Catatan Seorang Chef part 20

18

CHANGE OF BEHAVIOUR

yayan58

Saya termasuk orang yang beruntung, karena lahir dan besar dalam keluarga dimana kedua orang tua saya memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda. Ayahanda adalah seorang lelaki desa yang berhasil mengeyam pendidikan dasar hingga sarjananya di Indonesia. Adapun ibunda sebaliknya, beliau lebih banyak menghabiskan masa kanak-kanak hingga remajanya di Amerika dan Eropa.

Namun dalam dunia kerja, keduanya justru terbalik. Ibunda lebih banyak berkarir di Indonesia, sedangkan ayahanda sebaliknya. Suatu hari keduanya pernah bercerita tentang kesan dari masing-masing dunianya. Ibunda bilang, beliau merasa bahwa perusahaan di Indonesia hanya memanfaatkan kemampuan bahasa asing yang dimilikinya, ketimbang ilmu yang beliau raihnya. Adapun ayahanda selalu merasa bahwa perusahaan Eropa yang merekrutnya tidak pernah sungguh-sungguh ingin memanfaatkan ilmu yang diraihnya dari bangku kuliah. Hampir ada kesamaan..!

Saya memetik banyak pelajaran dari sini, paling tidak, sejak kecil saya tidak pernah minder ketika tidak bisa menguasai dengan baik salah satu mata pelajaran. Jangan tiru gaya saya, karena pasti tidak sesuai dengan keinginan para guru di Indonesia. Lagi-lagi saya beruntung, saat mengecap pendidikan SLTP di Bandung, saya dipertemukan dengan seorang guru yang special, yang kemudian menjadi idola saya. Beliaulah yang pertama kali menemukan bakat berorasi dalam diri saya. Saat kelas satu, saya didaulat menjadi Ketua Majelis Perwakilan Kelas, karena waktu itu, para pengurus OSIS biasanya berasal dari kelas dua. Sebagai ketua MPK, saya bertugas untuk mengawasi dan mengkritisi jalannya roda berorganisasi. Kontan, dalam waktu singkat, saya telah menjadi musuh bersama. Setiap orang ingin menjatuhkan saya dalam setiap perdebatan. Namun demikian, di luar forum, saya masih dikenal sebagai sahabat yang supel. Konon karena kesupelan saya inilah, sang guru idola itu dengan sengaja menyebarkan berbagai pesan moral untuk disebarluaskan. Salah satu pesan yang paling berkesan pada waktu itu adalah tentang peranan dasar ideal individu dalam setiap tatanan sosial, dimana kita dituntut untuk senantiasa menjadi bagian dari solusi, bukan bagian dari permasalahan. Hal inilah yang selalu saya petik dalam setiap perdebatan. Hasilnya sangat menakjubkan, arah perdebatan biasanya akan berubah menuju persamaan pendapat dan pandangan. Dari sang guru idola saya mendapatkan ilmu tentang kepemimpinan. Kini berkat kepemimpinannya, beliau telah berhasil menjadi salah satu wakil di DPR RI, setelah sebelumnya sukses memimpin salah satu daerah di Jawa Barat. Terima kasih Pak..! Hehehe

Pun ketika saya bersekolah di salah satu SMA di Pekanbaru. Saya masih bisa menemukan sosok guru yang bisa mengayomi. Di saat kebanyakan guru kurang menyukai gaya belajar saya, ternyata masih ada guru yang sangat peduli. Bahkan mereka tak segan membela saya di setiap munculnya perbedaan. Konon, tujuan akhir pendidikan adalah Change of Behaviour. Kita bebas menjadi diri kita, namun harus secara sadar dapat mengontrol agar tetap dalam tempat dan tujuan yang baik. Beliau juga memberikan kebebasan untuk tidak mengikuti mata pelajaran yang tidak saya sukai, namun dengan syarat harus mengganti dengan karya dan prestasi di bidang lain. Kebijakan ini telah membawa saya menjadi seorang penulis cerpen di beberapa koran lokal, serta menghasilkan beberapa naskah lomba karya ilmiah. Saya bangga dengan guru yang telah memberikan kebebasan pada saya, karena kemudian sang guru itu mampu menduduki jabatan sebagai kepala sekolah tersebut, dan kini memimpin salah satu dinas di Depdikmenum. Terima kasih dan selamat ya Pak..! Wah, gelarnya udah nambah nih..! Hahaha

