GERAKAN 212 DAN SISTEM NEGARA PANCA SILA .

14

GERAKAN 212 DAN SISTEM NEGARA PANCA SILA .

IMG-20171204-WA0125

Oleh : Prihandoyo Kuswanto
Ketua Rumah Panca Sila

Kita semua mengikuti gerakan Umat Islam di Indonesia reuni yang diadakan tanggal 2 Desember 2017 di Monas begitu menarik umat untuk datang dan membangun kesadaran ,membangun eksistensi berbangsa dan bernegara .

Sejarah tidak bisa dibantah bahwa negeri ini merdeka didirikan oleh umat Islam ,dipertahankan oleh umat Islam bahkan cikal bakal TNI adalah Ulama dan kaum santri yang membangun TNI adalah laskar Hizbulloh ,Hizbulwaton ,dan banyak lagi laskar Islam yang berjuang untuk mendirikan negeri ini tidak terhitung harta nyawa dikorbankan .

Jauh sebelum pergerakan kebangasaan Indonesia dan Sumpah pemuda 28 Oktober 1928 ,Syarekat Islam sudah bertekat Memerdekakan Indonesia ,gerakan Islam inilah yang gigih memerangi penjajahan .

Mengapa terjadi gerakan Syarekat Islam ?umat islam melakukan kesadaran terhadap keadaan bangsa yang dijajah terjadi ketidak adilan ,mengapa terjadi gerakan 212 ? Jawab nya sama terjadi ketidak adilan dan tersumbat nya aliran pemikiran .

Sejak UUD 1945 diamandemen disadari telah terjadi perubahan sistem bernegara sekaligus menghilangkan tata nilai dan kosep tentang negara berdasar Panca Sila .
Pendiri negeri ini bukan asal -asalan membuat sistem sendiri dalam sidang BPUPKI ,PPKI ,sistem sendiri itu ialah sistem MPR ,

Di sistem inilah bhineeka tunggal ika di terapkan menjadi sebuah sistem ,yaitu model keterwakilan konsep nya seluruh elemen bangsa terwakili bukan karena besar jumlah anggota tetapi lebih mengedepankan konsep gotong royong ,koletivisme,kebersamaan menjadi ruh bhineeka tunggal ika .setiap elemen terwakili duduk di lembaga tertinggi negara ini sehingga seluruh pikiran tertampung dan terwakili .
Jadi tidak ada yang melakukan ekstra parlementer sebab pikiran -pikiran ,komunikasi ,disalurkan didalam MPR .

Sejak Amandemen UUD 1945 ,sistem negara berdasar Panca Sila diubah menjadi sistem keterpilihan ,kalah menang banyak- banyakan suara ,kuat-kuatan dan kaya-kayaan maka yang banyak ,yang kuat,yang kaya yang menguasai media yang super power dia yang berkuasa ,dengan kekuasaan itulah semua di jungkir balikan ,maka jangan heran kalau ada tanah ibu pertiwi 74 % dikuasai segelintir non Pribumi ,semua diswastakan ,bahkan pulau direklamasi dikuasi oleh segelintir orang ,apakah negara ini masih mempunyai tujuan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ? Semua di jual pada asing, pelabuhan, jalan tol ,bandara , apa rakyat setuju ? Rakyat tidak bisa berbicara apa lagi berdaulat ,kalau didalam sistem MPR rakyat merumuskan politik nya sendiri yang disebut GBHN jadi seluruh pembangunan adalah kehendak rakyat ,atas kedaulatan itulah maka presiden dipilih untuk menjalankan politik rakyat yang disebut GBHN ,dan presiden tidak boleh menjalankan politik nya sendiri ,jika melanggar GBHN bisa diturunkan .
212 adalah ekspresi kerusakan sistem ketatanegaraan ,kerusakan sistem berbangsa dan bernegara ,dan lebih jelas lagi kerusakan sistem negara berdasar Panca Sila ,212 adalah oto kritik terhadap sistem negara yang tidak berdasar Panca Sila ,jadi para pejabat yang reaksioner terhadap 212 sesungguh nya tidak paham apa itu negara berdasar Panca Sila .

Oleh sebab itu butuhkesadaran bersama bahwa negeri ini sudah melenceng daricita -cita negara yang tertuang didalam Pembukaan UUD 1945 asli .

dedenew446
*Reuni Alumni 212, Mengkhawatirkan?*

Oleh : Hersubeno Arief

Reuni Alumni 212, kata Kapolri Jenderal Tito Karnavian, urusannya tak jauh-jauh dari politik 2018, dan 2019. Yang dimaksud Tito pasti pilkada serentak yang akan dilaksanakan pada tahun 2018, dan pemilihan presiden 2019.

