Mencoba Menulis Ulang Tulisan Pak Alfian Hamzah tentang Laksamana Purn Slamet Soebijanto .
Perjuangan seorang maestro….
Posted 2 years ago
smoga perjuangan om slamet dalam memperjuangkan dan mengembalikan keadaan NKRI bisa di beri kelancaran….
Laksamana Karam di Laut
_______________________
Penulis: Alfian Hamzah
Pada 7 November 2007, dua tahun menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana Slamet Soebijanto mendadak kehilangan jabatannya. Mabes TNI kala itu bilang pencopotan disebabkan Soebijanto ‘memasuki masa pensiun’. Aneh bin ajaib. Masa pensiun Soebijanto baru bakal dua tahun lagi. Usianya masih 56 tahun kala itu. Toh, penggantinya justru lebih tua. Laksamana Madya Sumardjono, kelahiran 21 Juni 1951, alias 17 hari lebih tua dari Slamet yang kelahiran 4 Juni 1951.
Ini yang belum pernah dilaporkan media nasional pada hari-hari itu: Dua hari lepas Soebijanto kehilangan jabatannya, pada 9 November, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta mengawatkan sebuah telegram bermarka CONFIDENTIAL ke Washington. Isinya mengisyaratkan kalau Amerika patut berbesar hati dengan terpentalnya Slamet. Kata telegram: “Perubahan ini bisa membuka peluang perbaikan hubungan kerja sama Amerika dengan TNI AL”.
Berkebalikan dengan TNI AU dan TNI AD, Slamet bersikap dingin dalam membangun hubungan dengan Amerika Serikat, tak begitu tertarik membeli peranti perang dari Amerika dan usil dalam beberapa aspek penting yang diusulkan “Sang Adikuasa” dalam skema bantuan Section 1206 dari NDAA untuk tahun anggaran 2007 dan 2008, termasuk pemasangan radar di pesisir. Dia juga menyatakan cemas pada Amerika sebagai penyuplai senjata, berkeras bahwa Amerika ‘bukan mitra yang andal’, sebab aneka kesulitan TNI AL dalam mendapatkan spare part dari Amerika. Pendepakan Slamet bisa menciptakan peluang tak terduga guna mengembalikan rencana bantuan ini ke rencana semula dan juga maju di bidang lainnya.
Pemeriksaan SINDO Weekly atas gulungan kawat diplomatik Amerika Serikat yang bocor tanpa sensor di WikiLeaks (www.cablegatesearch.net) menunjukkan Soebijanto adalah batu karang terakhir yang mengganjal rencana besar Amerika mengukuhkan cengkeraman pengaruh dan bisnis militer dengan TNI, lepas menjatuhkan sanksi embargo selama satu dekade lebih hingga 2005.
Sebuah telegram tertanda 14 Juni 2007, merekam pertemuan antara seorang utusan Menteri Luar Negeri Amerika dengan sejumlah pejabat keamanan negara di Jakarta, termasuk Slamet. Salah satu yang menjadi bahasan sang utusan kala itu adalah soal Status of Forces Agreement (SOFA), perjanjian penempatan pasukan Amerika di Indonesia. Telegram bilang Slamet cemas dengan ide itu, utamanya karena berpotensi merusak kedaulatan negara. (Kejelasan soal jadi-tidaknya perjanjian ini belum pernah dipublikasikan hingga kini). Telegram juga bilang kalau Slamet mengungkap ketidaknyamanan atas desakan Amerika agar Indonesia ikut meratifikasi Proliferation Security Initiative (PSI), traktat yang memungkinkan Amerika mencegah kapal asing mana pun yang mereka anggap berbahaya di wilayah laut Indonesia
“Laksamana Slamet bilang Indonesia tak ingin negara asing mencegat kapal-kapal di perairan Indonesia,” kata telegram. “Kendati, dia tak keberatan dengan gagasan pertukaran informasi dan bilang kalau TNI AL siap menangkap penyelundup jika Amerika bersedia membagi informasi.”
