Mengobrol dengan teman lama, yang baru sempat berinteraksi lagi setelah sekian lama vakum, memang mengasyikkan.
Terlebih kita sama-sama bekerja di industri yang sama, yaitu industri migas. Sekalipun hanya teman online dan bukan bertatap muka secara langsung namun kualitasnya tidak kalah dengan pertemuan biasa.
Bukannya tidak ada keinginan untuk bisa saling menjabat, namun jarak dan waktu belum memungkinkan hingga hari ini.
Nenat, seorang ahli konstruksi pipa berkebangsaan Turki, dalam obrolan santai tapi penuh bobot malam itu, bercerita banyak hal yang hampir semuanya terkait dengan industri migas dan kaitan geopolitiknya di wilayah sekitar negaranya.
Diskusi kami berdua itu saya rangkum dalam dua tulisan, yaitu tulisan pertama tentang Yunani dan tulisan kedua ini tentang Turki.
Turki, negeri dengan dua pijakan
TURKI GERBANG EROPA
βKalian Turki, kalian ini NATO tapi masih saja bekerjasama dengan musuh besar NATO ituβ ujar teman kerja Nenat yang berasal dari Amerika.
Yang dimaksudkannya adalah jalur selatan pipa gas dari Russia yang akan melewati wilayah Turki. Sebelumnya jalur itu ditolak untuk melewati Bulgaria akibat tekanan dari Brussel, ibukota Uni Eropa.
Kekesalan si Amerika itu kurang lebih mungkin mewakili kekesalan pemerintahnya. Di tengah upaya keras Amerika untuk mengisolasi Russia, masih saja ada jalan bagi Russia untuk tetap menjalankan rencana-rencananya. Yang lebih mengesalkan lagi, rencana tersebut bahkan secara blak-blakan dibantu oleh dua “sekutu” Amerika di NATO yaitu Yunani dan Turki.
Ingin rasanya Nenat membalas argumen teman Amerikanya itu namun si Amerika telah meninggalkan ruangan. Disamping itu dia tidak ingin mengubah mood kerjanya pagi itu dengan hal yang dianggapnya tidak perlu. Dia cukup puas melihat kedongkolan teman Amerika yang pastinya lebih kuat lagi dirasakan oleh para pengambil keputusan di Washington.
Memanfaatkan posisinya yang persis mengurung laut Hitam, selama ini Turki seolah bertindak sebagai penjaga gerbang Eropa dari penyusupan Russia menuju Eropa lewat laut Mediteran.
Strategisnya posisi Turki memang sebuah fakta yang tidak terbantahkan. Karena fakta itulah Amerika pun menempatkan pasukannya di Incirlik,
Turki Tenggara sebagai bagian dari pertahanan strategis NATO menghadapi Russia. Dalam sejarah perang dingin, AS juga menggunakan Turki sebagai basis terdepan penempatan balistiknya yang mengarah tepat ke jantung Uni Soviet.
Namun sampai berakhirnya perang dingin dan bubarnya Uni Sovyet, Turki tidak lebih sebagai asset atau bahkan keset kaki Amerika. Turki telah melayani Amerika dan NATO dalam banyak hal namun berbagai agenda Turki di dunia internasional tetap mandeg. Tidak banyak kemajuan berarti terkait keinginan Turki untuk bergabung dengan Uni Eropa, pengakuan terhadap Siprus-Turki, pembangunan reaktor nuklir dan dukungan dalam menumpas gerilyawan Kurdi.
Bahkan keinginan yang paling minimal sekalipun untuk bisa memiliki ekonomi yang tumbuh dan berkembang pun sulit terwujud.
Rakyat Turki mengira dengan memilih seorang doktor lulusan Amerika sebagai PM akan membuat Amerika akan mengistimewakan Turki. Tidak juga. Tanshu Chiller gagal menolong Turki dari krisis ekonomi.
Titik balik datang ketika berbagai faktor terjadi bersamaan. Invasi Amerika untuk menjatuhkan Saddam dan kebangkitan Russia kembali menempatkan Turki di sekitar pusaran konflik. Namun kali ini Turki, yang sudah dijalankan oleh pemerintahan yang lebih realistis, tidak lagi mengambil pendekatan yang sama.
“Kami mengambil pendekatan dua pijakan, persis seperti posisi negara kami yang sebagian di Asia dan sebagian di Eropa. Sebagian di Barat dan sebagian di Timur.
