NASEHAT GURU
Suatu saat anak laki-lakiku minta diajarkan lagu wajib yang berjudul “Berkibarlah Benderaku” karena besok harinya para murid akan disuruh maju satu persatu ke depan kelas untuk menyanyikankannya. Anakku baru berumur 9 tahun dan masih duduk di kelas 3 SD.
Tampaknya dia sangat bersemangat sekali untuk melakukannya, sangat antusias mungkin karena dia akan menunjukkan bahwa dia bisa bernyanyi dengan bagus di depam kelas walau saya tahu bahwa dia kalau menyanyi lagu mars selalu penuh ayunan iramanya.Lagu yang seharusnya bisa mengiringi orang untuk berjalan sambil berbaris jadi terdengar mendayu-dayu.
Saat itu pikiranku langsung melayang ke beberapa puluh tahun silam saat aku seusia anakku. Waktu masih duduk di kelas 5 SD dulu ada satu guru yang selalu aku benci karena satu hal tapi tidak untuk hal lain.Aku sangat menyukai gaya pak Guru ini pada saat mengajar karena aku mudah memahami pelajaran yang diajarkan. Untuk hal inilah sehingga aku pernah mewakili sekolah dalam lomba cerdas cermat antar SD sekecamatan. Ya, untuk hal yang satu ini aku kagum dengan beliau. Dan juga hal inilah yang membuat aku menjadi dikenal beliau bersama dua murid lain yang masuk tiga besar di kelas. Itu hal yang aku sukai.
Ada hal yang tidak aku sukai dari beliau yaitu beliaulah yang selalu mengajarkan murid-murid untuk menyanyikan lagu-lagu wajib kebangsaan. Beliau jugalah yang bertugas untuk mengajarkan baris-berbaris dan tata upacara bendera di sekolah pada waktu itu.
Mengapa hal tersebut malah aku benci?
Pada saat itu di pertengahan 80an adalah masa pak Harto berkuasa sebagai presiden Republik Indonesia. Dimana saat itu memang pelajaran mengenai Pancasila sangat digalakkan di sekolah. Bahkan saat itu jamannya penataran P4 sedang gencar-gencarnya diadakan disekolah-sekolah, kampus-kampus, instansi-instansi pemerintah terutama saat penerimaan murid baru, mahasiswa baru dan pegawai baru. Seluruh lapisan masyarakat memang diharapkan benar-benar menghayati mengenai butir-butir pengamalan Pancasila dan mempraktekannya juga menjalaninya dalam kehidupan sehari-hari.
Kalau di sekolah SD, selain pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) juga ada pelajaran PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa) yang harus diterima oleh para murid sebagai bagian dari pelajaran wajib di sekolah. Apabila murid mendapat nilai jelek untuk mata pelajaran ini maka berarti musibah besar bagi murid tersebut karena ancaman tidak naik kelas ada di depan mata. Di mata murid seperti aku pelajaran-pelajaran seperti ini memang terasa membosankan dan menjemukan. Apalagi saat disuruh menghapal mengenai peristiwa-peristiwa bersejarah yang terjadi pada saat perjuangan kemerdekaan di Indonesia, pada saat itu aku benar-benar kesulitan dalam menghapal tanggal-tanggal bersejarah tersebut. Oleh karena itu aku benci sekali dengan dua mata pelajaran diatas.
Lalu apa hubungannya dengan rasa ketidaksukaan aku dengan pak Guru tersebut?
Bagiku dulu, menyanyikan lagu-lagu wajib perjuangan, baris-berbaris, upacara bendera merupakan hal yang setali tiga uang dengan dua mata pelajaran yang aku tidak sukai, terasa membosankan dan menjemukan. Hal ini ditambah lagi dengan adanya kesan memaksakan dari guru tersebut maka makin tidak suka aku dengan itu semua.
Jadi yang ada di pikiranku adalah semua itu menjadi satu paket, aku benar-benar tidak suka. Aku teringat bahwa ternyata aku juga pernah dimarahi oleh pak Guru tersebut karena terus bercanda dengan sesame murid lain pada saat beliau mengajarkan lagu wajib “Indonesia Pusaka”. Sampai-sampai orangtuaku dipanggil ke sekolah karena hal ini.
Tapi tetap saja sebagai murid aku harus menjalaninya. Aku harus tetap harus bisa menyanyikan lagu-lagu wajib itu, aku harus tetap ikut upacara bendera, aku harus ikut dan bahkan dipilih juga sebagai peserta lomba baris-berbaris antar SD. Aneh ya…
MERENUNGINYA
Saat ini aku sudah berumahtangga. Aku hidup saat ini dengan kondisi Indonesia yang berbeda pada saat aku kecil.
