KEMERDEKAAN Menuju Kedaulatan Bangsa Sepenuhnya jilid 4

28

KEDAULATAN PANGAN Bangsa Indonesia

Pangan 1
Kedaulatan pangan adalah hak Bangsa ini untuk mendefinisikan sistem pangan untuk Bangsanya sendiri dalam memproduksi, mendistribusikan, dan mengkonsumsi pangan.

“Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan Pangan yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal”.

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi “hak asasi” setiap rakyat Indonesia.
Oleh karena itu, sejak awal kemerdekaan Indonesia, program utama yang dicanangkan pemerintah adalah tercapainya swasembada pangan yaitu kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri.

Bahkan, pernyataan Presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno, seperti tertera pada prasasti peresmian gedung IPB (27 April 1952),
bahwa “Pangan merupakan soal mati-hidupnya suatu bangsa; apabila kebutuhan pangan rakyat tidak dipenuhi maka “malapetaka”; oleh karena itu perlu usaha secara besar-besaran, radikal dan revolusioner”.

Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa persoalan pangan menjadi landasan yang paling mendasar dari kedaulatan suatu bangsa sehingga upaya pemenuhannya diperlukan usaha secara menyeluruh dari segenap komponen dan potensi bangsa.

Swasembada pangan merupakan dasar untuk mencapai kemandirian pangan tanpa tergantung dari negara lain sehingga dapat tercipta kemandirian bangsa.
Terciptanya kemandirian bangsa tersebut pada saat itu dikenal dengan Berdiri di atas Kaki Sendiri (Berdikari). Upaya itu tentu saja dijiwai oleh pengertian yang tersurat pada Pembukaan UUD 1945.
Dengan demikian tidak dapat dipungkiri bahwa para pendiri bangsa telah menggariskan agar segenap kekuatan dan potensi bangsa hendaknya dikerahkan untuk mencapai kedaulatan pangan sebagai landasan yang paling asasi untuk tercapainya kedaulatan negara.

Definisi pangan menurut UU No. 18 Tahun 2012 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.

 

dede sherman 16

Ketahanan Pangan
Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Roma (1996). Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya UU No. 7/1996 tentang Pangan. Sebagai kebutuhan dasar dan salah satu hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa.
Ketersediaan pangan yang lebih kecil dibandingkan kebutuhannya dapat menciptakan ketidak-stabilan ekonomi. Berbagai gejolak sosial dan politik dapat juga terjadi jika ketahanan pangan terganggu. Kondisi pangan yang kritis ini bahkan dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas Nasional.

Pengertian ketahanan pangan, tidak lepas dari UU No. 18/2012 tentang Pangan. Disebutkan dalam UU tersebut bahwa Ketahanan Pangan adalah “kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan”.

UU Pangan bukan hanya berbicara tentang ketahanan pangan, namun juga memperjelas dan memperkuat pencapaian ketahanan pangan dengan mewujudkan kedaulatan pangan (food soveregnity) dengan kemandirian pangan (food resilience) serta keamanan pangan (food safety).

Ketersediaan pangan bagi masyarakat (food availability)
Dalam upaya membangun ketersediaan pangan bagi masyarakat dipandang perlu menggalakkan diversifikasi (penganekaragaman) pangan, melalui upaya penyediaan pangan yang beragam untuk memenuhi permintaan. Juga mendorong berkembangnya industri pangan berskala kecil, menengah dan besar di pedesaan maupun perkotaan. Diversifikasi pangan juga berorientasi sumberdaya lokal artinya memenuhi kebutuhan pangan beragam diutamakan dari produksi lokal sekaligus dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang positif di daerahnya.

Keterjangkauan pangan oleh seluruh masyarakat (food accessibility)
Sebagai kebutuhan dasar manusia maka pemenuhan pangan merupakan hak asasi setiap rakyat Indonesia harus senantiasa tersedia cukup setiap waktu, aman, bermutu, bergizi, dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Selain itu, perlu ditumbuhkembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman baik sumberdaya bahan pangan, kelembagaan maupun budaya lokal.
Kelayakan untuk diterima konsumen (consumer acceptability)
Dalam kegiatan atau proses produksi pangan untuk dapat diedarkan atau diperdagangkan harus memenuhi ketentuan tentang sanitasi pangan, bahan tambahan pangan, residu cemaran, dan kemasan pangan. Hal lain yang patut diperhatikan oleh setiap orang yang memproduksi pangan. Pangan tertentu yang diperdagangkan dapat diwajibkan untuk terlebih dahulu diperiksa di laboratorium sebelum diedarkan. Dalam upaya meningkatkan kandungan gizi pangan olahan tertentu.

Keamanan untuk dikonsumsi (food safety)
Faktor yang tak kalah pentingnya adalah keamanan pangan. Yang dimaksud keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.

“Kemandirian Pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi Pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat”.

Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah Pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi”.
Saat ini, laju pertumbuhan penduduk yang tinggi menjadi salah satu tantangan utama dalam permasalahan pangan di Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang terus bertambah, maka permintaan pangan pun terus meningkat. Selain itu, tantangan lainnya adalah pemanasan global yang berdampak pada perubahan iklim dan adanya persaingan pangan untuk konsumsi dan bioenergi. “Ketiga hal itu kalau tidak di-manage dengan baik akan mengancam ketahanan pangan global,” (Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI, Prof. Dr. Ir. Achmad Suryana, MS)

visi pemerintah “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.

Kedaulatan pangan vs ketahanan pangan
Kedaulatan pangan tumbuh dalam menanggapi ilusi yang diberikan oleh prinsip ketahanan pangan kebijakan penyediaan pangan yang dominan secara global. Kebijakan ketahanan pangan menekankan akses pangan bernutrisi yang mencukupi untuk semua, yang dapat disediakan melalui produksi dari dalam negeri maupun dari impor. Dengan mengatasnamakan efisiensi dan produktivitas, di berbagai negara justru berkembang rezim korporasi pangan di mana perusahaan besar mendominasi produksi dan perdagangan pangan sementara petani kecil terlantarkan.Fokus ketahanan pangan pada rezim korporasi pangan demi produktivias dan efisiensi telah menyebabkan berbagai masalah yang terus meluas secara global, seperti hilangnya pangsa pasar bagi produsen kecil dan berbagai dampak lingkungan dari pertanian.

Haiti telah menjadi contoh bagaimana produsen kecil tumbang akibat korporasi pangan. Urbanisasi dari pedesaan ke perkotaan mencerminkan hilangnya budaya pertanian subsisten menuju budaya buruh pabrik. Petani dipaksa pindah karena beras yang diimpor dari Amerika Serikat jauh lebih murah sehingga beras yang diproduksi secara lokal tidak mampu bersaing. Pada tahun 2008, Haiti mengimpor 80 persen beras yang dikonsumsinya, sehingga menyebabkan mereka sangat rentan terhadap perubahan harga dan suplai dunia. Ketika harga beras melonjak pada tahun 2008, banyak masyarakat yang tidak mampu membelinya, sedangkan produksi pangan dalam negeri sudah terlanjur turun, sehingga suplai pangan tidak mencukupi dan banyak yang memakan makanan yang tidak layak.
upaya pencapaian swasembada pangan di Indonesia menunjukkan kuatnya keinginan bangsa untuk mencapai kemandirian pangan yaitu kondisi terpenuhinya pangan tanpa adanya ketergantungan dari pihak luar dan mempunyai daya tahan tinggi terhadap perkembangan dan gejolak ekonomi dunia. Namun, pada praktiknya upaya pencapaian kemandirian pangan selama ini dihadapkan pada banyaknya persoalan dan kendala yang kompleks dan menghambat tercapainya ketahanan pangan.

Persoalan yang mendasar adalah ketidakmampuan sistem pemerintahan pusat maupun daerah otonom untuk menjamin terbentuknya sistem pangan yang mandiri dan berdaulat, baik produksi maupun konsumsinya.
Selain itu, pemerintah sangat LEMAH dalam menghadapi kebijakan negara ekonomi maju yang menggunakan komoditas pangan sebagai alat politik maka sistem kedaulatan pangan sebagai sub-sistem kedaulatan negara Indonesia perlu diperkuat.
Dalam hal ini pengertian kedaulatan pangan adalah sistem yang menjamin hak suatu bangsa dalam penentuan kebijakan pangan berbasis kemandirian untuk memenuhi kebutuhan pangan yang diutamakan dari produksi sendiri melalui pengendalian sistem produksi, konsumsi dan distribusi yang berperikeadilan berdasarkan potensi sumber daya, ekologis, sosial, ekonomi dan budaya untuk mencapai sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat.

Dan Masalah KLASIK yang membuat Indonesia selalu lemah dan tidak bisa Swasembada Pangan untuk mendukung Ketahanan Pangan dan Menuju Kedaulatan Pangan adalah menyangkut Hal yang selalu mengganggu Pilar pilar Ketahanan Pangan yaitu :
1.Ketersedian Pangan
2.Akses Pangan
3,Pemanfaatan Pangan
4.Stabilitas Pangan ,.
Asing Tau betul bagaimana cara Mengganggu Pilar Pilar ketahanan Pangan aga bangsa ini tidak pernah menjadi bangsa yang Swasembada pangan apalagi menuju Kedaulatan pangan,

MEMORABILIA SWASEMBADA BERAS

download (1)
Indonesia mencapai swasembada beras pada tahun 1984 dan Pak Harto dianugerahi sebuah medali bertuliskan ”From rice importer to self sufficiency” dari Food and Agriculture Organization (FAO). Tidak hanya penghargaan dari FAO, beberapa tahun kemudian Pak Harto juga mendapatkan penghargaan dari PBB mengenai kependudukan.