Empat bulan kemudian, persoalan baru mencuat antara Amerika dan Slamet. Dalam sebuah telegram tertanggal 12 Oktober, Amerika menyebutkan kalau diplomat mereka mendapat bocoran dari Hasyim Djalal, bekas diplomat, ahli hukum laut yang sekaligus penasihat Slamet. Hasyim Djalal, ayah dari Duta Besar Indonesia untuk Amerika, Dino Patti Djalal, intinya membisikkan penolakan Slamet atas rencana penempatan delapan radar Amerika di pesisir Sulawesi.
Ada empat alasan utamanya, katanya, (1) daya jangkau radar darat itu terbilang pendek, hanya 25 mil laut; (2) total radar yang akan dihibahkan hanya delapan unit dan ini tak kuasa memonitor 400 mil laut pesisir pantau Sulawesi; (3) kemungkinan Amerika menggunakan radar itu untuk memata-matai Indonesia; (4) Amerika bukan mitra yang andal, mengingat adanya pembatasan Kongres AS atas bantuan militer ke Indonesia. Soal yang terakhir, Soebijanto pernah mengungkap langsung alasan detailnya kepada seorang atase militer Amerika di Jakarta. Dia bilang, akibat embargo Amerika, TNI AL kesulitan mencari spare part kapal selam yang dibeli dari Jerman serta kapal kelas Corvette dari Belanda. Kedua kapal itu menggunakan sistem navigasi Amerika Serikat.
Dalam telegram yang sama, Kedutaan Amerika menggambarkan TNI AL sebagai cabang kemiliteran di Indonesia yang paling sulit dijamah dan diajak berkoordinasi karena besarnya kecurigaan kepada pihak Barat, utamanya Amerika Serikat, ketimbang sikap kebanyakan perwira Angkatan Udara. Nah, masih di telegram yang sama, Kedutaan Amerika meminta U.S. Chief of Naval Operations, Laksamana Roughead, untuk ‘mem-briefing’ Slamet di sela-sela International Sea Power Symposium pada 15-19 Oktober di Newport, Rhode Island.
Pada 25 Oktober, setelah Slamet kembali dari Amerika, sebuah telegram kembali terkirim. Kali ini, isinya menyebutkan adanya ‘ganjalan’ di kalangan perwira militer TNI atas rencana transaksi besar alat-alat Amerika, termasuk penjualan pesawat jet F-16 ke TNI AU. Nama Slamet, juga Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono serta sejumlah anggota dewan, disebutkan sebagai hambatan dalam suksesnya transaksi. Telegram menggambarkan mereka masih mengidap skeptisisme pada keandalan Amerika serta menyimpan keresahan yang mendalam atas sanksi embargo di era sebelumnya. Di bagian lain, telegram menyebutkan hambatan utama pemasangan radar di Selat Makassar adalah “kecurigaan pribadi Slamet atau versi lembaga dari kecurigaan pada rencana itu”.
Pada 21 April 2009, dua tahun lepas Slamet terpental dari Angkatan Laut, Kedutaan Amerika di Jakarta mengirim telegram suka cita yang lain. “Dalam dua tahun terakhir, kepemimpinan TNI AL jauh lebih terbuka. Mereka lebih mau mendengar dan mendiskusikan persoalan-persoalan kompleks. Perubahan kunci terjadi pada November 2007 dengan terpentalnya Laksamana Slamet Soebijanto yang pemberang dan nasionalistis dari jabatan Kepala Staf TNI Angkatan Laut. Laksamana Madya Sumardjono, yang menggantikannya hanya untuk setengah tahun berikutnya, memberi lampu hijau untuk pemasangan jejaringan radar dalam skema bantuan Section 1206. Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno, yang menggantikannya pada Juli 2008, telah mengizinkan program itu berlanjut dan mengalokasikan anggaran dan personel untuk menjaga dan mengoperasikan stasiun radar begitu terpasang.”