Kami mengikuti pendekatan yang kalian (Indonesia) lakukan. Jika kalian menyebutnya dengan non-blok maka kami menyebutnya perubahan orientasi strategis” kata Nenat. Turki mendekat kembali ke Timur-Tengah dan terus meningkatkan kontak dengan Russia. Terbukti, pendekatan ini membuat Turki menjadi lebih disegani.
Meski beberapa kali gusar dengan pendekatan Russia di Bosnia, Kosovo, Chechnya dan Syria, namun Turki bersikap realistis demi kepentingan nasionalnya. Apalagi Russia juga bersedia membantu pengembangan penguasaan reaktor nuklir untuk Turki, sesuatu yang selama ini tidak pernah diberikan oleh Amerika.
Terakhir, Turki bersedia mengijinkan wilayahnya di lewati jalur pipa gas Russia yang sebelumnya ditolak oleh Bulgaria, seorang anggota Uni Eropa.
Turki pun berhak mendapatkan diskon harga gas yang akan sangat membantu perkembangan ekonominya. Fasilitas tersebut selama ini dinikmati Ukrainia namun kemudian dicabut oleh Russia setelah pemerintah pusat Kiev lebih condong kepada Uni Eropa dan Amerika.
“Untunglah kita bukan anggota Uni-Eropa sehingga kita bisa memanfaatkan situasi ini”, lanjut Nenat. dan untungnya Russia bisa bangkit dari keterpurukan setelah bubarnya Uni-Sovyet”,
saya menimpali. “Ya betul…
Bagaimanapun kita harus hormat pada negara itu, sendirian menghadapi Uni Eropa dan Amerika”, ujar Nenat lagi.
Yakin gitu Russia sendirian? Ingin rasanya saya memancing begitu tapi, sudahlah, rasanya informasi darinya sudah cukup untuk saya jadikan artikel.
Bagi Nenat adalah pipa gas Rusia menghasilkan pekerjaan buat Nenat dan rekan rekan selama bertahun tahun ke depannya……Ini proyek besar dan dia sangat senang menyambutnya. Satu hal lagi, gara-gara urusan pipa gas jalur selatan ini, Eropa sepertinya akan kembali ke konstelasi sewaktu PD 2.Rencananya pipa ini akan berakhir di Italia . Dan jika keadaan memungkinkan, Russia berharap bisa meneruskan sampai Jerman. Trio “Russia-Italia-Jerman” mengingatkan pada apa??
By : Patsus Namraenu
Gambar by :Googel
27 Komentar
PERTAMAX…
Tulisan sendiri di “pertamax”in… π
ya ga papa bung
klo mau atu lagi tuh yg wamil
wkwkwkwkwk
jawaban dari kerjasama korporat-korporat, italia, jerman, perancis,turki dengan rusia dalam bidang alutsista memberikan indonesia pelaku di balik kelambu.
Kabar dari bung namraenu bagai mengurai detail lalu mengenai pengadaan kasel dari jerman, fregat dari italia dan pespur dengan turki terutama melalui perkembangan akuisisi eurofighter.
Lebih luas wacana BRICI ialah keniscayaan, mesti MEE menyadari kekuatan pakta ekonomi baru ini sedemikian potensial.
imho…salam tabik bung namraenu..
semoga kemandirian cepat berbuah di negeri ini ya bung blaze
konfirmasi bung urakan. Memang masa kini genting sekali pak. Sebenarnya wilayah asean sedang “menikmati” perang dingin. Pemain-pemain besar berupaya memaksakan kepentingannya dengan investasi sesedikit mungkin dalam konflik yang terjadi.
Hal ini mengingatkan konflik kepentingan era kubilai khan terhadap singosari. Setelah jepang terbantu “angin dewa” kamikaze, maka kemudian mongol mengarahkan ekspansinya ke indonesia.Kegagalan dan kerugian dari kampanye mongol ini kemudian membawa perubahan penyebaran dan kemajuan islam, serta kejayaan nusantara. Apakah indonesia akan mengalami masa itu kah sekarang?..
imho…salam tabik bung urakan.