Saat Mencapai Swasembada Pangan Gabah sebanyak 100.000 ton yang dikumpulkan secara gotongroyong dan sukarela oleh petani Indonesia, diserahkan kepada FAO (Food and Agriculture Organitazion) lewat pak Soeharto . Gabah itu kemudian diteruskan kepada warga-warga yang mengalami kelaparan di berbagai belahan dunia, khususnya di Afrika.
Bantuan antar petani ini merupakan sejarah yang pertama kali terjadi di dunia, sekaligus merupakan indikasi, keberhasilan pertanian saat itu di Indonesia. Indonesia berhasil berswasembada beras tahun 1984 setelah sekian lama menjadi pengimpor beras terbesar di dunia.
Sebagai perbandingan, jika tahun 1969 Indonesia hanya mampu memproduksi beras sekitar 12,2 juta ton, pada tahun 1984 bisa mencapai 25,8 juta ton.
Tahun 1984, merupakan puncak produktivitas pangan Indonesia. Yang semula tak kurang dari 2 juta ton pertahun, beras diimpor untuk memenuhi kebutuhan pangan, maka tahun 1984 telah bisa memenuhi kebutuhan sekitar 160 juta penduduk (saat itu) dan bahkan secara gotong royong petani Indonesia mengumpulkan gabah secara sukarela sebesar 100.000 ton untuk disumbangkan kepada petani dunia lain yang kekurangan pangan.

Keberhasilan ini telah membuat FAO yang saat itu Mr. Edouard Saouma sebagai Direktur Jenderalnya, mengundang Presiden Soeharto untuk bicara pada forum dunia, tepatnya tanggal 14 November 1985.
Dalam ulang tahunnya yang ke-40, organisasi pangan dan pertanian PBB itu, mempersilakan pak Soeharto untuk berbicara tentang pengalaman sehingga pada hal-hal teknis pelaksanaan dalam upaya menaikan tingkat produktivitas dengan mencapai tingkat berswasembada pangan tersebut. Berbicara lebih dari setengah jam, Soeharto menyatakan, bahwa negara-ngara maju mempunyai tanggungjawab dan kemampuan untuk memberi kesempatan kepada negara-ngara yang sedang membangun untuk ikut maju dan sejahtera dalam mnggalakkan pembangunan ekonomi dunia yang lebih adil dan merata.

“Dari pada kemampuan dan modal besar yang tersedia digunakan untuk adu kekuatan senjata yang menjurus kepada kesengsaraan dan penderitaan manusia, lebih baik dipergunakan untuk memenuhi tanggungjawab (kemanusiaan) itu, sehingga terwujud suatu tatanan hubungan dan kerjasama internasional yang mendatangkan keadilan sosial yang merata di seluruh dunia. Itulah yang menjadi idam-idaman semua umat di dunia.”
Presiden Soeharto menjelaskan pula pada forum tersebut, bahwa” bangsa Indonesia ingin membangun manusia Indonesia yang utuh, yakni terpenuhinya kebutuhan jasmani dan rohani seperti budaya yang telah diwariskan oleh generasi sebelumnya yang merupakan pandangan hidup sebagai bangsa.”

download (2)

Bulan Juli 1986, Direktur Jenderal FAO, Eddouard Saouma menyebut Soeharto sebagai lambang perkembangan pertanian Internasional, tiba di Jakarta untuk menyerahkan penghargaan berupa medali emas FAO. Medali yang terdiri dari dua jenis, yakni yang berukuran kecil dan satunya lebih besar, berukiran timbul bergambar Soeharto dengan tulisan”President Soeharto Indonesia” dan sisi lain bergambar seorang petani yang sedang menanam padi, bertuliskan “From Rice Imoprter to Self-Sufficiency”.
Pada tahap pertama, medali itu dicetak dalam jumlah cukup banyak yang terbuat dari emas, perak dan perunggu. Pencetakan berikutnya untuk dijual yang hasilnya akan dipergunakan untuk membantu negara-negara yang sedang kelaparan, selain juga untuk aktivitas FAO dan negara-negara yang membutuhkan bantuan FAO.

PRESTASI Bangsa tersebut diatas tidak didapatkan dengan mudah tetapi dilakukan dengan Strategi,Kebijakan dan Pelaksanaan yang sungguh sungguh
Pak Harto Arah dan pola pembangunan ekonomi nya dituangkan dalam bentuk Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang sudah dilaksanakan sampai dengan Pelita VII (sampai tahun 1996).
Di dalam Pelita I bahkan Pertanian dan Irigasi dimasukkan sebagai satu bab tersendiri dalam rincian rencana bidang bidang. Di dalam rincian penjelasan dijelaskan bahwa tujuannya adalah untuk peningkatan produksi pangan terutama beras.