Kemarin, saya menerima kabar dari para keponakan di Indonesia yang berhasil diterima di beberapa PTN terkemuka. Ada rasa bangga dan haru, karena saya tahu bahwa pencapaiannya itu sangat tidak mudah, yang mustahil bisa diraih dengan cara belajar yang saya miliki. Namun demikian, saya selalu berdoa semoga mereka terlahir sebagai generasi yang menjadi bagian dari solusi, bukan bagian dari permasalahan. Dan saya juga berharap, setiap jenjang yang mereka lalui akan bermuara pada terwujudnya nilai-nilai Change of Behaviour yang lebih baik.
Selamat dan sukses, saya haturkan untuk semuanya. Semoga kita tidak pernah alfa bahwa pendidikan adalah proses berkelanjutan, yang bermula sejak kita masih dalam rahim, dan hanya akan berakhir setelah kita memasuki liang kubur..! Bukankah begitu Ibu Beth Nurbaity..? Hehehe..! Pesanmu tidak pernah terlupa..! Salaam…

MOBIL LISTRIK
Harapan mobil listrik Indonesia itu ternyata masih ada..!
Belum musnah, tapi kita masih sedang berbenah..!
Dengan penyediaan infrastruktur yang masih nol dan dengan penguasaan teknologi batery yang belum maximum, andaipun mobil itu bisa kita produksi saat ini, nyatanya kita masih akan dihantui menjadi pasar basah bagi produk sejenis yang datang dari Eropa dan Amerika. Untuk itu, langkah lanjutan pun terus ditempuh. Jangan khawatir, nyatanya kesepakatan ini juga merupakan kesepakatan bersama. Karena kelak, hasilnya akan lebih mencengangkan..!

Mobil listrik Indonesia next generation akan jauh lebih canggih, selain batery yang sudah buatan dalam negeri, kemampuannya juga sudah jauh meningkat, dimana mobil bisa menempuh jarak 60-65 km hanya dengan sekali pengisian energi. Hebatnya, bobot batery yang saat ini sebesar 1.6 ton akan menjadi hanya 150kg..! Dan waktu yang diperlukan untuk charging pun akan jauh menyusut, yang semula 5-6 jam, kelak hanya dalam waktu 5 menit..!

Parameter sukses industri mobil listrik, bukan seberapa banyak kita bisa mencipta merek, tapi seberapa hebat kita bisa membuat batery. Batery adalah setara engine dalam mobil yang menggunakan BBM..! Kita sepakat ingin menjadi negara industri, bukan hanya negara karoseri..!

Maju terus mobil listrik Indonesia..!

yayan59yayan62

PINDAD
Alhamdulillah, pelan namun pasti, kemandirian itu kian mendekati..!

Setelah PT INKA berhasil menggandeng General Electric untuk membangun locomotif dan rangkaian gerbong kereta api electric, kini giliran PT Pindad yang bersinergi dengan PT Waskita Karya, telah mampu membuat semua komponen jalur kereta api yang kita perlukan. Semoga ke depannya, PT Pindad segera mengadopsi teknologi Magnetic Elevator dari Japan ataupun Germany..! Sehingga ketersedian dan kemudahan moda transportasi di Indonesia semakin bisa mendukung kemajuan pembangunan di berbagai sektor..!

Mari kita dukung bersama setiap langkah menuju kemajuan itu..!

Akhirnya pemerintah menyetujui untuk menggelontorkan dana sebesar Rp 5 Triliun kepada PT Pindad untuk membangun roket long range dan rudal..! Lantas bagaimana roket-roket yang telah dan sedang dikembangkan oleh Lapan..?

Jawabannya sangat jelas bahwa sampai kapanpun Lapan tidak akan memproduksi hasil penelitiannya untuk kepentingan komersil. Semua hasil penelitian Lapan akan diserahkan pada berbagai BUMN untuk kemudian dikomersilkan dengan segera. Dari hasil penjualan setiap item produk akan disisihkan untuk keperluan R&D Lapan, sehingga kelak Lapan akan memiliki sumber pendanaan bagi kepentingan riset yang semakin besar…!