Sumber : SINDO Weekly
57 Komentar
kronik yang sejauh ini belum terungkap. Sangat disayangkan bila visi angkatan laut masa beliau dihentikan karena alasan yang sumir..imho
Wow,,, jika benar demikian
wah padahal mas tedjo sekarang jadi menteri
bukan padahal bung @pecutut tp “makanya”….hehehe piss
begitu kuatnya cengkraman loby asu di internal pemerintahan dan TNI, sangat di sayangkan figur seperti beliau hrs tersisih dalam memperjuangkan kedaulatan bangsa ini. Saya percaya sekalipun beliau purna tugas semangat beliau tidak akan surut dlm memperjuangkan kedaulatan bangsa ini di segala bidang Bravo general.!!!!
itulah persaingan.. harus dihadapai oleh orang yang berkualitas!!!
Sangat bijak jika pemimpin2 negeri ini menjaga jarak atau bahkan menjauhi ASU dlm segala kebijakan, baik kebijakan politik maupun militer. Negara yg sok kuasa tsb sangat licik, picik dan culas.
hmmmmm, beda pimpinan beda kebijakan (nasionalisme), kog bisa???
Pak slamet seoarang patriot yg nasionalis hebat, salut
berkat Beliau lah Pondasi TNI AL kita sekarang ini menjadi Kekar dan mulai melihatkan taring nya di ASIAN Salam Hangat Komandan semoga diberikan Keselamatan Lahir dan Bathin ( kangen sama wejangan Beliau Lirik Kang Satrio Suroboyo ) 😆 😀
Dibabar dikit dong bung 😀
apa kabar pak???
mau tanya bung tukang sapu.. kalo diwarung sebelah itu sering muncul artikel masalah penanganan ilegal fishing dan isi artikel itu sering penjatuhkan peranan TNI AL dalam penaganan ilegal fishing, bagaimanakah sebenarnya bung tukang sapu keadaanya tersebut?? mohon pencerahannya…
Komandan Tukang Sapu,,, Pak Satrio bukan pak Slamet lho ndan
hehehehehehe
wakakakakaka
Betul-betul sungguh miris…knp begitu mudanya asu masuk dlm internal TNI…selalu menjadi tanda tanya besar..?
Apakah akan selalu seperti ini…?
gimana nanti kedepanya untuk TNI…?
Apakah akan selalu dibayang”i terus-menerus oleh asu…?
Tenang aja bung.. insya Allah TNI kuat 🙂
tunggu aja tanggal mainnya.. hehehe
salam tabik u/ warga patga smua
mudah2an TNI gk kehabisan figur pemimpin seperti pak SS ini..
(jonkok di pojokan sambil isap klobot nunggu wangsit dr sesepuh)
Miris. Sekali lagi miris. Sampai kehabisan kata-kata.
Memang sangat disayangkan jika pengaruh si ASU slalu mengganggu,menawarkan produk murahan dengan harga mahal…dikira kita mau apa dibodoh”i..oke,Yang lalu biarlah berlalu..
saya yakin bahwa melihat TNI AL skrng,sudah berbeda dengan TNI AL 2007.. saat ini TNI AL sudah kuat, asing, aseng dan asem ga akan dengan mudah masuk di tubuh TNI.. saya yakin… jiwa patriotik msh kental di dada mereka (punggawa TNI AL)..
SALAM NKRI
satukan langkah mu kuatkan tekad mu tebalkan keinginan mu
musuh sudah di depan mata
mari ….
Nah artikel tentang pak Slamet di keluarkan…
Mungkin orang lain yg tidak mengetahui kronologi awal permasalahannya hanya akan berfikir Negatif tanpa mencari tau apa sebenarnya yg terjadi.
Terkuak semua kronologi yg tidak pernah di public sebelumnya.
Salam NKRI JAYA
“bravo general” NKRI harga mati
salam hormat buat pak komandan slamet, mudah2an diberi kesehatan ya pak……amiiiinnn….
untuk pak Tukang Sapu, apa kabar pak???? mudah2an sehat ya pak…
Amin .. akan disampaikan dan terimakasih
duduk di kursi lantai atas memang penuh gejolak, sensasi dan hembusan angin.. tak smua orang berkualitas gentar dari tabokan dolar..
trus berjuang Komandan..
The other side of story. Yang satunya korut. Tak kirain urusan politik eh malah urusan asu. Kapan2 kudu balas nih wajib
Bung Freaxout masalah korut kami admint dapat pencerahan langsung saat berkunjung kerumah beliau
Banyak Kedisiplinan yang dipelajari saat kunjungan beliau disana,
Salah satunya tata cara baris berbaris yang sempat dipraktekan pada Ulang tahun marinir saat itu
Akal licik jahat USA untuk mengebiri TNI AL.