“Peningkatan produksi pangan bertudjuan agar Indonesia dalam waktu lima tahun jang akan datang tidak usah meng- impor beras lagi . Tudjuan lain ialah memperbaiki mutu gizi pola konsumsi manusia Indonesia melalui peningkatan produksi pangan jang mengandung protein chewani dan nabati, terutama ikan dan katjang-katjangan. Akibat positif dari peningkatan produksi beras ialah bahwa lambat-laun tidak perlu lagi mengimpor pangan, sehingga dengan demikian devisa jang langka itu dapat digunakan untuk mengimpor barang modal dan bahan baku jang diperlukan untuk pembangunan sektor-sektor lain, terutama sektor indus-tri. Selandjutnja, peningkatan produksi pangan akan meningkat-kan pendapatan petani-petani pangan. Ini akan meningkatkan taraf penghidupan para petani jang telah sekian lamanja hidup dalam serba kesengsaraan dan kemiskinan.” (kutipan kalimat yang terdapat dalam buku pedomen Repelita)

Revolusi Agraria atau Revolusi Hijau di Indonesia yang diterapkan melalui empat langkah, yaitu intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, dan rehabilitasi pertanian. Beras menjadi komoditas yang menjadi Prioritas utama di Pelita I.
Semua cara digunakan untuk meningkatkan produksi beras, dengan pembuatan dan perbaikan sarana irigasi di berbagai daerah persawahan, Pembuatan Bendungan, pemberian modal bagi masyarakat petani, penelitian dan penggunaan bibit unggul, serta menggunakan Teknologi untuk sarana pertanian.

Organisasi bimbingan massal (Bimas) dibentuk sebagai penyalur kebijakan yang melibatkan semua level pemerintahan dari pusat sampai desa.
Dilingkup petani, dibentuk kelompok-kelompok tani yang berfungsi untuk menjalankan instruksi di lapangan. Petani tidak diperbolehkan mengambil keputusan Produksi memakai Benih apa, Pemerintahlah yang akan memutuskan jenis benih apa yang akan digunakan, berapa lama waktu tanam, jenis pupuk, pestisida, dan lain-lain.
Kemudian, petani tinggal melaksanakan apa yang diinstruksikan oleh Pemerintah dan Petani diberikan penyuluhan oleh Tenaga Penyuluh Lapangan,,tugas tenaga penyuluh memastikan petani petani menjalankan intruksi pemerintah dan memastikan petani menjalankan bimbingannya ,tenaga penyuluh tersebut dibentuk oleh Departemen pertanian
Petani beruntung saat itu mendapatkan benih unggul melalui program revolusi hijau saat itu. Soeharto menangkap revolusi hijau dengan tekad, dirumuskan dan dituangkan dalam kebijakan dan program, dicetak melalui institusi, kemudian disediakan SDM dan dana serta mobilisasi masyarakat petani.tetapi bila petani membangkang dan ada pihak pihak yang ingin mengacaukan program pemerintah maka akan berhadapan dengan pihak keamanan,

download (3)

Selain memberikan Intruksi Jenis benih pupuk dan insektisida Pemerintahan pak harto juga mengatur pemasaran hasil pertanian dengan mendirikan Koperasi Unit Desa agar pasar lebih dekat kepada petani,KUD bertugas menyalurkan sarana produksi ke petani dan juga bertugas membeli gabah dari petani,Juga KUD berfungsi menjamin KETERSEDIAN sarana produksi dan AKSES bantuan modal kepetani, dijamin oleh Pemerintah, .
Kegiatan agroindustri hulu (sarana produksi), usaha tani (on-farm), agroindustri/bisnis hilir (pengolahan/pemasaran), dan penunjang (penelitian, penyuluhan, pembiayaan) diintegrasikan secara ketat dalam program Bimas.

Instruksi kepada para petani, tak cukup hanya anjuran dan uraian. Petani takkan puas jika tidak ditunjukkan bukti. Karena itu, lahan-lahan percontohan pun dibangun, seiring dengan dikerahkannya tenaga-tenaga penyuluhan dan bimbingan yang disebut Intensifiaksi massal (Inmas) dan Bimbingan massal (Bimas). Tentunya semua Program program saat itu tidak selalu mulus dan tidak ada hambatan ,tetapi program utama dilakasanakan dan dilakukan revisi dan pembenahan pembenahan untuk mengatasi segala kendala yang timbul,