Diperkirakan Lapan akan menjadi salah satu lembaga yang bonafide setelah pesawat N219 karya mereka berhasil dipasarkan. Andai semua ini tercapai, maka sangat mungkin bagi Lapan untuk segera menerbangkan roket ruang angkasanya sendiri dengan segera..! Di Asia Tenggara, Lapan adalah satu-satunya lembaga antariksa yang sudah fokus pada pembangunan roket peluncur satelit, bahkan kita termasuk dari sedikit negara di dunia yang sudah mencapai level tersebut..! Semoga sinergi antar lembaga pemerintah akan semakin bergairah dan menghasilkan energi positif bagi kemajuan bangsa dan negara..!

yayan60yayan61

Kemarin ada acara rame-rame di Puspitek Serpong..!
Staf Kepresidenan menyaksikan penandatangan MoU berjamaah antara PT Pindad dengan beberapa instansi lainnya, seperti ITB, PT LEN, PT PAL, BPPT, BATAN dan lain-lain..! Kira-kira ada project besar apa ya..? Hehehe

citoxnew64

NENEK MOYANGKU ORANG PELAUT..!

Ungakapan itu menunjukan sebuah fakta atau sekedar nostalgia..? Meski kita sepakat bahwa Indonesia adalah bangsa bahari, namun dari segi perilaku dan fakta sejarah, kita justru lebih dominan sebagai bangsa agraris. Bahkan ketika bangsa-bangsa Eropa datang untuk mengeruk kekayaan alam Indonesia, rasanya tidak pernah terdengar dalam sejarah bahwa mereka mengangkut hasil tangkapan nelayan di setiap pesisir. Dari mulai zaman rodi hingga ke romusha, fokus pekerjaannya cenderung kepada pembangunan fasilitas dan infrastruktur agrikultur dan transportasi darat.

Tidak heran jika kemudian para pemimpin kita pun cenderung lebih bersikap agraris centric. Benar, bangsa kita pernah jaya di laut, tapi belum benar-benar menggambarkan kejayaan ekonomi kelautan. Meski laut telah menjadi media vital dalam aktifitas ekonomi bangsa kita, namun fungsi riilnya hanya sebagai wahana pengangkutan barang yang berasal dari hasil ekploitasi lahan perkebunan, pertanian dan pertambangan. Ekploitasi laut masih jauh panggang daripada api..!

Semangat kebaharian sebenarnya telah didengungkan sejak lama, tapi hingga kini mentalitas agraris masih melekat kuat. Hal ini tentu tidak terlepas dari cara pandang kita terhadap kondisi geografis negeri ini. Kita masih asyik terbuai dan dininabobokan dengan spectrum negara kepulauan. Kenapa kita tidak berusaha mengubah diri menjadi bangsa dan negara kelautan..?
Kenapa kita juga masih memandang Indonesia sebagai negara dengan pulau-pulau yang dikelilingi laut..? Mengapa kita tidak pernah merasa menjadi negara kelautan yang ditaburi pulau-pulau..?

Ironisnya, walaupun kita sadar bahwa kekayaan terbesar bangsa ini ada di dalam dan dasar laut, namun nyatanya sistem pendidikan Indonesia sama sekali tidak pro laut. Bahkan untuk mempelajari ilmu kelautan, harus nebeng pada institut pertanian. Ada banyak sekolah pelayaran, tapi itu hanya menelurkan calon pelaut, yang sama sekali jauh dari tujuan untuk mengeksploitasi kekayaan kita yang berada di dalam dan dasar laut. Laut, lagi-lagi hanya menjadi wahana transportasi untuk mempermudah proses ekploitasi kekayaan di darat..!

