Menanti Pesawat Tempur Pengawal Langit Timur Indonesia

9

Modernisasi militer Indonesia terkhususnya Angkatan Udara mengalami kemajuan yang cukup berarti beberapa tahun belakangan. Namun kalau kita lihat kembali alutsista hasil modernisasi militer belakangan ini kebanyakan ditempatkan di bagian barat Indonesia. Sedangkan di timur Indonesia, khususnya disekitar wilayah Papua bisa dikatakan hanya diawasi oleh Radar tanpa adanya Skuadron pesawat tempur sebagai kekuatan pemukul. Padahal wilayah Papua relative sangat dekat dengan Australia dan Guam, Amerika Serikat yang memiliki kekuatan pesawat tempur yang besar yang menjadi ancaman untuk wilayah ini. Lalu apakah wilayah udara Indonesia disekitar Papua akan dibiarkan tanpa pesawat tempur pengawal?

Sejatinya diwilayah timur Indonesia, TNI AU sudah memiliki Skuadron 11 yang memiliki 16 unit pesawat tempur kelas berat jenis Su-27/30 yang bermarkas di Lanud Hassanuddin, Makassar. Namun lokasi skuadron 11 ini relative jauh dari wilayah udara Indonesia di Papua. Bahkan wilayah objek vital Indonesia di Biak, Marauke, Biak, Jayapura, dan lainnya relative lebih dekat dari Pangkalan Militer Australia di Darwin dibandingkan dari Skuadron 11 TNI AU. Itu artinya jika terjadi satu konflik (yang tentunya kita tidak harapkan), kekuatan Militer Australia memungkinkan untuk lebih dahulu bisa menghancurkan objek vital Indonesia di wilayah Papua, sebelum Skuadron 11 TNI AU mampu mencegahnya.

Memang benar di wilayah udara Indonesia di sekitar Papua sudah ada Kohanudnas IV yang berpusat di Biak, dan memiliki 4 satuan radar (Satrad). Satuan Radar (Satrad 242) di Tanjung Wariri, Biak sudah dilengkapi dengan satuan radar Master T. Demikian juga di Timika sudah ada Satrad 243 yang juga dilengkapi Radar Master T. Wilayah Marauke ada Satrad 244 dan di Suamlaki ada Satrad 245 yang juga dilengkapi dengan radar Master T. Dengan adanya 4 Satuan Radar (satrad) yang mengcover seluruh wilayah Udara Indonesia di Papua, sejatinya wilayah ini sudah terawasi dengan baik. Namun yang menjadi masalahnya adalah tidak adanya Skuadron Pesawat Tempur (Fighter) di wilayah ini, membuatnya harus bergantung kepada Skuadron 11 TNI AU yang letaknya relative jauh.

Ini juga berarti bahwa jika ada ancaman yang di deteksi oleh Kohanudnas IV dan setelah adanya perintah untuk dilakukan intercept, maka untuk penindakannya tentunya harus menunggu pesawat tempur dari Skuadron 11 TNI AU yang tentu saja memerlukan waktu untuk tiba dilokasi ancaman. Hal ini membuat sudah seharusnya Indonesia membuat dan menampatkan Skuadron pesawat tempur baru untuk mengawal wilayah timur Indonesia khususnya wilayah Papua sekitarnya.

Pentingnya Skuadron Pesawat Tempur di Wilayah Papua

 

Seperti sudah penulis bahas diatas, dapat kita bayangkan bahwa pembentukan skuadron pesawat tempur amat diperlukan di wilayah timur Indonesia. Hal ini karena wilayah tersebut yang relative berdekatan dengan pangkalan Militer Australia di Darwin yang ditempati oleh Skuadron F/A-18 E/F Super Hornet. Selain itu, di Darwin juga ada pangkalan mariner Amerika Serikat yang sedikit banyak akan menjadi ancaman potensial bagi wilayah Timur Indonesia.

Selain dekat dengar Darwin – Australia, wilayah timur Indonesia terutama sekitar Papua juga relative dekat dengan pangkalan militer Amerika Serikat di Guam. Di pangkalan Militer Guam ini, terdapat pangkalan angkatan udara Amerika Serikat yaitu Andersen Airbase yang kabarnya dilengkapi dengan pesawat tempur, bomber, pesawat AEW&C dan lainnya. Selain itu, sering sekali adanya mobilisasi pesawat militer Amerika dari Guam menuju Darwin Australia yang melewati wilayah timur Indonesia, membuat potensi pelanggaran kedaulatan wilayah udara Indonesia di sini menjadi harus mendapat perhatian serius dari pemerintah Indonesia.

Untuk itu lah, sudah sepatutnya pemerintah Indonesia mulai serius untuk menjaga kedaulatan udara timur Indonesia dengan menampatkan skuadron pesawat tempur disana. Tentunya ini memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit, namun ini sangat penting untuk memastikan setiap jengkal kedaulatan Indonesia bisa terjaga dengan baik.

Beberapa waktu lalu, TNI AU juga merencanakan menambah dua Pangkalan Udara baru di sekitar Papua yaitu di Sorong dan Manokwari. Tim dari Mabes AU sedang beberapa waktu lalu melakukan survey untuk pembentukan pangkalan baru ini. Kehadiran Lanud baru ini tentunya akan sangat baik untuk menambah kekuatan TNI AU kedepan.

 

Anggaran Militer untuk Membentuk Skuadron Fighter di Timur Indonesia?