Institusi penelitian seperti BPTP yang berkembang untuk menghasilkan inovasi untuk pengembangan pertanian yang pada masa Soeharto salah satu produknya yang cukup terkenal adalah Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW), hingga berbagai bentuk kerjasama antar lembaga yang terkait penyediaan sarana prasaran yang mendukung pertanian seperti irigasi dan pembangunan pabrik pupuk.
Penyediaan sarana penunjang, seperti pupuk, diamankan dengan membangun pabrik-pabrik pupuk. Para petani dimodali dengan kemudahan memperoleh kredit bank. Pemasaran hasil panen mereka dijamin dengan kebijakan harga dasar dan pengadaan pangan.Diperkenalkan juga manajemen usaha tani, dimulai dari Panca Usaha Tani, Bimas, Operasi Khusus, dan Intensifikasi Khusus yang terbukti mampu meningkatkan produksi pangan, terutama beras. Saat itu, budi daya padi di Indonesia adalah yang terbaik di Asia. Pemerintah memfasilitasi ketersediaan benih unggul, pupuk, pestisida melalui subsidi yang terkontrol dengan baik. Pabrik pupuk dibangun. Petro Kimia Gresik di Gresik, Pupuk Sriwijaya di Palembang, dan Asean Aceh Fertilizer di Aceh.

Teknologi pertanian diperkenalkan dan disebarluaskan kepada para petani melalui kegiatan penyuluhan. Pemerintah menempatkan para penyuluh pertanian di tingkat desa dan kelompok petani. Selain program penyuluhan, KELOMPENCAPIR (kelompok pendengar, pembaca, pemirsa), juga menjadi salah satu program pertanian Orde Baru yang khas, karena menyuguhkan temu wicara langsung antara petani, nelayan, dan peternak dengan menteri atau Presiden Soeharto langsung. Kelompencapir juga menyelenggarakan kompetisi cerdas cermat pertanian yang diikuti oleh para petani berprestasi dari berbagai daerah.

Saya Bukan AHLInya pertanian ,tetapi dari membaca jejak yang ada dan pengalaman bangsa ini pernah berprestasi swasembada pangan dan pernah menyumbangkan pangan untuk FAO ,maka tidak ada salahnya menyontoh program Revolusi Agraria diatas tentunya dengan pembaharuan dan Inovasi program untuk mengatasi masalah ketahanan pangan bangsa ini yang masih sangat Labil .

Wacana, Program dll yang marak didengungkan saat ini tidak hanya dicanangkan dan digalakan saja atau sebagai sebuah Janji manis ,dan akhirnya di Ingkari,hanya program pencitraan atau program suatu Institusi saja,, tetapi perlu diProgramkan jangka panjang dalam Haluan Pembangunan Nasional atau GRAND STRATEGI Industri Nasional (GSIN) yang berbasis KONSTITUSI Pancasila dan UUD 1945.dibuat oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan digariskan kepada siapapun Presiden yang berkuasa di negeri ini wajib menjalankan GSIN yang sudah dibuat untuk Rencana Pembangunan Jangka Panjang Indonesia dalam menuju KEDAULATAN BANGSA SEPENUHNYA
Saya yakin Anak bangsa dan generasi sekarang lebih Cerdik dan BISA mewujutkan KEDAULATAN PANGAN

Diolah dari berbagai sumber By : PatKu Satrio Suroboyo

Gambar by ,Patsus Dede Sherman dan Google

Share.

28 Komentar

  1. Lek U-mar Mentaras on

    Kebutuhan pokok dan asasi manusia.
    Manusia gua mulai merangkak ke luar dan menjelajah hutan adalah karena pangan.
    Bangsa negrito Afrika menjelajah sampai ke ambon-papua-melanesia-Australia juga karena pangan.
    Bangsa indo-china nenek moyang nusantara menyebar ke Asia tenggara juga karena pangan.
    Terciptanya kaum penjajah juga adalah karena pangan
    Matur sembah nuwun kagem Bapak Satrio atas wejangannya @ sugeng rahayu kagem panjenengan lan mugi mugi tansah diparingi kesehatan lan kebarokahan……
    Amiiiin

  2. 5 sampai 10 tahun kedepan kitakkan mampu swasembada pangan,kerena pemerintahan saat ini lebih mengejar yg langsung bisa di lihat keuntungannya . .

  3. Ayam formalin, daging formalin, beras berpemutih, pupuk palsu, semua bahan makanan busuk diolah demi untung berlipat mohon maaf saya cuma melihat berusaha melihat dari sisi masyarakatnya juga harus sadar dan mawas diri selain juga pemerintah sebagai regulator supaya lebih keras lagi bekerja dirjen pertanian, bpom, petani, industri swasta, menperindag juga harus bisa melindungi petani lokal jangan semua dibuat liberal siapa kuat modal dia yang menang harus ada aturan yang melindungi para petani kecil di desa desa

  4. Perlu penyusunan ulang rencana pembangunan….prioritas…kejrlian dlm melihat potensi bangsa..pemimpin yg tahu…bahwa Kami Indonesia…yrims b dde

  5. Memang harus di akui,pertanian maju saat era pk.Harto.
    Irigasi,transmigrasi,kb warisan kebijakan era pk.Harto yg bagus.
    Klo mo benci orangnya silahkan,tp program yg bagus knp gk di lanjutin.