Negara bahari, apakah hanya sekedar ilusi, atau reality..?
Jika benar nenek moyang kita seorang pelaut, apakah berarti beberapa orang dari nenek moyang kita justru seorang petani..? Ironisnya, meski kita ngaku sebagai bangsa bahari, tapi kita justru tidak pernah tahu apa isi dan potensi laut kita. Kita bahkan masih gelap dengan kekayaan yang ada. Buktinya, kita masih lebih suka bersikap pesimis, merasa bangsa kita miskin gak punya apa-apa, banyak hutang, masa depan suram, dan lain-lain. Kita hanya melihat apa yang ada di darat, sehingga kita lengah ketika banyak bangsa lain yang datang untuk mengeruk, menggondol, menggasak dan merusak laut kita..!
Lalu kita diam..?
Hehehe..! Dimana semangat nenek moyang kita sebagai pelaut…? Pelaut itu pantang takut, apalagi pengecut..!
Bangsa bahari itu pemberani dan tidak takut mati..! Ini kok malah rendah diri..! Bangsa Indonesia itu perkasa, dan tidak mudah putus asa..!

Jadi siapa sih sesungguhnya nenek moyang kita..?
Nenek moyangku orang pelaut, nenek moyangmu..? Hehehe…

By Patku Yayan@indocuisine
Gambar by Google, Patsus Citox dan Patsus Dede Sherman

Share.

18 Komentar

  1. saya suka di bagian ‘i am part of the solutions,not the problem ‘ hidup adalah matarantai persoalan,maka jadilah dirimu bagian daripada solusi, thingking globally burit acting locally itulah pesah dari ayahku… mantap chef dan salam kenal

  2. saya suka di bagian ‘i am part of the solutions,not the problem ‘ hidup adalah matarantai persoalan,maka jadilah dirimu bagian daripada solusi, thingking globaly but acting localy itulah pesah dari ayahku… mantap chef dan salam kenal dari tukang gosok batu

  3. “I’m part of the solution not the problem”….ini semangat yg saya suka…,sekecil apapun bagian tersebut akan menjadi sangat berguna…barakallah…kang Yayan.

    …Dan nenek moyangku seorang pelaut..menguasai lautan luas-samudra…,benar kang Yayan sistem pendidikan baik formal-non formal diarahkan-dibentukkan untuk menjadikan Indonesia negara maritim,bahari…
    Sayang sekali Anugrah geostrategis dan sda yang luar biasa di lautan belum bisa dikelola secara optimalkan untuk kesejahteraan bangsa…
    Ingin mengelola laut dengan optimal,berarti harus memiliki armada /matra laut yang kuat dan dipayungi oleh matra udara yang gahar pula….

  4. cakar elang on

    Change of behaviour. Bakat alamiah akan membentuk karakter kt. Karakter yg humanis dan sosialistis. Tugas pendidikanlah untuk membantu mengarahkan bakat2 terpendam ini. Kadang kt salah kaprah dlm menerapkan pendidikan. Kt kerap menjadikan pendidikan sebagai alat pembentuk karakter dgn cara paksaan yg tidak sesuai keinginan bakat alamiahnya. Sehingga hasil dr pendidikan ini seringkali menelorkan insan2 yg egois dan tidak manusiawi. Bravo bung Yayan.

  5. Segar sekali artikelnya.. sepeti habis makan desert cincau hijau dengan sirop tradisional campolay

  6. Menjadi bagian dari solusi bangsa bukan masalah bangsa..
    Sangat setuju bung..meskipun kecil, tpi kalo kita bersama” jadi solusi kecil itu akan jadi BESAR…
    Heheh..trima kasih bung YAYAN..

  7. bila lapan sdh memberikan prototyp ke pindap berarti rudal hasil pengembangan lapan sdh tahap masuk produksi ya.

  8. pengalaman yg luar biasa inspiratif, jrg bs mendpat mentor guru spt kisah diatas. Bagian dari solusi..
    Menggugah kisahnya. Berharap sistem pendidikan lebh dpt mengarah ap yg disampaikan sang guru.

    negara kelautan yg ditaburi pulau pulau? Ini Baru cocok dan terdengar penuh kekuatan.

    Smg saja Jales Veva Jaya Mahe NKRI terwujud dg bnyknya getek raksasa dg haluan penuh biopori tertutup..

    Selamat Hari Raya Idul Fitri 1436 H
    Mohon Maaf Lahir Batin

  9. Ehm bung yayan..udah tak tunggu2 loh artikelnya akhrnya keluar juga..renyah bung,kayak gorengan kulit ikan salmon 🙂

    Btw,berharap bgt nih klo mobil listrik rasa nasional bisa segera lahir,ngga hanya ngiler liat produk buatan tesla motor aja hehhehehe

Leave A Reply