Tapi knp juga Bapak besar terpujuk dan melengserkan Pak Slamet? Hemmmmmm
Semoga akan muncul kembali ribuan pak Slamet Subianto yang baru.
Yang akan mengibarkan kembali panji panji Majapahit jilid lll
Dan bisa menjunjung kembali Hegemoni maritim Indonesia menuju world class Navy
Bak kata pepatah; Hilang satu tumbuh seribu.
Salam bapak Laksamana…..
Bung lek Umar kejadiannya diera pertama pemerintahan pak SBY
dan itu menjadikan pelajaran beliau,
Mungkin lain ceritanya bila Desakan USA mengganti pejabat militer Indonesia tidak begitu dituruti di Era pemerintahan kedua pak SBY
Imho
kejadian yg sama pun terulang lagi dengan pencopotan laksamana marsetio……………………………………………………………………………………………………
#konspirasi terselubung,waspadalah…waspadalah…!!!
konspirasi besar yang dilakukan oleh asu untuk menjatuhkan sang Laksamana yg berwibawa…Sehat selalu Laksamana Purn Slamet Soebijanto…
klo liat Laksamana Purn Slamet Soebijanto, saya jadi inget ndan Satrio Suroboyo sama mas kumis…hehehehee
Maaf lancang ndan
Matur suwun pembelajarannya………., moga sehat2 semua
yang belum tahu tentang peristiwa di copotnya Bapak Subiyanto, semoga paham.
negri ini masih terlalu lemah untuk berpaling dari asu, walau hati sebenarnya sudah sangat ingin, NKRI masih harus berada di panggung sandiwara bermain cantiklah wahai perwira, untuk tujuan ke utuhan dan kejayaan NKRI.
haru campur geram juga jadinya
Sehat selalu pak ss…yuuuu!!!
yg jadi misteri adalah kendali yg dipegang si Bapak Besar. si bapak Besar mungkin punya rencana lain. Sebagai seorang yg ahli strategi mungkin sibapak mengorbankan sedikit ego untuk memperoleh kemenangan yg lain. cmiiw. trus bagaimana info tentang radar yg jadi dipasang? apakah skrng masih aktif atau bagaimana kabar selanjutnya ?
Pandangan saya sama dengan anda . dan hubungan pak SBY dengan Pak Slamet masih terbina baik karena sama sama alumni 73.
semoga jiwa patriotis, nasionalis, idealis, karakter serta jiwa korsa dan sapta marga Pak Laksamana (purn.) Slamet Soebijanto untuk dijadikan rujukan oleh pemerintah dalam hal penggantian Calon KSAL baru yang akan menggantiakan Bapak Laksamana TNI Mersetio yang akan memasuki masa pensiun.. jangan ada lagi titipan titipan yang akan merusak kedepannya…!!!
Amin
Pak Slamet dalam masa Pensiun nya sekarang tetap berjuang untuk negara dan bangsa.
Beliau masih aktif keliling Indonesia mengajarkan tentang Pancasila kepada anak bangsa,
Kita yang lebih muda bisa terus ikut berjuang untuk Kejayaan Indonesia
jika boleh saya bertanya :
jika di di TNI AL bisa waspada terhadap semua bantuan alat militer yang dicurigai ada maksud dibelakangnya, kenapa di matra lain tidak bisa seperti itu?
apakah peralatan militer strategis dari negara lain (radar, alat komunikasi militer, kapal perang, pesawat tempur) yang berupa hibah atau pembelian sudah dilakukan pembersihan/screening? mengingat banyaknya data penting yang bisa disadap oleh pihak asing
Bantuan tetap diterima tetapi kita tetap waspada, Screning tentunya ada, untuk menjaga kerahasian negara.,
Dan yang pasti Batal adalah perjanjian Status of Forces Agreement (SOFA), berkat tolakan keras pak Slamet dan Pak SBY menjalankan penolakan perjanjian tersebut dengan bijak untuk menjaga kedaulatan bangsa
Semoga Bapak Laksamana Slamet Soebijanto selalu diberi kesehatan,.. Umur panjang, dan tumbuh banyak yang akan menjadi penerus beliau, dan melanjutkan perjuangan beliau, dengan misi dan visi yang sama seperti beliau,.. Amiin
Iya Ndan CQ, Kangen Ndan Satrio Suroboyo nih,… Semoga beliau sehat ya Ndan,.. 🙂
Laksamana boleh karam dilaut. Tapi SS Kilo dan SS Akula tetap melaut.