  6. Gimana mau swasembada beras, orang harga beras sekarang jatuh sedangkan obat-obat sawah masih stagnan alias mahal.. -_-

  7. Salah satu faktor yang membuat negara ini susah untuk mengulangi Swasembada pangan ialah karena faktor lahan pertanian yang mulai tergerus oleh pembangunan industri maupun perumahan,daerah2 lumbung padi indonesia seperti karawang,banten,jatim,jateng,jambi sudah menurun tingkat ptoduktivitasnya..selain itu juga generasi muda sangat langka yang mau menjadi petani,mereka justru lebih senang kerja disektor manufaktur maupun jasa..

      • kualitas dan kuantitasnya beda om.
        menanam padi perlu air yang cukup dan matahari yang cukup, pupuk cukup.
        aq keluarga petani.
        indonesia tidak bisa swasembada pangan karena tanah produktif dijadikan perumahan dan pabrik.

      • apakah itu cukup klo cita2 untuk swasemba pangan hanya mngandalkan menanam dihalaman rmh ato polybag,aku rasa rmh2 dikota n pinggirannya jg tdk cukup punya halaman toh..menanam padi beda dengan menanam tanaman bunga ato buah bung!!mikir..

        • Naga Samudra on

          Menanam padi dalam Polybag adalah salah satu Teknologi yang sudah dihasilkan ,, untuk aplikasinya dilapangan tergantung situasi dan kondisi
          saya hanya menawarkan solusi

          Kalau Menurut anda APA ??

  8. Saya sangat rindu dgn swasembada pangan jaman dulu dimana pemerintahnya begitu memperhatinkan para petaninya. Impor beras adlh suatu keputusan jangka pendek yg tdk mendidik ke arah swasembada pangan. Para petani kita seharusnya dilindungi bukan malah dihadapkan dgn impor beras, malah hal ini akan membuat mereka hengkang dari bertani menjadi buruh. Dan swasembada pangan akan sirna begitu saja spt traktor..

  9. Program pak Harto terkait pertanian era 70-80 an sungguh sangat bagus; intensifikasi pertanian dan ekstensifikasi pertanian diiringi dengan pengorganisasiannya (kud) berikut pendampingan kredit2 program via binmas inmas yg kmdn dilanjut via BRI; namun sungguh sayang era 90an akhir fokusnya melemah semakin krg mendapatkan perhatian lebih di pemerintahan berikutnya namun kebijakan yg bagus diatas dirusak juga oleh liberalisasi alih fungsi lahan yg masif dan pemerintah terkesan abai soal ini, contoh konkrit silahkan cari perbandingan luas lahan pertanian panan dulu Dan sekarang. Kebijakan pertanian perlu diiringi dgn kebijakan pertanahan yg jelas

  10. Bukan Fan Boy on

    saya koment tulisan miringnya aja

    Daripada itu , semangkin , timbul daripadanya

    kalimat-2 ini sering terngiang -ngiang manakala ane mau berangkat sekolah siaang sambil liat TVRI

    duhhh.. sejuuuk banget .. jaman Pak Harto , g nyangka , stabilitasnya melebihi era presiden manapun minus pak karno dan pak BY

  11. kata “Tani” berasal dari istilah jawa yang berasal dari kata “Meratani” ( memberikan secara merata ) yang mempunyai arti memberikan suatu hasil produk yang manfaatnya untuk seluruh lapisan masyarakat yang merata/ semuanya menerima hasil/ manfaatnya mulai dari rakyat jelata sampai presiden. tidak peduli sipil maupun militer semuanya tergantung pada hasil keringat para Tani.
    kecukupan dan ketersediaan pangan adalah faktor mutlak dalam aspek ketahanan nasional.
    sudah saatnya kita mencurahkan kembali perhatian kita dalam masalah pertanian. tanah/ lahan pertanian kita sudah sangat rusak sekali karena pemberian pupuk kimia terus menerus dari tahun ke tahun sehingga unsur pengurai mikroba yang ada pada tanah sangat berkurang yang pada akhirnya mengurangi hasil produksi pertanian. untung saja tanah negeri ini sangat baik, paling tua dan paling subur didunia. andaikata tanah diluar indonesia ini diperlakukan sama persis cara pemupukan seperti yang dilakukan mayoritas para petani kita maka sudah hancur tanah di luar negeri tersebut karena didera pupuk kimia terus menerus.
    sudah saatnya kebijakan pemupukan kimia dihentikan atau dikurangi secara besar besarnan dan dialihkan ke pupuk organik. memang untuk hasil sementara waktu akan mengalami penurunan tetapi lama kelamaan kesuburan tanah akan pulih kembali dan meningkatlah hasil pertanian kita pada akhirnya.

