Ke mana dan Di mana akhir Bangsa ini ?
Kesempatan di waktu luang yang ada saya manfaatkan untuk menulis artikel ini kepadarekan-rekan di Tanah Air di dalam rangka merenungkan dan melihat kembali rasaNasionalisme kita yang harus terus dipertajam namun tidak menjadi ultra-nasionalis.
Musim pun sudah berganti dan menjadi lebih hangat yang dapat meningkatkan angkaproduktivitas di dalam membaca dan menganalisis suatu permasalahan yang ada.
Foruminternet pun dikejutkan dengan keberanian seorang pemuda solo yang merupakan jugaPresiden RI saat ini (Ir. Joko Widodo) berani mengambil keputusan untuk melakukanhukuman mati yang tidak dapat dikompromi lagi di Indonesia.
Teman-teman saya punmembuat banyak pertanyaan tentang hukuman tersebut dan saya pun menjawab denganbijaksana dikarenakan banyak di antara negara mereka telah menghapuskan hukuman mati.
Melihat sikap Bapak Presiden yang berani berdiri di garis terdepan, saya pun memberikansikap hormat kepada beliau atau pun di dalam budaya Jepang dan Korea serta China, saya akan membungkukan badan tiga kali sebagai tanda bahwa beliaulah pemimpin yang beraniuntuk menghentikan peredaran narkoba di negeri ini.
Kesimpulan ini bukan berarti saya adalah rakyat Indonesia yang tidak bisa memberikan sikap kritis kepada kebijakanpemerintahan saat ini, namun untuk sikap beliau saat ini, saya dapat katakan sangat bagus danmembuktikan bahwa Indonesia berdaulat dan setiap negara di dunia ini, harus dapatmenghormati hukum negara masing-masing sesuai dengan kesepakatan yang tertuang didalam United Nation Convention.
Analisis yang saya akan berikan adalah terkait ke mana arah bangsa ini dan di mana akanberakhirnya di saat perebutan oleh dua negara besar yang sedang bermain sangat sopan danhalus disertai dengan segala tawaran-tawaran yang menarik. Apabila rekan-rekan sudahmembaca surat manis dari Bung Yayan atau lebih tepatnya Senior Yayan dari hasil KAA,terdapat maksud tersirat yang jelas bahwa Indonesia akan memainkan sikap geopolitikinternasional yang dapat menguntungkan bangsa ini sehingga menurut hemat saya, prinsipzero enemy yang di gaungkan oleh mantan presiden kita (Bapak Susilo BambangYudhoyono) sudah tidak dapat dijadikan dasar dalam berpijak. Argumenya adalah sikap pemerintah Tiongkok yang semakin agresif yang dapat dilihat dari peningkatan anggaranmiliter mereka dan jumlah peralatan militer yang meningkat namun banyak yang dirahasiakan dan tidak dilaporkan.
Selain itu, sikap agresif yang dilakukan oleh orang-orangWashington yang meminta izin untuk mendirikan pangkalan militer di Filipina yang menuruthemat saya menunjukan phobia yang berlebihan dan lebih mengutamakan sikap tanpa kompromi.
Dengan dasar-dasar tersebut, ketika pemerintah menunjukan kedaulatan hukumdan keberanian di dalam pentas internasional, ada suatu pesan bahwa pemerintah beranimengambil sikap dan ada suatu tujuan bahwa Indonesia akan menjadi salah satu negara penyeimbang ke dua kutub tersebut dan menurut hemat saya, alangkah lebih baiknya dunia ini menjadi tiga kutub sehingga kutub ketiga menjadi negosiator dan lebih dapat mencegahpeperangan yang akan datang atau pun di dalam keadaan terburuk,
Kubu ketiga dapat menyerap ilmu sebanyak-banyaknya sehingga dapat mempersiapkan diri sebelum hal terburuk terjadi. Ingatlah tujuan akhir dari transfer teknologi itu kawan !
Dari segi militer, pun bangsa ini dapat berkembang ke arah yang lebih baik dengan tujuan atau goal yang ada menjadi pemain di dalam geopolitik internasional.
Mayoritas parapengunjung atau pun member di forum militer begitu pesimis dengan statement dari sang Menhan (Bapak Ryamizard Ryacudu).
Ingatlah rekan-rekan, beliau bukanlah mantan Jenderalyang tidak makan asam garam dan beliau berani berdiri paling depan di kasus Aceh.
Terdapat analisis menarik lainya di dalam pikiran saya,
- Mengapa Bapak Presiden Jokowi memberisuatu ide kepada PT. DKP untuk membangun kapal selam ?
- Apakah akan dibentuknya sinergi di antara BUMN produsen alat berat ?
- Apakah ada kapal selam lainya yang sudah di pesan namun tidak dipublikasikan mengingat confidentiality agreement dari Pemerintah Indonesia ?
Hal terakhir namun tidak menjadi artikel terakhir, semoga para sesepuh dan senior di forumPatriot Garuda ini dapat memberikan pencerahan selanjutnya mengingat bangsa ini akanbersiap-siap untuk bermain di geopolitik internasional.
Tidaklah perlu takut akan Australia atau pun Perancis, namunlah takut apabila Bangsa Indonesia terpecah belah.