Tito tidak salah, dan alumni 212, jika benar punya tujuan politik, juga tidak salah. Dalam negara demokrasi, mengusung agenda politik, selama masih dalam koridor hukum, undang-undang, dan peraturan yang berlaku, boleh-boleh saja.

Kebebasan mengekspresikan pikiran dan perasaan, adalah salah satu fitur utama di negara demokrasi. Bila hal itu dibatasi, dilarang, bahkan dikriminalisasi, namanya bukan demokrasi, tapi tirani.

Polisi, politisi, bahkan presiden tidak perlu _baperan_, apalagi sampai membuat penilaian terhadap mereka yang berkumpul di Monas sebagai kelompok intoleran, apalagi anti NKRI.

Kalau mau bersaing, lakukan secara _fair._ Tidak perlu membuat stigma buruk terhadap kelompok lain. Itu namanya _black campaign_. Sebuah perilaku buruk yang membuat politik menjadi brutal, menghalalkan segala cara.

Kalau mau sedikit berkelas, dan elegan, cukup lakukan _negative campaign._

Menjelek-jelekkan kelompok lain, tidak berdasarkan fakta adalah bentuk _black campign_ yang merusak demokrasi. Sebaliknya _negative campign_ adalah sebuah seni yang dalam bela diri sering disebut sebagai serangan mematikan “meminjam tenaga lawan.”

Afiliasi berdasarkan kelompok, kesamaan pandang, bahkan kesamaan agama, juga dijamin undang-undang. Jadi santai sajalah. Meminjam ucapan legenda bola basket Michael Jordan *_“Just play. Have fun. Enjoy the game.”_*

Supaya permainan enak ditonton, sebagai “wasit,” polisi tinggal menegakkan aturan. Yang salah tinggal disemprit. Kalau perlu beri kartu kuning, atau kartu merah. Yang tidak boleh, bila wasit berpihak, atau malah ikut bermain mendukung sebuah tim.

Suporter bisa marah, melihat wasit yang curang. Suasana bisa tambah kacau bila wasit yang panik malah memberi kartu merah kepada penonton yang protes. Pertandingan tidak lagi menarik. Kacau balau.

Wasit juga tidak boleh ikut-ikutan jadi komentator dan menganalisa jalannya pertandingan. Serahkan hal itu kepada pengamat yang sering lebih pintar dibanding para pemain. Wajar bila Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengingatkan Kapolri tidak usah membuat analisis politik.

Di dunia ini apa _siy_ yang tidak ada urusannya dengan politik. Naik turunnya harga beras saja berkaitan dengan politik. Memilih ketua RT dan RW juga politik. Apalagi urusan memilih seorang pemimpin ibukota dan kepala negara. Jadi kalau ada yang memandang secara sinis reuni alumni 212 sebagai gerakan politik, ya sangat naif.

Bagaimana kita membaca dan menafsirkan reuni atau temu kangen para alumni 212 di Monas, Sabtu (2/12).

*Pertama,* besarnya massa yang hadir di Monas menunjukkan soliditas muslim di perkotaan ternyata tetap terjaga. Dinamika politik yang terjadi dalam kurun waktu setahun terakhir, termasuk perpecahan koalisi PKS-Gerindra di Pilkada Jawa Barat, ternyata tidak berpengaruh. Mereka masih tetap kompak.

Ketika seruan tiba, mereka berbondong-bondong memenuhi panggilan dan kembali membuat lapangan Monas menjadi lautan putih. Suasananya seperti jemaah haji yang bergerak menuju Ka’bah sambil menyeru _Labaik, Allohuma Labaik….._Bikin merinding, kata mereka yang hadir.

Banyak diantara yang hadir ternyata sudah lama menanti-nantikan pertemuan semacam itu. Kata orang Jawa _ngangeni._

Bagaimana tidak kangen? Aksi 212 menunjukkan bahwa umat Islam Indonesia bisa bersatu, tanpa memandang perbedaan-perbedaan kecil yang sering disebut sebagai khilafiyah. Perbedaan pilihan partai politik juga dikesampingkan untuk sebuah tujuan yang lebih besar.