  12. kalo ngomong soal pangan dan tata kelola perniagaaanya, ga ada yang nyamain mbah harto. arus informasi perniagaan bisa runut berjenjang dari bawah ke atas, disiarkan langsung RRI lagi. pangan impor strategis hanya satu pintu (bulog-dolog), jumlah yang di impor terkendali. regulasi harga kebutuhan pokok oleh bulog dan dolog. distribusi pupuk luar biasa merata. ada satu jenis pupuk yang luarbiasa, pupuk tablet, tepat guna . p[upuk ini di produksi oleh tomi. pada saaat petani sudah merasakan manfaatnya, pupuk ini malah berhenti produksi. banyak hal baik yang tidak dilanjutkan sekarang. GBHN mutlak perlu. sekarang saya nyari pupuk di malang saja susahnya minta ampun. kalo adapun harganya naik 2 kali lipat dari harga pasar. belajar dari sejarah, ambil isinya, buang kulitnya..

  13. Gambar seseorang tidak mesti kita harus mengidolakan kepadanya, hanya sebagai contoh, bahwa di era Soeharto, walaupun hutang negara banyak, tetapi diakui bahwa kebutuhan pangan ada walaupun saat itu dengan gaya beliau yang selalu dingin kepada lawan2 politiknya. Saya bukan mengidolakan beliau, bagi saya dari siapapun kalau itu baik, ya diambil, kalau jelek ya dibuang. Tiap pemimpin punya gaya dan ciri. Kalau saya mau idola tentu Pemimpin Umat yaitu Muhammad SAW sbg panutan.

    Jujur era sekarang memang nilai2 berbangsa hampir tergerus dengan budaya2 asing atau gaya hidup hedonis. Orang tua tidak mengontrol anak2-nya, kita sbg orangtua kadang2 cenderung membuat anak kita jadi manja atau tidak punya nilai. Kalaupun ada ya nilai2 sekular, tidak jelas. Sejarah dibuat adalah untuk dijadikan pelajaran bagi bangsa setelahnya, karena tidak mengalami masa2 nya. Itupun tergantung siapa yg membuat sejarah itu. Semuanya ada di Nurani masing2, apakah membuat berita bohong atau hanya keuntungan sesaat (duniawi).

    Era sekarang, mau tidak mau memang ada pencitraaan, semua media bungkam, kalaupun ada berita itu sifatnya yg baik, yg merugikan penguasa tidak ada di ekspose. Cobalah tidak mendukung membabi buta, jelek ya jelek, kurang ya kurang, tidak usah berpolemik. Yang penting sekarang bagaimana semua komponen bangsa (terutama para hulu balang) tahu tugas dan kedudukannya. Pasti rakyat di bawah akan mendoakan yang baik.

  14. Sedih…. saya peternak sapi keCil2an. disaat swasembada pangan sangat diharapkan tp disaat yg lain selalu direcoki dengan masalah2 Kandang sapi yg dekat dengan penduduklah, pencemaran lingkungan lah, bahkan lsm2 yg selalu pengen jatah amplop. jadi berfikir, bagaimana mau swasembada pangan kalau hal2 seperti itu masih dibiarkan. Padahal hasil dari beternak sapi kecil2an gak seberapa. Saya pun akhirnya males karena ketidak tenangan dalam mencari rejeki buat menafkahi anak istri. Bukankan setiap pengusaha selalu butuh kenyamanan dalam melakukan usahanya???… maaf jadi curhat. Ini kisah nyata.

  15. Ketahanan pangan dapat tercapai melalui AGRIBISNIS TERPADU (SUPPLY CHAIN PANGAN NASIONAL) dimana faktor faktor penentu agribisnis (supportiing, on farm, off farm) bersenergi dalam satu sistem operasi dari kegiatan hulu hingga kegiatan hilir. Selain itu kita harus merubah paradigma selama ini dimana petani, peternak, nelayan, hanya dijadikan OBJEK oleh pemangku kepentingan yang lain, seharusnya petani, peternak dan nelayan menjadi SUBJEK dalam mewujudkan ketahanan pangan. Selama ini petani, peternak dan nelayan hanya dapat “numpang makan” dari kegiatan yang dilakukan, belum dapat disebut “hidup” dari kegiatan yang dilakukan. Hal ini dapat kita lihat bagaimana petani marginal : areal tanam kurang dari 0,5 ha, lemahnya permodalan, lemahnya akses pasar, tidak adanya pendampingan bagi para petani menyebabkan para petani terjerat “Rente” atau “Ijon” yang tidak berujung. Sedangkan konsumen akan terus menjerit menghadapi kenaikan harga bahan kebutuhan pokok.
    Tata niaga dan tata kelola industri pertanian (pangan) di Indonesia dibiarkan terbuka untuk dikuasai oleh pihak asing (melalui LIBERALISASI) sehingga bangsa Indonesia mengalami kekurangan pangan untuk memenuhi kebutuhan rakyaknya sendiri. Pernahkan kita terpikir bahan pangan yang kita konsumsi selama ini diusahakan oleh pihak asing, misal telur dan ayam potong dikuasi oleh perusahaan Thailand, Malaysia, Agrochemical dikuasi oleh perusahaan Amerika, Eropa, Cina, Daging sapi dikuasai oleh perusahaan Australia dan masih banyak yang lainnya.
    GRAND DESIGN KETAHANAN PANGAN sebaiknya meliputi :
    1. Support : keuangan, riset unggulan, pendamping petani
    2. On Farm (budidaya) : luas areal tanam, kelembagaan petani, koperasi, menejemen usaha tani yang ramah lingkungan.
    3. Off Farm : industri pengolahan hasil panen (berdasarkan pohon industri), transportasi, infrastruktur, distribusi dan pemasaran.
    Pemerintah sebagai salah satu pemangku kepentingan harus dapat mengimbangi kecepatan berlari dari para pemangku kepentingan yang lain (swasta, petani). Peran aktif TNI melalui Komando Teritorial yang dimiliki diharapkan dapat menjaga keamanan wilayah dari usaha usaha pihak lain yang tidak ingin bangsa Indonesia swasembada pangan.