Sebagai orang dewasa aku mampu MENILAI keadaan Indonesia yang rakyatnya banyak yang hilang rasa kepedulian terhadap sesama, nasionalisme yang kian hilang, rasa patriotism yang kian berkurang, para pemuda kehilangan kebanggaan terhadap jati dirinya sebagai rakyat Indonesia, banyak yang pesimis terhadap negaranya sendiri, banyak yang lupa sila-sila Pancasila, banyak pemuda yang merasa asing dengan lagu perjuangan yang dulu anak-anak pun banyak yang hapal, banyak perilaku orangtua banyak yang tidak bisa panutan bagi yang muda, agama yang makin ditinggalkan, antar kelompok masyarakat saling rebut saling menghujat, hukum gampang dibeli, korupsi merajalela, dan Masya Allah… masih banyak lagi yang kalau aku teruskan mungkin aku akan menangis sendirian di mejaku ini…
Apakah sudah demikian parah?
Lalu pergi kemana rasa kebanggaan terhadap bangsa ini?
BERSYUKUR rasa itu masih KUAT
Aku hanya bisa termenung tanpa bisa berkata apa-apa… Aku Cuma teringat kepada pak Guru yang dulu mengajarkan sesuatu yang sekarang bisa membuatku menangis sendiri karena keadaan bangsa ini pada saat ini. Sesuatu yang baru aku sadari telah terpupuk begitu dalam walau pada saat kecil merasa dipaksa tapi saat ini sesuatu itulah yang bisa membuatku sadar bahwa Indonesia telah kehilangan besar. Sesuatu itu mungkin masih melekat di dada ini yaitu Rasa Patriotisme dan Nasionalisme juga rasa kebanggan terhadap negeri yang kita cintai ini yaitu Indonesia.
Aku melihat semangat itu pada anakku yang begitu giat menyanyikan lagu-lagu wajib di sekolah, dia begitu bangga jadi komandan upacara bendera. Hal itu itulah yang membuatku muncul rasa haru, aku ingin katakana kepada anakku..
“” BANGGALAH nak, semangat terus untuk majukan bangsa ini kelak… janganlah jadi bagian dari masalah pada bangsa ini tapi jadilah bagian dari solusi dari setiap masalah yang dihadapi bangsa ini.””
Pak Guru… maafkan aku yang dulu telah menganggap remeh rasa kebangsaan yang selalu engkau ajarkan kepada murid-muridmu dahulu. Mungkin saat ini beliau merasa lebih sedih dari yang aku rasakan saat ini…
Tapi aku berjanji bahwa paling tidak dari anakku bahwa dia harus memiliki rasa kebanggaan, rasa patriotism, nasionalisme terhadap Negara Indonesia ini.
Sedikit coretan di sela kesibukan.
By: Abu Farza Mas Anto
“Patsus” Patriot Garuda
Semua Gambar Ilustrasi dari Googel
28 Komentar
KEKUATAN Tulisan itu memang bila kita merasakan dan berdasarkan pengalaman dan itu akan MENJIWAI , Dan bisa ditambahkan kata kata doktrin , misal ” saya yang dulu merasa dicekoki ilmu kewiraan ternyata SANGAT berguna dikemudian hari,, dan saya bersyukur””,,
Bila sekarang anak muda merasakan hal yang SAMA dengan saya dahulu,, “”PERCAYALAH rasa bela negara/kewiraan itu sangat berguna bagi jalan menuju SUKSESMU””
Semoga membawa manfaat untuk semuanya…
PATSUS kui opo yo? di FB banyak pake FP patsus
salut untuk patsus Abu Farza, salam hangat, hayo untuk patsus lainnya ditunggu kontribusinya
salam hangat juga buat Ndan Pocong Syerem.. saya mas bawor aka Abu Farza
Double jempol Patku Satrio Suroboyo,,, sedikit cerita patku,,, saat ane diskusi tentang kemerdekaan bangsa Indonesia,,, ada seorang teman mengatakan ” kemerdekaan kita karena kebetulan saja, karena jepangnya di bom atom…” sakit hati banget dengernya… mau saya tampol tu orang… kalo bisa saya gorok lehernya… haduh seenaknya saja ngomong seperti itu,,, didunia ini tidak ada yg kebetulan apalagi KEMERDEKAAN SEBUAH BANGSA… kami yg berasal dari pelosok2 daerah malah lebih memiliki rasa nasionalisme yg lebih tinggi, tapi kenapa malahan anak2 yg tinggal dikota2 besar seperti jakarta ini malah tidak ada mempunyai rasa nasionalisme… ? Apa yg salah dari pendidikan bangsa ini… ? Semoga dengan tulisan dari patku ini akan lebih menyadarkan para generasi muda… Aminn…
Mantap Patsus Abu Farza artikelnya.. saya jadi ikutan terinspirasi
Sedikit sharing aja …
Orang tua jaman sekarang lebih takut anaknya tidak bisa bahasa inggris ataupun nilai matematikanya jelek ketimbang anaknya tidak mau antri atau tata cara wudhu nya belum sempurna …
Spiritualitas dan nilai moral ‘terkadang diabaikan’ … Sadar atau tidak sadar mereka lebih menginginkan anaknya ‘pintar’ dalam hal ‘kognitif ‘ ketimbang spiritual dan moral.
