selaku tuan rumah. Tuan rumahlah hakikat raja sebenarnya

    sebisa mungkin jangan pelit pada bangsa sendiri,belanjalah di toko toko,warung,pasar,supermarket milik bangsa sendiri. kuatkan barisan sesama saudara

    Kesadaran akan hakikat dan langkah kecil tuan rumah secara bersama,akan menyadarkan tamu yang rumat laksana raja sehingga membuat sang tamu lupa

Reply To Kasamago Cancel Reply