* Merajut Kembali Panji Panji Nusantara * Bagian 10

19

* Merajut Kembali Panji Panji Nusantara *
Bagian 10
______________________________

~ MUDIK LEBARAN DENGAN CARA SELAMAT MENGAMBIL CONTOH FILOSOFI JAWA ~
______________________________

dedenew104

Sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat di kota kota besar di seluruh Indonesia, setiap hari raya tiba pasti ada kesibukan luar biasa di jalan jalan raya dan di jalan jalan besar.
Aliran trafik memang sangat luar biasa,jutaan pengendara bermotor roda dua dan roda empat kelihatan seperti pasukan semut berbaris panjang pulang ke kampung halaman masing masing.
Setelah setahun merantau ke kota, masyarakat pedesaan yang bekerja di kota kota besar di Indonesia,akan melepaskan kerinduan mereka kepada keluarga masing masing.

Begitu juga bagi masyarakat Indonesia yang bekerja di luar negeri, tidak ketinggalan ikut meramaikan suasana Lapangan terbang domestik di tiap tiap bandara kota kota besar di Indonesia atau juga suara hiruk pikuk di pelabuhan penumpang di seluruh pelabuhan utama Indonesia.

Baik yang mudik Hari raya lewat jalan darat atau lewat laut dari Kota kota besar ke desa desa di seluruh pelosok negara,ataupun yang mudik dari luar negeri lewat jalur udara atau jalur laut ke kampung halaman masing masing,selalunya memakan korban kecelakaan terutama jalur darat dan jalur laut.
Hal ini di akibatkan oleh tingkat kewaspadaan dan kehati-hatian yang rendah terutama pengemudi jalur darat. Dan 80% dari kecelakaan lalu lintas darat tersebut korbannya adalah pengendara bermotor roda dua.
Sikap ingin cepat cepat sampai ke kampung halaman telah melangkahi sikap biar lambat asal selamat.
Kesesakan lalu lintas pemudik lebaran yang berdesak desakan saban tahun kadang mengakibatkan kecelakaan maut .

Yah…..sudah tentu semua pemudik lebaran pasti ingin selamat sampai ke tujuan masing masing dengan lancar.
Tapi justru prinsip berhati hati di jalan raya dan sikap biar lambat asal selamat di lupakan seketika dan akhirnya terjadi keegoisan untuk tidak mau mengalah kepada pemudik yang lain untuk berjalan duluan.
Rasa toleransi,tenggang rasa dan tidak mau mengalah di jalan raya akan mengakibatkan terjadi rasa individualistis dan mementingkan diri sendiri.

Barangkali bagi masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Jawa pada khususnya, prinsip “Ngalah-Ngalih-Ngamuk” telah di lencongkan ke arah yang negatif dan salah kaprah terutama bagi pemudik lebaran jalur darat.

Ngalah untuk mencari ruang yang kosong pada jalan,
Ngalih untuk menyalip pengendara di depannya,
Ngamuk bila di salip oleh kendaraan yang lain atau tidak bisa mencari ruang untuk menyalip,
Dan akhirnya timbul kecelakaan karena masih tetap ngotot dengan tidak mau mengalah dan akhirnya Ngamuk nabrak atau ditabrak oleh pengendara yang lain.

Kita berpegang kepada Fisolofi Ngalah Ngalih Ngamuk justru harus tanpa emosi.
Prinsip Filosofi yang sudah menancap kuat di jiwa masyarakat Jawa ini,harus di tanamkan dulu akar “SING PENTING SLAMET”.
Karena pada dasarnya kecenderungan orang orang Jawa adalah memilih jalan selamat,
Selamat untuk apa saja dalam kehidupan mereka sehari hari.

“Ati ati yoh……sing penting slamet”,
Begitulah pesan kedua orang tua saya, 19 tahun yang lalu ketika untuk pertama kalinya saya berpetualang ke luar negeri.
Bahkan pesan keramat tersebut yang bermakna “Hati hati yah….. Yang penting selamat”, masih beliau ungkapkan sampai di usia saya yang menuju garis kepala empat ini.
Bagi kedua orang kita, itulah pesan yang pantas di berikan oleh setiap orang tua kepada anaknya tanpa terkecuali.