Saya hanya khawatir bermunculan ‘gayus’ baru di masa depan yang ‘pintar’ korupsi dan ‘tidak pintar’ masalah spiritual dan moral apalagi rasa nasionalisme …
Salam …
setuju banget….
Semoga artikel ini membawa manfaat bagi semua, mampu menginspirasi bagi teman-teman, mampu menggugah rasa patriotik bagi keluarga, teman dan lingkungan sekitar…
Mantap mas bawor aka patsus abu farza (y).. Boleh saya share ya 🙂
Artikel yang sangat bagus dan bisa dijadikan sbg suatu teladan.
Sebenarnya saya ada kisah nyata yang jalan ceritanya mirip dgn artikel diatas tapi beda versi.pelajaran yg didapat dari kewiraan diatas tsb adalah betapa suatu lagu perjuangan dan lagu wajib kebangsaan bisa merasuk ke ubun2 kita selanjutnya mengakar jadi tunas patriotisme dan nasionalisme.
Bagi rekan rekan Patriot yang pernah hidup di luar negara dgn waktu yang lama,anda akan terasa betapa sangat rindunya dengan lagu2 tsb yg seterusnya menjadi inspirasi membentuk jatiditi anak indonesia yang murni ditengah tengah kehidupan orang asing.bila menoleh ke waktu dulu sepertinya sangat menyesal tidak bisa memenuhi hasrat seorang guru untuk menyumbang tenaga dan pikiran demi negara Indonesia tercinta ini.Kalaulah pada waktu itu kita bisa mengerti apa itu Doktrin negara maka waktu itu juga kita akan langsung menyonsong laungan ibu pertiwi.Tapi nasi belum menjadi bubur,kita bangun generasi kita melalui anak anak kita supaya bisa mengenal tentang arti patriotisme dan nasionalisme yang sejati.Dan semuanya pasti dimulai dari kita terlebih dahulu ,apakah kita juga memiliki jiwa patriot dan jiwa nasionalisme yang mumpuni sebelum kita tanamkan ke jiwa anak anak dan generasi kita.
Artikel yg mantap patsus abu farza
Inspiring.. ayo imbangi globalisasi dg pupuk nasionalisme..
mantap bung abu farza artikel yang menggugah rasa nasionalisme yang dalam, memang di jaman sekarang pelajaran tentang moral dan etika kurang begitu mengena pada anak didik masa sekarang berbeda dijaman dulu dimana pelajaran tentang moral dan etika di ajarkan dengan penuh ketegasan sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung di pancasila
yang jadi pertinyiinnyi di era modern sekarang apa sudah tidak ada lagi pelajaran tentang pancasila apa memang sudah berubah dengan pelajaran demokrasi yang kebabablasan seperti yang berlaku di tahun” sekarang?
terima kasih artikel kewira’anya patsus abu farza mas anto.
semoga generasi muda sekarang banyak memahami & mengerti akan makna” sejarah bangsa kita .dan mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa & dalam lingkungan bermasyarakat.
luar biasa patsus bung abu farza…saya pun mulai anak saya umur 2 tahun sdh mulai saya ajarkan kewiraan sejak dini, agar dia besar kelak dapat lebih mencintai bangsa yang besar ini dengan berbagai perbedaan dan budaya yang beragam…Indonesia Jaya
PAK DA aircraft
Artikel yang bagus patsus Abu , memang seharusnya doktrin kewiraan Pancasila di ajarkan dari tingkat pendidikan dasar sampai tingkat mahasiswa bahkan pegawai negeri seperti jaman dulu, pola pendidikan sekarang membuat anak pintar tapi kurang memiliki rasa cinta dan nasionalisme terhadap bangsa dan negara.
Ada keterkaitan antara bait lagu “bangunlah jiwanya” dan “itulah tandanya kau murid budiman”
Pendidikan kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional sepertinya didahulukan menurut bait bait lagu tersebut
Selamat buat Patsus Abu artikel nya mantab
Salam hangat ndan Tukang Sapu…
Luarbiasa artikelnya bung Farza, membuat kita terbawa ke masa lalu.
jempol patsus .. 🙂
Luar Biasa Patsus Abu Farza, mengingatkanku akan masa sekolah dulu setiap pelajaran matematika, setengahnya adalah pelajaran PSPB , terima kasih banyak telah mengingatkan akan masa itu, semoga kita bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi .
Your Comment terimakasih patsus abu rarza artikelnya, sdh menjadi kuwajiban kita para patsus untuk menyampaikan pesan moral terhadap tunas2 harapan bangsa.
Artikel yg menggugah Semangat, Salam Hormat Patsus Abu Farza.. “Saya yakin Harapan itu masih Ada” , Salam Indonesia Jaya.
berharap disekolah2 diadakan penataran P4 seperti dulu, guna memupuk rasa nasionalisme para pelajar