Bisa jadi bung Blaze, saya pernah baca sebuah buku yang menyebut nusantara saat itu berperan di belakang layar dalam menyokong “kelompok ming” di tiongkok yang akhirnya mampu menggulingkan dinasti yuan mongol dan mendirikan dinasti ming. masih dari buku itu, setelah berkuasa, kaisar ming akhirnya mengutus laksamana ceng-ho bukan hanya sebagai duta perdamaian, tapi ada “misi khusus” sebagai bentuk terima kasih pada penguasa di nusantara yang telah mendukung mereka π … imho
idem dito bung bocah. Jelas sudah bahwa indonesia memiliki sejarah diplomasi dan pergerakan policy yang luas serta agung. Potensi besar tersebut sudah menunjukkan bagaimana kita sesungguhnya…
salam tabik kembali bung blaze
Indonesia sedang dalam pe,belajaran untuk bisa menetapi langkah langkah dalam memasuki era kejayaan
sebelum sukses pasti ada rasa pahit,getir dan luka yg harus dicecap
DNA bangsa ini tak bisa dipungkiri, penguasaan teknologi dan sisi spiritual begitu tinggi
mari kita tetapkan hati, jaga semangat dan pikiran positif, berkarya dengan ihlas membangun negeri
this is Indonesia, the great Indonesia
and we are Indonesian!!!
Aamiiin…
Salam tabik bung blaze. π
yang pasti diharapkan indonesia salah 1nya segera membaiknya pereknomian eropa dengan begitu ekspor indonesia ke erpoa bisa meningkat,. dan tentunya akan semakin erat lagi dengan jerman dan lainnya imo π
Harus diakui bung lontong, banyak ekspor non migas kita ke asu juga. Gambaran di rembang industri di jawa timur, banyak pabrik furniture mengalami tekanan juga dalam kelesuan industri global. Lagi pula cukup banyak ekspor kita dalam bahan mentah dan bahan setengah jadi.
Meskipun kedengarannya ironi, eropa lebih tertari untuk memindah lini produksi ke indonesia jika pemerintah memberikan privelasi . Cuma hal ini jika tidak dicermati akan menjadi pengerdilan pengembangan teknologi seperti pada kasus otomotif. Setelah sekian dekade, kita masih sukar membangun industri otomotif sendiri karena telah terkekang oleh perjanjian dan telikungan warga kita sendiri yang tamak serta kerdil jiwanya.
Imho bung. Kadang saya pribadi lebih membenci “pendudukan” jepang di indonesia, karena mereka begitu tamak menguasai hulu dan hilir industri Kita daripada sentimen-sentimen primordial yang terbangun.
cmiiw..bung…
y harus sebagai manapun pengambil keputusan harus berhati2,..
kalau tidak maka indonesia akan makin sulit untuk berkembang, hanya dengan kemandirialah ayng akan membuat bangsa ini makin disegani,..
tapi tidak melupankan juga untuk tetap menjalin hubungan erat dengan negara2 sahabat π
yangpasti Indonesia ini harus jadi bangsa yang Jos gandos di semua lini dan semoaga segera tercapai Amin,… π
premium…
π
pemain dibalik kelambu? jejaring rusia dgn negara di eropa serta pengadaan dan kerjasama pembuatan alustsista Indonesia dengan german, itali, turki, swedia, ukraina, prancis dan yunani.
benang merahnya semakin terlihat jelas.
salute buat bapak dalangnya.
salam hormat dari kami.
Pemain di balik kelambu ya, bung Jaya?..identik film jaman layar tancap..he..he..he..Jadi sekarang memang penasaran bung dulu ada penawaran dari galangan Ficantieri italia mengenai kapal PKR,entah bagaimana belum terdengar kelanjutannya. Demikian juga dengan pemaparan pabrikan yakovlev yak-130 pespur latih.
Masih banyak memang bung penawaran sampai tahap pemaparan model begini. Masa tidak ada kejelasannya? Jadi teringat kasus sejarah kapal induk varyag yang dibeli China, bagaimana dulu tinjaun tim peneliti penawaran kapal induk principe de asturias? Bukan berita kelanjutannya ditawarkan ke filipina yang menarik namun penawaran itu bagaimana pengajuannya dan keperluannya, sesuatu sekali!!…
imho bung, Kita mengharap yang terbaik. Jadi bukan bantingan bung Narayana yang menarik tapi bila sudah diakuisisi bagaimana agar alutsista tersebut tidak kehilangan jenjang pengetahuan reverse engineringnya sehingga kita tidak mengalami kegagalan teknologi..
izin nyimak …
Semoga semakin banyak Negara2 yg akan sadar akan ketamakan US ini,
Terimakasih Patsus Namraemu, semakin terbuka, semakin tahu , semakin penasaran, bertambah bangga jadi Indonesia.