Dulu saya berpandangan pesan seperti itu merupakan buah tertinggi dari kasih sayang kedua orang tua kepada anaknya.
Keselamatan menjadi bukti Faktual bahwa orang tua kita tidak ingin kehilangan anaknya.
Mereka boleh kehilangan harta, pangkat, uang, rumah atau barang berharga lainnya, tapi tidak untuk kehilangan seorang anak.

Jadi saya paham bagaimana perasaan kedua orang tua kepada saya kala pesan tersebut di ucapkan.
Mereka sejatinya sedang menabur benih cinta sebagai elemen paling utama dalam merangkai jembatan hubungan yang abadi antara orang tua-anak.
Mereka berharap anaknya memahami bahwa kasih sayang tertinggi oleh orang tua kepada anaknya adalah saat orang tua memesankan kata “Selamat” dan bukan kata yang lain.

lekumar10

Secara tersirat, pesan itu mengesahkan kecenderungan orang Jawa Kepada filosofi “Ngalah” ( mengalah ) dalam berhadapan dengan pihak lain.

“Ngalah” di maknai sebagai keharusan untuk menghindari Konflik atau bersitegang dengan pihak lain.
Bahkan seandainya pun terjadi, maka konflik yang tersulut akan mudah terselesaikan jika kita memahami dan melaksanakan filosofi “Ngalah” tersebut.
Harmonisasi antara dua pihak menjadi yang utama dibandingkan dengan konflik.

Dalam filosofi “Ngalah” ,kita tidak perlu merasa kalah meski kita mendudukan diri bukan dalam posisi “pemenang”.
Bahkan bagi kebanyakan orang Jawa, “Ngalah” merupakan refleksi kerendahhatian seseorang saat berhadapan dengan pihak lain.
Dengan “Ngalah” ,jaminan keselamatan akan di raih tanpa merasa perlu berhadap-hadapan dengan pihak lain yang mungkin lebih kuat atau juga bisa lebih lemah.

Seandainya ”Ngalah” pun tidak membawa hasil,
Kita masih memiliki filosofi “Ngalih”.

“Ngalih” bermakna pindah tempat.
Namun sejatinya, “Ngalih” bukan bermakna melulu pindah tempat karena “Ngalih” juga membawa seseorang kepada suasana baru yang berbeda dengan suasana sebelumnya yang penuh intrik, hasut, serakah dan fitnah.
Dengan “Ngalih” ,seseorang akan terjamin keselamatannya karena ia sengaja menghindar dari tempat dan persoalan yang mendera.

Lalu apa yang akan di lakukan jika ” Ngalah dan Ngalih” sudah di lakukan tapi jaminan keselamatan masih saja belum di dapat?

“Ngamuk……..”
Yah,bagi rata rata orang Jawa pasti akan memilih mengamalkan filosofi “Ngamuk”.
“Ngamuk” memiliki banyak makna,
“Ngamuk” bermakna marah, melawan dengan sekuat tenaga atas ketidak adilan yang berlaku, dan tidak mau tinggal dia dengan segala persoalan yang ada.
“Ngamuk” merupakan pilihan yang tersisa dan yang terakhir yang harus di lakukan demi menjaga harga diri dan keselamatan dirinya.
Batas dirinya terus diinjak injak dan hanya bisa ditegakkan bila kita melawan sehingga darah penghabisan.

Sebagai orang Jawa, saya yakin filosofi itu mampu mendudukan pesan orang tua dan anak pada posisi yang tepat.
Karenanya, pesan keselamatan berupa “Sing Penting Slamet” akan senantiasa terjaga bila kita mengiringnya dengan pemahaman yang tepat terhadap kita, saat kita berpergian jauh, berurusan dengan orang, di jalan raya atau di mana saja di belahan bumi ini kita berada.

Bagaimanapun juga filosofi “Sing Penting Slamet” ,justru malah di persepsikan sebagai akar dari kesabaran yang di konotasikan melekat kuat pada masyarakat Jawa.
Karena itu saya tidak percaya, jika filosofi “Sing Penting Slamet” dan ” Ngalah-Ngalih-Ngamuk” tersebut justru di anggap sebagai penghambat atau menjadi faktor utama yang menjadikan orang Jawa susah untuk di ajak maju.

Perkataan “Sing Penting Slamet” bukan berarti kita tidak berani mengambil apa jua resiko, tapi lebih mengarah kepada taktik dan muslihat untuk mengelabuhi musuh secara halus tapi dengan cara selamat.