*Kedua,* umat Islam bukanlah buih seperti banyak digambarkan oleh beberapa pihak yang sinis, termasuk dari kalangan internal sendiri. Terbukti ketika mereka bersatu figur sekelas Ahok yang ditopang oleh pendanaan besar, kekuatan politik besar, bisa dikalahkan.

Ahok yang sering digambarkan oleh berbagai lembaga survei memiliki kepuasaan sangat tinggi, elektabilitas sangat tinggi, dibuat _termehek- mehek_. Ahok kalah telak dengan selisih suara yang sangat besar.

Bisa dibayangkan bila kekuatan dan semangat Aksi 212 bisa tetap terjaga dan dikapitalisasi menuju pilkada serentak 2018 dan Pilpres 2019. Siapapun kandidat baik pada pilbup, pilgub, maupun pilpres yang berada pada satu kubu dengan Ahok, didukung oleh kekuatan dana dan partai politik yang sama dengan Ahok, wajib merasa khawatir.

*Ketiga*, reuni 212 menunjukkan GNPF telah menjadi _pressure group_ yang kekuatannya melampui partai politik manapun.

Sepanjang sejarah Republik ini berdiri, belum pernah ada parpol maupun ormas yang bisa mengumpulkan massa sebesar Aksi 212. Dahsyatnya, kemampuan itu bisa diulang lagi dalam sebuah reuni.

GNPF menjadi sebuah muara yang menampung berbagai aliran sungai kepentingan politik di kalangan umat.

*Keempat,* tampaknya ini yang paling penting dan menjadi roh dari Aksi 212, maupun reuninya, adanya kesadaran bersama sebagai kekuatan terbesar, sudah waktunya umat Islam bangkit merebut kekuasaan ekonomi, politik, sosial, budaya melalui jalur konstitusional.

Semua itu hanya bisa dilakukan bila mereka bersatu padu, menghimpun kekuatan, tanpa memandang perbedaan-perbedaan kecil yang selama ini sering diributkan.

Setidaknya empat alasan itulah yang tampaknya membuat banyak kalangan khawatir melihat elemen Aksi 212 berkumpul kembali dalam sebuah reuni akbar. Sebuah reuni yang akan selalu ditunggu-tunggu sebagai sebuah event tahunan yang bikin kangen.
End
3/12/17

 

 

dedenew502

Gambar oleh Google dan Patsus Dede Sherman

Share.

14 Komentar

  1. ijin share senior..
    artikel yg menarik sekali. saya masih menunggu ulasan soal pergantian panglima, bukan apa2..tp sbg muslim pasti bertanya-tanya seperti apa sikap pengganti pak gatot terhadap umat islam.

  2. Alhamdulillah.. Bravo umat islam, bravo Indonesia…. Panglima hanya satu calon dan berseragam biru! Ada TU 95 bear di Papua, ngeri nggak sih??!!

    • Polat Alemdar on

      Bung Defcon3,

      Saya ingin tahu jejak rekam calon Cilangkap Satu dari jajaran Baju Biru. Katanya dia calon tunggal yang disodorkan tanpa henti oleh partai penguasa kepada Tuan Presiden. Terus terang saya sedikit curiga dengan hal ini. Mungkin para senopati bisa membantu.

      Tentang Tu-95, saya no comment…

      • pernah saya baca bahwa kariernya melesat dgn singkat.
        sepertinya mirip dengan bos baju coklat ya..juga melesat dgn cepat.

      • KRI AHMAD YANI on

        feeling saya juga begitu, dari awal saya yakin bahwa calon panglima selanjutnya pasti dia. mulai dari karir yang begitu cepat dan pemberitaan di media media

        semoga TNI dengan panglima baru tetap NKRI dan masih ada slogan BERSAMA RAKYAT TNI KUAT

  3. alhamdullilah…masih ada penulis yg jiwanya ksatria…tidak takut pada tirani..dan masih ada media seperti patriot yg tidak takut pada tirani…bersyukur kepada allah swt…sudah sepantasnya kami para mayoritas menginginkan hak kami…dihormati oleh pendatang atau yg baru empat keturunan kurang,tinggal di indonesia..mau menguasai bangsa ini,mau mengatur bangsa ini….woiii penjajah modern….kami diam bukan takut…buyut kami siap mati untuk penjajah kuno di negri ini…kami pun siap mati untuk penjajah modern…dengan konstitusi secara halus harus di batasi keberadaan mereka, kalo ga bisa juga…kami siap melawan dengan semangat yg diberikan allah utk melakukan hal yg seharusnya…patriot garuda…media paling mengerti pribumi…

    • Polat Alemdar on

      Negeri ini aslinya masih dipenuhi dengan orang-orang yang berwatak pejuang. Sayangnya mereka diam saja saat kaum durjana menguasai pemerintahan.