  16. Sebelum membahas ketahanan pangan, kita harus meluruskan paradigma yang berkembangan selama ini bahwa PETANI, PETERNAK, NELAYAN ADALAH OBJEK, yang betul adalah PETANI, PETERNAK, NELAYAN ADALAH SUBJEK. Saudara saudara kita yang bekerja dibidang petanian, peternakan, perikanan dapat dikatakan dari kegiatan usahanya hanya DAPAT MAKAN, belum dapat dikatakan sebagai DAPAT HIDUP. Karena mereka hidupnya terlilit dalam lingkaran RENTE atau IJON.
    Pernahkan kita sadari bahwa tata niaga dan tata industri pertanian dikuasa oleh pihak asing ? Ayam potong dan telur ayam yang kita konsumsi dikuasai oleh perusahaan Thailand dan Malaysia. Agrochemical (pestisida) untuk kegiatan usaha tani dikuasai oleh perusahaan Amerika, Eropa dan Cina. Daging sapi, susu sapi dan produk olahannya yang kita konsumsi dikuasai oleh perusahaan Australia. Beras yang kita konsumsi dipasok dari Vietnam, Thailand, Amerika. Buah dan sayur didatangkan dari Amerika, Eropa, Australia, Cina. Kenaikan harga bahan pangan (pertanian) turut serta menyumbang inflasi negara.
    Bangsa Indonesia terkenal dengan kekayaan sumber daya alam, dimana kita sering mendengan selogan IJO ROYO ROYO, GEMAH RIPAH LOH JINAWI. Kenyataannya justru bertolak belakang, bangsa Indonesia menjadi negara pengimport bahan pangan untuk memenuhi rakyat Indonesia.
    Untuk mewujudkan ketahanan pangan, seluruh pemangku kepentingan harus duduk bersama, dimana pemerintah selaku pemangku kepentingan: regulator, penyedia sarana infrastruktur dll mampu berlari cepat mengimbangi lari perusahaan swasta dan petani/peternak/nelayan.
    Ketahanan Pangan dapat terwujud melalui integrasi sistem agribisnis terpadu dari hilir hingga hulu dalam satu sistem operasi SUPPLY CHAIN. Sistem tersebut meliputi :
    1. Support yaitu riset unggulan (benih, tanah, air), lembaga keuangan/perbankkan.
    2. On Farm (usaha tani) yaitu menejemen budidaya, kelembagaan petani/kelompok tani, koperasi, pendamping petani.
    3. Off Farm yaitu industri pengolahan (pohon industri pangan), infrastruktur, transportasi, distribusi dan pemasaran hasil pertanian dan olahannya.
    4. Keamanan yaitu dilibatkannya Komando Teritorial untuk menjaga dan mengamankan wilayah (tempat produksi) dari usaha pihak pihak yang tidak ingin bangsa Indonesia swasembada pangan.

    • Kalo Indonesia mau maju maka pemikiran Era Kerajaan/Tuan tanah yang lebih bercorak agraris harus dirubah,dimana mereka hanya puas bekerja dan dapat duit. Bangsa indonesia boleh berkecimpung di dalam pertanian,perkebunan,atau perikanan akan tetapi mereka juga harus jadi pelaku bisnis. bukanya hasil yang mereka hasilkan di bisniskan oleh tengkulak tengkulak sehingga pelaku dapat sedikit sementara tengkulak mendapat hasil yang luar biasa besar

      Kuncinya disamping petani atau nelayan di bekali ilmu pertanian,mereka juga harus di bekali ilmu bisnisnya sekalian

      kalau mereka jadi pelaku pertanian sekaligus sebagai pelaku usaha/bisnis maka kemajuan bangsa indonesia yang agraris tinggal menunggu waktu saja dan swa sembada pangan bukanlah ilusi

      salam 43

Leave A Reply