Benar kata patsus patsus terdahulu, bahwa Indonesia itu besar, bagi dirinya sendiri dan Dunia, maaf ini hanya pandangan saya sajah.
Terimakasih kembali bung Priangan. Saya sependapat dengan anda. Indoneisa itu besar dan menjadi faktor yg diperhitungkan dalam percaturan global.
tapi sangat disayangkan, kenapa kondisi di dalam negeri sendiri kok carut marut ya?
apakah ini merupakan bentuk proxy war yang dicanangkan pihak asing, ataukah memang negeri ini sudah masanya untuk berakhir jaman dari kalabendu menuju kalasubha…?
Rusia – Italia – German
trio macan yang siap menerkam..
Mohon admin diangkat dong artikel tentang wilayah udara kita yg fir nya masih dikuasai oleh si upil dan seperti apa usaha yg telah dilakukan pemerintah untuk mengambil wilayah kedaulatan udara kita yg masih ada dibawah kontrol negara lain, kan bahaya tuh kalau terjadi konflik lcs meletus tentu kita pasti kerepotan dong, untuk mengatur lalu lintas pesawat tempur negara asing yg melewati wilayah kita, karena ijin melintasnya nya kan melalui si upil, ndak benar toh itu, mohon dibahas hasil akhir nego kita sama si upil, tq sebelumnya.
Assalamualaikum semua warga patga.
wilayah yang di atur si upil dari medan sampai di palembang bung ini sangan miris sekali, apa lagi sekarang dilakukannya pedagangan bebas ASEAN ini akan menjadi sangat riskan apabila tidak segera di ambil alih oleh indonesia,. baik itu secara diplomatik atau secara paksa, kalau harus melalu sidang internasional kemungkinannya kita kecil mengingan si upil pasti melobi bapaknya tuntuk tetap memagang FIR,.. semoga petinggi dan pengambil keputusan kita tegas terhada si upil dan semoga paling lambat tahun depan FIR udahNKRI sendiri yang mengontrol jangan sampai harus meninggu 2019 Amin,..
Correctly bung, saya juga prihatin sekali dgn keadaan ini, kalau tidak bisa secara diplomatik, saya maunya kita ambil paksa aja tuh FIR, dari dulu sampai sekarang saya sangat tidak senang dgn adanya wilayah udara kita masih dikuasai sama si upil
Kalau di Perang Dunia II, trio Axis : Jerman, Jepang, dan Italia.
.
Saat PD II, Jerman menyerang Uni Soviet dengan operasi Barbarossa, namun gagal.
.
Konferensi Yalta, kadangkala disebut Konferensi Krim dan memiliki nama sandi Konferensi Argonaut Conference, adalah sebuah konferensi masa Perang Dunia II yang diadakan antara tanggal 4 sampai 11 Februari 1945. Konferensi ini dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat, Uni Soviet, dan Britania Raya. Mereka diwakili oleh Franklin D. Roosevelt, Winston Churchill, dan Josef Stalin.
.
Konferensi ini kadangkala disebut sebagai konferensi di mana “Sekutu Barat mengkhianati atau menjual Eropa kepada Uni Soviet”.
.
Jadi, saat PD II, Uni Sovyet bersekutu dengan AS dan Inggris memerangi Trio Axis (Jerman Nazi, Jepang, & Italia).
.
Sekarang komposisi berubah.
Eropa sepertinya juga terpecah.
Keren!
Ternyata sikap Indonesia ini ditiru oleh Turki.
Yah, memang lbh baik kita diluar pusaran permusuhan timur dan barat. Tdk ada gunanya berada disitu, bukan untung yg akan kita dapat, tp justru kesengsaraan rakyat.
Berada diluar itu berarti kita mandiri, dan kemandirian itu menunjukkan kita hebat.
Dan krnnya kita bs fokus utk memajukan ekonomi dan militer kita. Lagi pula klu mau jadi leader ya kita hrs kokoh berdikari.
Tdk mungkin kan seorang makmum jadi imam? Hehehe!
Jayalah Indonesia!