Jayalah NKRI dan berkibarlah terus Merah Putihku !
By Bung Daltob
Gambar by Patsus Citox dan Patsus Dede Sherman
13 Komentar
Ini sudah deal sejak jaman era Sby dan sudah ditentukan lokasi mana di PT PAL utk galangan kapal selam…..yg membuat lambat konon dana yg ga kunjung cair.
Dan Kapal Selam itu divisi sendiri bukan masuk DKP…cuma memang orang2nya ambil dari divisi lain macam DKN sebagai kapro untuk saat ini
untuk kapal selam..apakah hasil kerjasama dg turki yg dulu mencuat skr tenggelam..
Menurut saya zeroenemy itu bukanya tidak ada musuh tetapi hanya ungkkapaan untuk meredam gejolak dan posisi Indonesia dimata dunia. Saya yakin pemimpin Indonesia sdh mempunyai analisa mengenai ancaman yg harus ditagkal atau dinetralisir tanpa kita melawan secara terbuka. Dengan begitu posisi Indonesia tdk terlalu mencolok dan terlihat netral.. Nice article bung Daltob Cmiiw
sangat mencerahkan sekali… !!! keputusan Presiden saat ini menurut saya pahit di awal tpi manis di akhir.
teruskanlah berjuang tanpa ada campur tangan asing di dalamya. Kita akan menjadi negara yg di segani lawan ataupun kawan.
mau masuk kok sulitya minta ampun. Tolong admin biar di permudah ,agar comens g’ nyungsang terus.
iya bung…mau masuk patga sulit sekali..kadang comment dobel2..
maunya comment jadi batal…
tolong bung admin di permudah…biar yg mau comment lebih gampang..
dan patga tambah ramai….trim’s
Indonesia buat KS sendiri ?? Apakah itu hasil kreasi sendiri sprti pesawat2 PT.DI atau bagaimana, mohon pencerahannya.
Presiden pastinya ketika mengambil kebijakan telah melewati banyak pertimbangan,
ditunggu artikel mencerahkan dari bung pocong syerem, bung narayana 🙂
Klo kita lihat dr luar istana, kebijakan2 negara sudah pasti presiden ide gagasannya sebagai pemimpin normatifnya, seandainya klo kita meraba dr dlm tembok istana bukan barang tentu presiden yg hanya neken tok tanpa membacanya karena ga hobi membaca, real di lapangan gula, beras, dll..yg kita konsumsi ternyata importirnya…yg selama ini masyarakat nkri punya stigma kapitalis plus nepotisme …..ekonomi bangsa kita mendekati lampu kuning karena praktis cadangan negara kita turun drastis sejak ditinggalkan bapak besar dgn cadangan negara yg besarrr….pertumbuhan ekonomi dibawah 4-3 %…target waktu pilpres dgn lantang jkw 7%….apakah kita akan kembali ke era ekonomi thn 98…gak mustahil itu terjadi apabila ide presiden datang dr kaum kapitalis opportunis nepotisme..,..kemana sebenarnya pres nkri yg real…..
Saya juga appreciate terhadap ketegasan hukuman mati narkoba ditengah kecaman dari berbagai negara. Kita adlh bangsa yg berdaulat. Disisi lain agar hukuman mati yg dilakukan thd gembong narkoba dan teroris juga dilakukan terhadap para koruptor. Para koruptor ini adlh bahaya laten yg bisa merongrong segala sendi kehidupan negara ini kalau kita tdk bisa bersikap tegas kpd kejahatan ini. Mereka bisa hidup enak dan mewah tp pembangunan mjd terhambat, uang rakyat mjd habis terkuras.
Sinergi badan usaha strategis sdh waktunya dilakukan utk menghadapi pasar bebas asean dan utk mengembangkan potensi dan nilai strategis mereka utk pertahanan dan kemandirian bangsa ini.
jangan tebang pilih dalam eksekusi mati … tinggal tunggu siapa koruptor yg belum di eksekusi mati.
Bung Daltop ,,, memang benar Pak Es-Be-Ye sering bilang zero enemy, tp jangan lupa kalimat tersebut dibarengi dengan kalimat lanjutan “Kalau Mau Damai Maka Bersiaplah Berperang”. Hal ini sering kali dilontarkan, terlebih menjelang masa akhir masa jabatan. Disini menurut saya cerdas nya Beliau, di satu sisi bilang tidak bermusuhan tp dilain sisi pedang siap terhunus, kesan nya memang mendua tp inilah Indonesia dengan ke khasan nya sebagai pelopor GNB dan politik bebas aktif. Ibarat kata “musuh tidak dicari, ketemu musuh tidak lari”.
Sikap “berani” pemerintahan sekarang pasti sudah memperhitungkan untung rugi dalam menyikapi suatu sikap, bekal yg didapat berupa penguatan otot hulubalang Indonesia (TNI), GDP yang mencapai $ 4000 per kapita penduduk, rasio hutang vs GDP 24%, dan resources yang dimiliki. Ingat kan terakhir latihan akbar TNI Oktober 2014 dengan mengusung Pre Emtive Strike ,,, So ,,, inilah Indonesia
Salam Kenal (maklum selama ini cuma SR)