Salut buat TNI AL dan Laksamana SS atas lobi dan upayanya yg selalu (bisa) membuat “barat” gerah.
Jabat erat selalu.
Laksamana boleh karam dilaut. Tapi Submarine Kilo dan Akula tetap melaut.
Salut buat TNI AL dan Laksamana SS atas lobi dan upayanya yg selalu (bisa) membuat “barat” gerah.
Jabat erat selalu.
Ada yg kuatir dan pengen membonsai potensi tni agar tidak berkembang dan menjadi macan asia
Apakah ini ada hubungannya dengan dikumpulkannya petinggi2 TNI di Surabaya kemarin oleh menhan RR? Semoga TNI tetap solid… jangan mau dipecah… apalagi dari antek asu yg jelas2 punya agenda melemahkan dan memecah belah TNI. Salam hormat Pak SS… semoga selalu diberikan kesehatan dan mohon selalu bimbingannya agar TNI tetap terjaga dari virus2 perpecahan. Salam NKRI.
Ngga ada harga dirinya juga pemerintah, sudah diembargo eh dipaksa beli alutsista yg tidak sesuai, laksamana yg waras dan idealis dicopot oleh loby dajal Washington….membela Industry militer dan jendral2 USA ketimbang prajurit TNI AL ! Kita berpikir ke depan dengan melihat sejarah (masa lalu). Embargo akan datang lagi!
Insya Allah dengan melihat industri pertahanan kita yg sekarang sedang gencar2 nya mendapat ToT kedepannya kita tidak akan takut lagi akan embargo negara lain..
dukung terus TNI dan jgn pernah Pesimis akan kemampuan SDM kita krna sesungguhnya kita mampu dan bisa .. 🙂
Kok ga kapok” berteman sma asu,, nanti kena embargo lgi bingung, skrg kdu mandiri soal alutsista, NKRI,!
Laksamana karam di laut…tapi tidak dihati kita…terus lah berkarya untuk Negeri dan anak bangsa, Pak SS…Kami semua akan selalu mendoakan segala kebaikan dan menghormatimu…
membaca cerita di atas menambah kekaguman saya terhadap sosok pak Slamet Soebijanto. Tapi di sisi lain juga menambah rasa benci saya terhadap negara ASu… mereka ASu memang biang kerusakan di bumi ini saat ini.
Nyoba masuk, ijin dl
monggo silahkan
sebenarnya pengaruh ASU bukan hanya di milter (TNI) tapi disemua lini pemerintahan termasuk juga dikalangan sipil terutama media massa. jadi biasanya jika tekanan ASU pada seseorang tokoh yang dianggap sbg hambatan tdk mempan, maka ASU akan pakai jalur lain khususnya lewat pembentukan opini di masyarakat melalui media massa. ingat sebelum di lengserkan, ada “kasus” antara marinir n warga yang mencaplok tanah TNI AL lalu menolak dipindahkan. saat itu pak Slamet justru mati-matian membela anggota marinir dilapangan yang bertaruh nyawa lantaran dikeroyok warga yang membawa senjata tajam. tapi media dg liciknya membalik fakta, bahwa warga adalah korban, n anggota marinir yang bertugas patroli saat itu adalah pihak yang salah. opini sdh terbentuk maka dg mudahnya pak Slamet “sang pembela prajurit”, lalu di lengserkan tanpa ada protes dr pihak manapun… IMHO
saat kami mendengar langsung cerita beliau tentang hal tersebut ‘., Memang betul ada yang ingin membuat suasananya keruh,, saat itu banyak pengungsi dari sampit yang menduduki lahan milik TNI AL ,