–*( MERAJUT KEMBALI PANJI PANJI NUSANTARA )*–
~ MERUWAT NEGERI PANDITO RATU ~
“Hendak berlayar ke pulau bangka
Sambil mencoba labuhkan pukat
Bulat air karena timba
Bulat suara karena mufakat”
“Datuk Mahmud bermain tombak
Siti Nurhaliza menangkap tupai
Bila hati bersalut tamak
Pancasila jangan dilupai”
“Cantik bergugus buah pepaya
Masak dipetik satu persatu
Walaupun berlainan adat dan budaya
Bhinneka tunggal ika jadi pemersatu”
“Putri diah pitaloka dari pajajaran
Senyum manis seperti madu
Berbeda beda pendapat bukan halangan
Untuk membina bangsa yang maju”
Syahdan menurut hikayat Sulatus salatin,
Di zaman pemerintahan kesultanan Melaka ada lima anak muda yang berkawan karib dari kecil lagi.
Mereka berlima itu membesar bersama sama menjadi sekawanan Anak muda yang gagah perkasa dan selalu membela keadilan dan berikrar sehidup semati sebagai sahabat.
Hang Tuah,hang Jebat,hang kasturi,hang lekiu dan hang lekir.
Dalam suatu peristiwa dimana terjadi kekacauan yang ditimbulkan oleh para perampok di sebuah pasar,kelima anak muda itu berhasil menumpaskan gerombolan para perampok di depan Bendahara kesultanan Melaka yang kebetulan lewat di pasar tersebut.
Atas jasa jasanya dan keberanian kelima anak muda tersebut maka sang Bendahara Sultan Melaka membawa mereka berlima untuk menghadap Sultan Melaka.
Dan oleh Sultan Melaka kelima anak muda tersebut dianugerahkan gelar Hulubalang dan menjadi Pengikut setia Sultan Melaka Sultan Mansyur syah.
Pada abad ke 14 kesultanan Melaka menjalinkan hubungan dengan pedagang pedagang China,campa,majapahit,pasai,keling ( india ),dilanjutkan dengan perkahwinan Antara Sultan Melaka dengan putri raja Majapahit,putri Maharaja China Yung Lo.
Hang tuah dan empat kawannya ikut serta sekali dalam meminang ke dua putri tersebut.
Atas jasa jasanya melawan para lanun yang berniat merampok rombongan Sultan tersebut di pulau temasik dan juga atas keberanian Hang tuah yang mematahkan cobaan bunuh oleh hulubalang kerajaan Majapahit yang tidak suka dengan lamaran putri Majapahit oleh sultan melaka tersebut maka Hang tuah,hang jebat,hang kasturi,hang lekiu dan hang lekir di anugerahkan pangkat laksamana.
Hang tuah terkenal dengan keris taming sarinya yang membuat dirinya kebal dan juga sangat setia kepada sultan Mansyur syah.
Ibaratnya Hang tuah telah menjadi kerbau yang dicucuk hidungnya oleh Sang Sultan dan rela bertindak apa saja untuk memuaskan hati sang Sultan tersebut.
Oleh karena sangat disayangi dan sangat di sukai oleh Sang Sultan ,situasi ini telah membuat iri para pembesar kesultanan Melaka yang lain.
Sampailah terjadi peristiwa dimana Laksamana Hang tuah telah di fitnah oleh Patih Kermawijaya dituduh telah menghamili gundik sang Sultan dan membuat sang Sultan murka dan menjatuhkan hukuman bunuh kepada Hang tuah tanpa penyelidikan terlebih dulu.
Tapi oleh bendahara istana, Hang tuah tidak jadi dijatuhi hukuman mati akan tetapi hang tuah di suruh menyembunyikan diri di hutan secara diam diam.
Hang jebat teman karib Hang tuah merasa telah berlaku ketidak adilan kepada sahabatnya telah menyampaikan ketidak puasan hatinya dengan memberontak kepada sang Sultan.
Sebagai sahabat karib yang membesar bersama sama dan berjuang dari waktu kecil lagi,telah membuat Hang jebat berpaling tadah dan menuntut keadilan.Hang Jebat sangat mengutamakan kesetiakawanan dengan Hang tuah,dalam hal ini Hang jebat tidak mengetahui cerita sesungguhnya yang Hang tuah masih hidup.
Telah berlaku huru hara dan pergolakan di istana Melaka,Hang jebat yang memegang keris taming sari milik Hang tuah sangat susah dikalahkan oleh pengawal dan hulubalang istana.