Lalu pertanyaannya adalah apakah memungkinkan untuk Indonesia untuk menambah skuadron pesawat tempur baru di wilayah Papua dalam waktu dekat? Hal ini mengingat keterbatasan anggaran militer Indonesia, apalagi Indonesia baru saja membentuk Skuadron 16 di Pekanbaru serta sebentar lagi akan ada penggganti F-5 TNI AU yang akan berlokasi di Madiun. Di MEF Restra I (2009-2014) yang lalu, modernisasi Angkatan Udara Indonesia setidaknya menghabiskan dana lebih dari $1 Miliar untuk mendatangkan 24 unit F-16 ‘setara’ Block 52, 16 unit Super Tucano, 16 unit T-50i Golden Eagle, 18 unit Grob, 9 unit C-295, 9 unit C-130 H dan lainnya.

Sedangkan di MEF Renstra II (2015-2019) nanti yang dibarengi dengan semakin bertambahnya anggaran militer, akan mencakup pengganti F-5, upgrade F-16 Block 15 OCU, tambahan 7 unit C-295 dan lainnya. Ini penulis prediksi akan memakan anggaran setidaknya mencapai $1.5 Miliar. Dilain sisi, beberapa sumber berita yang pernah penulis baca, disebutkan bahwa di MEF renstra II (2015-2019) akan ada penambahan Skuadron pesawat tempur baru, sama seperti Skuadron 16 Pekanbaru yang merupakan hasil MEF Renstra I (2009-2014) ini. Semoga saja dana anggaran modernisasi militer di MEF Renstra II (2015-2019) ini memungkinkan untuk membentuk skuadron baru di timur Indonesia nantinya.

Jika rencana ini memang benar benar diwujudkan, maka tampaknya skuadron pesawat tempur baru ini akan dibentuk setelah pengganti F-5 di umumkan di tahun 2015 nanti. Dan jika rencana pembentukan skuadron pesawat tempur baru di MEF Renstra II (2015-2019) ini benar benar dijalankan, tampaknya Skuadron ini akan di tempatkan di wilayah Papua. Semoga saja tidak ada kendala dan masalah berarti sehingga kekuatan udara di sekitar Papua selain di awasi radar militer, juga dilengkapi dengan satuan pemukul skuadron pesawat tempur yang akan membuat negara lain disekitarnya untuk tidak mudah mengganggu kedaulatan Indonesia di sekitar wilayah timur Indonesia.

Sekian dari penulis, semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca sekalian dan mohon maaf jika ada kekurangan dalam tulisan ini. Kritik dan saran pembaca silahkan disampaikan dalam form komentar dibawah.

Sumber : analisismiliter.com

Share.

9 Komentar

  1. Untuk menghadapi asu dan osi, berarti yg bisa diharapkan hadir adalah pespur dr blok timur (rusky dan china). Besa kemungkinan sih rusky. Tp kalau dihibahin J20 1skadud, masak ga mau diambil hehehe…

  2. bisa kemungkinan seperti yg di analisakan pengganti f5 tiger akan menggunakan produk blok timur dan akan ditempatkan di wilayah timur dimana wilayah tersebut sangat rawan dengan intersep pesawat asing

  3. blackhawkdown on

    everybody love a surprises especially a good surprise, can’t wait to see what TNI AU gonna purchased for Papua sky

  4. Mungkin karena sudah ada buk minah di sana atau es teh telungatus jd sementara pake tukino, klo yg di merignac itu gmn kabar nya ya??

  5. Perisai Langit Timur on

    Sebagai pelaku langsung operasi Pertahanan Udara di wilayah Timur Indonesia, saya sangat setuju dengan ide ini… sangat masuk akal untuk direalisasikan. Dasarnya ada beberapa hal: 1) Wilayah Timur masih sangat rentan dengan ancaman thd kedaulatan kita. 2) Falsafah hidup masyarakat lokal masih sangat kuat dipengaruhi oleh paham asing yg terbentuk melalui proses provokasi, sehingga visualisasi ancamannya bisa berbentuk ancaman yg dilakukan oleh aktor state ataupunnon state. 3) Di era global dimana SDA smakin terbatas, negara2 imprealis sdh pasti akan mati2an utk merebut Kekayaan alam Papua yg sangat kaya itu. 4) dari aspek geostrategy, Posisi Papua adalah sangat strategis utk diperebutkan oleh “pihak2 besar” (Amerika, Australiay dan China) yg terlibat di dlm masalah LCS. 5) Secara real, di wilayah ini banyak terjadi pelanggaran wilayah udara yg tdk sempat terselesaikan sebagaimana seharusnya oleh kekuatan Air Power kita krn keterbatasan Alut Sista. …. dan masih banyak lagi kalau mau saya sebutkan satu persatu… Mengingat inti dari aktifitas Pertahanan Udara adalah Quick Respons… dimana Posisi (Deployment) adalah sangat menentukan… sehingga dimana sekiranya penempatan posisi Squadron yg paling tepat utk keperluan itu ?

    • Makasih Bung PLT
      Sejauh ini apa ada armada pepsur pengawal angkasa NKRI di siagakan di Bumi Timur Indonesia khususnya Papua?
      baik secara berkala dalam satu Flight atau dua flight bergantian menjaga Kedaulatan disana atau ada Pepsur lawas f misal F 5 yang berhome base disana ?
      Makasih

  6. apa perlu ska untuk wilayah timur..?disana salah satu base mine usa dan ostrali sekutunya..menurut saya cukup diawasi(radar).dan lapor international (seperti kasus AL ostrali)
    maap bila kurang berkenan

Reply To Perisai Langit Timur Cancel Reply