  4. insya alloh… dg semangat 212 bisa menyatukan segala kesalahan fahaman dlm semanagat ukhuwah utk kemaslahatan bangsa… tnggal di tunggu para golongan golongan dlm agama islam utk menyatukan pandangan tentang perlunya pemimpin yg benar islami.. dan satu suara dlm pemilu …dan satu koalisi dlm kabinet….

  5. Alhamdulillah gerakan 212 menjadi gerakan moral untuk persatuan umat islam dan gerakan koreksi atas ketidakadilan dan melencengnya bangsa ini dari pancasila dan UUD 1945 yang asli. Negara pancasila seharusnya ada untuk rakyatnya dan tidak boleh semuanya dilepaskan ke pasar. Subsidi, BUMN, dan pengelolaan kekayaan alam, tanah air termasuk pulau di dalamnya seharusnya dikelola oleh negara untuk kesejahteraan rakyatnya bukan dilepas begitu saja ke pasar dan asing untuk menguasai negara ini.

    Semua warganegara mempunyai hak yang sama dalam politik dan hukum. Tugas pemerintah seharusnya sebagai wasit yang netral bukan malah sebaliknya melakukan black campaign. Sangat ironis sekali bila petugas hukum tidak tahu hukum. Mau dibawa kemana hukum kita nanti?

    Saat ini dan nanti saya agar mencemaskan untuk pergantian panglima baru, mudah-mudahan kecemasan saya tidak terwujud. Pagi ini saya membaca headline di sebuah website akan pernyataan panglima yang baru atas adanya konflik yang bisa mengancam pemerintah. Ada banyak pertanyaan atas pernyataan ini. Apakah memang ada konflik? kalau perbedaan pendapat dikatakan konflik apakah perbedaan pendapat dilarang. Apakah TNI akan mengurusi wilayah sipil lagi? Bagaimana dengan netralitas TNI sebagai tentara rakyat bukan tentara kekuasaan. Saya wajib cemas mengingat kepolisian zaman now sudah tidak netral lagi bermain politik dan kekuasaaan bukan hukum lagi apalagi pengangkatan keduanya baik polisi dan TNI mempunyai persamaan kondisi??

  6. Subhanallah, padahal segitunya sdh dihalang2i, dr daerah2 yg mau hadir ke Jkt dipersulit, tp tetep aja bjibun, sdgkan aksi lain yg disupport rezim malah jauh dr harapan.
    Klo Militer jg bisa dikangkangi brarti sdh komplit, dana, media, aparat, Intel, n militer, semoga saja TNI tetap netral.
    Ya Rabb bantu kami merubah apa2 yg tdk dpt kami merubahnya

  7. alhamdulillah, Ini bukan sekedar aksi tapi sebagai deterren effect untuk dunia luar. Indonesia menunjukan Identitas sesungguhnya denga progress yang sangat luar biasa, yaitu persatuan Umat Islam. Disisi, Timur tengah disibukkan dengan konflik yang sengaja mereka ciptakan. Sehingga mereka lupa bahwa Israel Laknatullah dengan sedikit demi sedikit dengan sistemtis mulai mengincar Jerusalem untuk diduduki dengan memproklamirkan itu sebagai ibukotanya. US and his allies sebagai point penting sebagai supporting de jure mereka. Turki yang menurut saya sempat lepas dari jebakan persoalan kurdi dan rusia mulai bicara dan memfokuskan untuk masalah ini. Dikala timur tengah sedang disibukkan dengan urusan mereka, US and his allies terutama Israel mulai menemukan peak point untuk agenda besar mereka.
    Indonesia, persatuan muslim yang akan semakin lebih baik semoga bisa berbuat lebih banyak kedepan. Mau tidak mau, suka tidak suka, Propaganda licik, intrik2, adu domba mengancam kedepan sebagai konsekuensi persatuan Umat. Insyaallah. Read, Read, Read.

  8. Warga palestina terutama warga gaza dan para ulama serta para pejuang mujahid telah menanti sekian lama penantian dalam sebuah hadist shahih bahwa akan datang di akhir zaman kebangkitan islam dari arah timur semoga hadist tersebut merujuk ke indonesia dan islam arah timur sekitary

Reply To Kasamago Cancel Reply