Menurut mitos,siapa saja yang memegang keris taming sari akan berasa dirinya kebal dari senjata tajam.
Keris taming sari di beritakan asalnya adalah milik hulubalang kerajaan Majapahit yang juga bernama Taming sari.Beliau dikalahkan dengan muslihat yang licik oleh Hang tuah dalam pertarungan di dalam istana Majapahit sewaktu mengikuti rombongan melamar oleh Sultan Melaka.
Setelah Hang jebat bermerajalela di dalam Istana dan tak terkalahkan.Maka atas kekhuatiran keselamatan Sang Sultan, Bendahara Istana telah mencari dan meminta tolong kepada Hang tuah untuk keluar dari persembunyiannya sekaligus mengabarkan bahwa sahabatnya sendiri yaitu Hang jebat telah memberontak.
Setelah di beritahu oleh Bendahara tentang Hang tuah yang masih hidup maka Sultan Melaka menyuruh Hang tuah datang menghadap.
Setelah diberi keampunan atas kesalahan lampaunya yang belum tentu benar tidaknya kesalahan Hang tuah,maka Hang tuah datang mencari Hang jebat sahabatnya sendiri yang membuat onar dan kerusuhan di dalam istana.
Menyadari kehadiran Hang tuah maka dengan terperanjat Hang jebat memeluk sahabatnya itu yang ternyata masih hidup. Sebagai sahabat yang menuntut keadilan atas hukuman yang berat sebelah dari Sang Sultan maka Hang jebat tidak mau meladeni Hang tuah ketika Hang tuah mengajaknya bertarung.
Hang tuah yang memang selalu taat setia kepada Sang Sultan dan dititahkan untuk membunuh Hang jebat dengan sangat marah dan sudah melupakan arti persahabatan dengan senang merampas keris taming sari dari tangan Hang jebat dan Hang tuah menikam bertubi tubi ke badan sahabatnya sendiri itu yang tidak sanggup melawan atas dasar persahabatan.
Maka Hang jebat bermandikan darah dan sebelum menghembuskan nafas yang terakhir,Hang jebat berkata kepada Hang tuah;
“Wahai sahabatku tuah….darah yang membasahi bumi ini adalah darah persahabatan dan hubungan kita”
“Hamba rela mati ditanganmu wahai tuah….karena Hamba berbuat demikian ( memberontak kepada Sultan ) adalah semata mata Hamba menuntut bela atas kematianmu wahai tuah….”
Seraya menggelatar dan terisak isak maka Hang tuah baru menyadari atas kesilapan dirinya dan Hang tuah berkata ;”Wahai sahabatku jebat….maafkan hamba yang menuruti nafsu angkara murka…dikaulah pahlawan melayu sesungguhnya….dan Melayu tak akan hilang didunia…..”.
Maka berakhirlah cerita yang tragis itu,antara dua sahabat yang sama sama mengabdi dan menjunjung tinggi sang Sultan……
Hang tuah lambang pengabdian dan kesetiaan kepada penguasa negeri yang harus dijunjung tinggi.
Hang jebat lambang kesetiakawanan dan persahabatan yang rela mengorbankan dirinya demi keadilan dan kebenaran sahabatnya.
Kenapakah Sang sultan menutupi kebenaran?
Wajarkah Hang jebat memberontak?
Apakah Hang tuah sudah melupakan arti kesetiakawanan?
Dari mereka bertiga,siapa yang benar siapa yang salah?
Kemana hilangnya SABDO PANDITO RATU yang ada dalam diri sang SULTAN?
Kemana hilangnya SABDO PANDITO RATU yang ada dalam diri HANG TUAH?
Kemana hilangnya SABDO PANDITO RATU yang ada dalam diri HANG JEBAT?
Hikayat dan cerita diatas mengajarkan kita betapa sangat pentingnya tentang SABDO PANDITO RATU di negeri ini yang sudah mencapai titik nadir.
“Sabdo pandito ratu” bukan hanya mengenai sosok pemimpin negeri kita tapi juga mengenai sikap kita yang gampang terombang ambing oleh hasutan hasutan dan jalan pemikiran yang oleng oleh riak riak kecil yang gelombang besar itu kita sendiri yang secara tak sengaja telah membuatnya.
“Apakah kita sendiri yang merubah budaya PAGUYUBAN menuju budaya PATEMBAYAN?