Dalam kasus kasus kecelakaan maut yang terjadi kepada pemudik lebaran tiap tahun di Indonesia, prinsip “Sing Penting Slamet” harus senantiasa di di dahulukan oleh masyarakat yang ingin mudik berhari raya di jalan raya.
“Biar lambat asal selamat” bukan berarti kita melulu berlambat lambatan bak kura kura berjalan ,akan tetapi lebih kepada kecenderungan untuk menanamkan sifat senantiasa berhati hati dan berwaspada kepada segala kemungkinan yang berlaku di dalam perjalanan menuju ke kampung halaman tanpa tergesa gesa. Senantiasa “Eling dan waspodo” agar diri sendiri selamat di mana jua kita berada dan dalam keadaan situasi apapun.
Sifat bersopan santun dan menghargai pengendara bermotor yang lain akan mengurangkan resiko kecelakaan maut tersebut.

Dan sebaliknya, prinsip “Ngalah-Ngalih-Ngamuk” tidak harus di dahulukan untuk di terapkan di jalan raya. Walaupun masyarakat Jawa sudah melekat kuat dengan prinsip yang sudah menjadi darah daging orang orang Jawa tersebut, filosofi tersebut akan membawa kepada sikap ugal ugalan di jalan raya. Karena masing masing akan mengalah untuk mengamuk kemudiannya. Merasa harga dirinya di injak injak dengan tidak mau mengalah terus.

Bila kita luaskan lagi Filosofi “Sing Penting Slamet ” dan ” Ngalah-Ngalih-Ngamuk” ke konteks yang lebih jauh lagi yaitu ke dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat dalam tubuh NKRI ini ,apakah bisa filosofi tersebut berimplementasi dengannya?……..
Mari kita renungkan lebih jauh sejenak.

dedenew105

 

” yen kepingin di ajeni liyan, ojo sok dhemen marta martakake, opo maneh nganti mamerake kabisan lan kaluwihanmu.Pangaji-ajining liyan iku sejatine bakal teko dewe, ora perlu mbok buru.Nuduhake kawasisan pancen kudu biso milih papan lan empan. Mulo lan prayugo kepara purihen ojo kongsi wing liyo biso njajagi. Nanging mongso kalane ngadepi gawe-parigawe keconggah mrantasi “

– Bila ingin di hormati oleh orang lain, jangan suka memberitahu ke sana ke mari apalagi kemampuan dan kelebihanmu. Penghormatan dari orang lain sebenarnya tidak perlu di kejar karena akan datang sendiri. Menunjukkan kelebihan harus empan-papan, tahu kapan dan bagaimana caranya. Lebih baik jangan sampai orang bisa meraba kemampuanmu, tetapi bila di perlukan kamu bisa mengatasinya –

Oleh Patsus Lek Umar Mentaras Biro Kualalumpur
Gambar : Google ,Patsus Citox dan Patsus Dede Sherman

Share.

19 Komentar

  1. ismeds beckham on

    Ane ga pulang kampung, tapi ane ngerasa para warga patga seperti sodara – sodara ane sendiri…kebersamaan,tutur kata & diskusi serta artikel yg sangat berkualitas karena ada rasa persaudaraan yg sangat kuat disini walaupun Ane sering sr dimari…salam buat warga patga semuanye..” Ayam kate maen di hutan, ketemu buaya lagi berduka..klo ada kata yg kurang sopan, mohon dibuka pintu maafnye..”

    …NKRI HARGA MATI…

  2. Lek U-mar Mentaras on

    Kami mengucapkan selamat menyambut Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1436 H buat Para pengunjung warung Patriot Garuda , bilamana ada sajian dan menu dari hidangan kami yang masih terasa asin,pahit,asam dan tawar kami mohon maaf sebesar besarnya atas kekurangan dan kekhilafan kami.
    Untuk itu kami akan sedaya upaya untuk menutupi kekurangan sajian dan menu kami di waktu yang akan datang.

    Taqqoballahu minna wa minkum shiyamana wa shiyamakum taqqobal ya karim
    Wa kullu amin wa antum bi khair minal adin wal faidzin jazakumullah ahsanal jaza……

    ~ Mohon maaf lahir dan batin ~

Leave A Reply