( Paguyuban dan patembayan akan menyusul artikelnya )
SABDO PANDITO RATU sebagai PEMIMPIN dan RAKYAT
“Sabdo pandito ratu tan keno wola wali lan berbudi bawalaksana”
-ucapan pendeta/raja/pemimpin tidak boleh diulang ulang dan mempunyai sifat teguh memegang janji,setia kepada janji atau satu kata satu perbuatan-
“Sabdo Pandito Ratu” adalah ucapan pimpinan yang seharusnya demikian dan merupakan harapan rakyat kepada mereka.
Dalam hal ini “RATU” tidak hanya mewakili pimpinan tertinggi pada khususnya tetapi juga “UMAROH” pada umumnya.
Sedangkan “PANDITO” adalah ULAMA.
Bila dikaitkan dengan posisi raja di jaman dulu,
bahwa Raja adalah :
-SENOPATI ING NGALAGA ( Panglima Perang ).
-KHALIFATULLAH ( Raja )
sekaligus
-SAYYIDIN PANATAGAMA ( Pimpinan Agama ) maka tanggung jawab Raja adalah berat,tiga hal jadi satu.
Jadi untuk berucap harus benar benar berhati hati,mengingat ia harus “BAWA LAKSANA” atau kesamaan ucapan dan tindakan.
SABDA adalah ucapan,
Jadi apa yang diharapkan dari ucapan seorang RATU?
Di sebutkan “Sabdo Pandito Ratu tan keno wola wali”
Atau juga
“Sabda Brahmana Raja Sepisan Tan Keno Dadi Wola Wali”
-Ucapan seorang pimpinan ( pemerintahan atau agama ) harus “sepisan dadi,tan keno wola wali-
Sekali diucapkan ya itu yang harus dikakukan,tidak boleh berubah rubah.
Kalau “Molak malik ” apalagi yang diucapkan ada sebuah janji,tidak hanya membingungkan dan menyakiti rakyat apalagi merusak citra.
Sebenarnya “Sabdo Pandito Ratu” tidak melulu pesan untuk Pimpinan tapi juga pesan untuk kita semua,pesan untuk rakyat jelata.
Kalau berbicara hendaknya dipikir terlebih dulu,pakai :
-Deduga
-Prayoga
-Watara
-Reringa
Jangan Waton nylekop,tahu tahu ucapannya salah..Dengan dua konsekwensi mau meralat atau tidak meralat,keduanya sama sama tidak menyenangkan.
Pada umumnya yang dilakukan tidak melarat karena pesan di belakangnya adalah “Sepisan Dadi” dan “Tan Keno Wola Wali” .
Manusia hidup harus “Sabdo Laksono” menepati apa yang telah diucapkan
Dua unsur luhur yang mengingatkan kepada setiap orang akan pentingnya kesetiaan.
Setia dengan apa yang dipilih,setia dengan apa yang diucapkan dan dijanjikan seberapapun berat resiko yang harus ditanggung oleh pilihan itu.
Ucapan atau janji memang berat,malah setiap orang dituntut untuk selalu memikirkan secara jernih dan bijak apapun dalam situasi apapun sehingga ucapan yang keluar dari mulut kita akan bijak pula.
Menyandang kapasitas sebagai seorang PEMIMPIN kita tidak boleh plintat plintut,tidak boleh mencla mencle.
Ada ungkapan lain yang berbunyi;
” Orang yang bijak dan jujur adalah dipegang dari omongannya”
Artinya salah satu yang berharga dalam diri seseorang adalah ucapannya.
Seberharga apakah kita tergantung sejauh mana ucapan yang keluar dari mulut kita menjadi kebenaran.
Inilah sikap “Tan keno wola wali lan bawalaksana”
Satu kata dan perbuatan.
Ya Allah Gusti nyuwun pangaksami…
Sampun dangu kulo ninggalno agami…
Infak sodaqoh lan kitab suci…
Nyuwun tuntunan illahi robbi…
Ya Allah Gusti kang ndamel jagat..
Katah bilahi kawulo sambat…
Punopo cubo punopo laknat…
Istighosah lan maos sholawat…
Ya Allah Gusti kang moho tartil…
Paringono imam jujur lan adil…
Negoro aman songko wong jahil…
Agomo adoh akale kancil….
By :Patsus Lek Umar Mentaras
Gambar By Patsus Dede Sherman dan Patsus Citox
27 Komentar
Luar biasa! Trimakasih untuk tulisan yang menggugah Patga Lek Umar. salam kenal dan maju terus dalam berkarya bagi negri kita tercinta.
Salam kenal kembali bung Rafalae 212 @ salam hangat
Save indonesia
Seorang pemimpin harus memiliki kriteria seperti ini :
-Ing ngarso sung tuladha
“Di depan memberi contoh yang baik”
-Ing madya mangun karsa
“Di tengah memberikan idea,gagasan dan prakarsa yang membangun
-Tut wuri handayani
“Di belakang memberi dorongan dan semangat”
Salam hangat bung ARWANK….
tapak asto ah
Monggo tapak swara bung Jenggot Bonar @ salam hangat
absen dulu ahhh…
Absen komen dong bung Patriot @ salam hangat
Semoga menjadi renungan bagi kita semua, mengingat senetron yang sedang dimainkan rezim sekarang ini…bikin kita prihatin
Dimulai dari meruwat diri sendiri tentunya bung sengkuni @ salam hangat
Salam kenal kembali bung Rafale 212 @ salam hangat
Sabdo pandito ratu tan keno bola bali…adalah ucapan seorang pemimpin yang tidak boleh berubah ubah
dari pengalaman hang tuah dan hang jebat diatas contoh dimana kesalahann raja akibat disinformasi/propaganda patih telah menghancurkan kesetiaan abdi setia kerajaan.
hal ini persis sama dengan cerita babad tanah jawa yaitu aji saka dan kesetiaan abdi setianya yang terpaksa bertempur sesama teman akibat kesalahan ajisaka sendiri
sehingga muncul ucapan ajisaka
honocoroko
dotosowolo
podojoyonyo
mogobothongo
mungkin ini juga,bisa dilihat dari kasus kpk vs polri dimana alat negara saling serang dan bertempur memperlemah akibat sabdo pandito ratu,tan keno bola bali dari presiden republik ini.
Banyak contoh sebenarnya yg terjadi di sekeliling kita.bahkan di kehidupan kita sendiri pasti akan berlaku ” sepisan dadi tan keno wola wali”.
Fisologi Sabdo pandito ratu kalau kita telurusi akan napak tilas ke pribadi kita masing masing.
Semuanya di awali dari individu yang membawa kapasitasnya masing2.
Meminjam istilah dari Bapak Satrio Suroboyo ” Upgrade lah dirimu sendiri untuk menghasilkan out put yang berkualitas”
Kualitas yang lebih baik dari orang lain dan pada akhirnya akan bermanfaat bagi orang lain juga.
Pribadi yang cemerlang dan unggul akan menghasilkan tingkah laku yang hebat,karakter yang hebat,kepribadian yang hebat,pertuturan yang hebat,pemikiran yang bijaksana baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang disekeliling.
Dan kecenderungan yang dihasilkan oleh out put tersebut akan membawa kita kepada sifat PANDITO RATU mengikut kapasitas masing masing.
Salam hangat bung Bre Wengker….
Salam Hangat juga bung @LEK U-MAR MENTARAS tulisanya sangat mencerahkan n sarat makna :shakehand2
Pesan yang bagus dari lek umar. flik& trik antar petinggi kerajaan mlaka saat itu berbanding lurus dgn keadaan di indonesia saat ini, sabda pandito ratu para petinggi jd pertanyaan
Merindukan sosok yang berwibawa dan arif bijaksana.
Salam hangat bung Balong biru….
nyimak 🙂
Monggo patsus DD @ salam hangat…
mantab Patsus Lek Umar… Terima Kasih
Terimakasih kembali bung NKRI_JAYA @ salam hangat….
Mantaf !!
Pemahaman dalam praktek yang masih sulit. Wulang reh… Antara tegas, kaku dan konsisten bagai pinang dibelah. Begitu juga plin-plan, fleksibel dan dinamis.
Semoga Lek Umar dan kita semua berlimpah berkah dan hidayah. Amin.
Amin ya robbal alamin mbak Tumini @ salam hangat dan terimakasih doanya….
Artikel yg sarat dg makna,terima kasih bung lek umar mentaras…salam hangat untuk anda dan keluarga….
Salam hangat kembali bung Mirza@ terimakasih
Merindukan sosok seperti ini….
Artikel KEWIRAAN yang mantap bung …
Izin nyimak aja …
Terimakasih dan salam hangat bung SEAJURIG…