Memperkuat pendirian kita yang kokoh di Natuna
==============================================
Di awal tahun pernah beredar kabar tentang adanya pergelaran armada Tiongkok menuju Natuna serta persiapan TNI dalam menghadang armada tersebut. Kabar itu sempat membuat suasana agak “panas” di dalam negeri. Kabar tersebut akhirnya menghilang begitu saja setelah adanya bantahan akan pergerakan tersebut. Namun bukan berarti Natuna tidak lepas dari keadaan siaga. Seiring dengan terus memanasnya suasana di Laut China Selatan, perairan Natuna yang berdekatan dengan wilayah tersebut juga tentu sedikit banyak terpengaruh. Suasana panas yang terasa di sekitar Natuna umumnya disebabkan oleh pergesekan yang timbul akibat klaim sepihak batas maritim Tiongkok yang tumpang tindih dengan batas maritim beberapa negara di kawasan sekitar. Pergesekan ini timbul karena adanya kegiatan yang dianggap melanggar batas kedaulatan yang dipersengketakan. Kegiatan tersebut dapat berupa aktivitas masyarakat biasa seperti kegitan penangkapan ikan atau konstruksi bangunan lepas pantai hingga aktivitas yang bisa dengan cepat “memanaskan” situasi seperti pergerakan militer besar-besaran atau adanya latihan perang.
Satu hal yang jelas dalam posisi kita saat ini terkait situasi di Laut China Selatan bahwa “Natuna adalah milik Indonesia”. Terlepas dari klaim yang dilakukan pihak manapun maupun upaya pihak lain untuk mempertegas klaim itu, kita tidak bergeming. Sejauh ini jika pihak-pihak lain tersebut menghargai pendirian kita tersebut maka kita siap bekerjasama untuk meredamkan konflik. Kita sendiri berusaha untuk tidak berpihak dalam ketegangan yang terjadi di seputar Laut China Selatan selama mereka tidak mengganggu pendirian kita itu. Meskipun beberapa waktu lalu ada isu yang beredar tentang latihan perang bersama yang dilakukan antara TNI dan PLA namun hal itu segera kita bantah. Kita menyatakan bahwa itu sekedar patroli bersama dan bukan merupakan latihan perang. Bantahan yang kita lakukan memang tepat untuk menunjukkan bahwa kita masih tegas dalam posisi kita untuk tidak memihak dan untuk tidak membuat situasi menjadi memanas.
Mengapa kita melakukan patroli bersama dengan Tiongkok sementara pada saat bersamaan mereka juga mengklaim sebagian wilayah Natuna? Disinilah uniknya. Kegiatan patroli jelas menunjukkan dimana batas-batas suatu wilayah. Dengan patroli bersama ini kita menunjukkan dengan tegas dilapangan bahwa ini adalah batas wilayah kita dan agar mereka, pihak Tiongkok, menyadarinya. Terlepas dari mereka menerimanya atau tidak, mereka telah memahami dengan tegas dimana batas negara kita dan bagaimana pendirian kita dalam menyikapi pelanggaran wilayah kita. “Jika mereka belum bisa menerimanya, paling tidak mereka jangan melanggarnya” demikian kira-kira pesan yang kita sampaikan.
Kita tentu juga tidak senaif itu untuk mempercayai tidak akan ada lagi pelanggaran batas maritim tersebut. Karena itulah untuk memperkuat ketegasan itu, kita juga bekerjasama secara intensif dan bilateral dengan pihak-pihak lain sebagai “penyeimbang”. Penandatanganan kerjasama dengan India beberapa hari lalu, yang kedepannya kemungkinan akan mencakup kerjasama pertahanan, menjadi bukti upaya tersebut. India yang secara historis sering berseberangan dengan Tiongkok dan memiliki angkatan bersenjata yang besar tentu juga tidak bisa disepelekan. Apalagi salah satu poin yang dibicarakan saat penandatanganan perjanjian antara kedua negara adalah kebebasan maritim di Laut China Selatan yang diakui dunia internasional. Makna tersurat dari “kebebasan maritim Laut China Selatan yang diakui dunia internasional” tentu jelas maksudnya ditujukan kepada siapa.
Apalagi sejak bulan Oktober lalu, kita bersama 3 negara lain juga mendapat peningkatan bantuan dari Amerika Serikat dalam upaya peningkatan dan penegakan hukum maritim. Meski tidak secara tegas ditujukan kepada siapa namun melihat profil negara-negara lain yang juga menerima bantuan tersebut (Malaysia, Filipina dan Vietnam) maka dengan mudah kita menghubungkan bahwa bantuan ini erat kaitannya dengan upaya AS mencegah hegemoni berkelanjutan dari Tiongkok dengan “sembilan garis putus-putus”nya. Dengan bantuan ini, ketiga negara tersebut seolah mendapat restu Washington untuk mempertegas batas maritim mereka yang diklaim oleh Beijing. Bagi kita, ini bukanlah bentuk pemihakan kita dengan AS dalam perebutan hegemoninya di Pasifik dengan Tiongkok. Kita menerima bantuan ini dengan asumsi bahwa semua pihak, termasuk Tiongkok dan AS, mengerti dengan jelas dimana batas-batas maritim negara kita.
Meski kita berpartisipasi dan menerima pendekatan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bersengketa di wilayah Laut China Selatan, kita selalu menunjukkan posisi yang jelas bahwa “Natuna sebagai milik kita” tanpa harus ikut terbawa dalam permainan adu hegemoni pihak-pihak yang terlibat. Segala upaya yang mencoba menyeret kita ke dalam sengketa militer jangka panjang akan kita jauhi. Kita berusaha dengan cara damai dan diplomasi agar sengketa yang terjadi saat ini tidak berubah menjadi konflik bersenjata yang meluas. Itu upaya yang kita akan pertahankan sekuat tenaga. Bukan saja demi Natuna tapi juga demi Indonesia. Karena, percaya atau tidak, ada saja pihak-pihak yang ingin negara ini terlibat dalam konflik bersenjata skala besar sehingga memungkinkan mereka untuk menjalankan agenda tersembunyi mereka lebih jauh terhadap negara kita.
Ingatlah! Kita punya pendirian yang tegas atas Natuna. Kita juga memiliki pijakan yang kokoh di Natuna. Dan karena kekokohan pijakan itu, kita tidak akan “terpeleset” karena Natuna.
By Patsus Namraenu Patga biro Jabodetabek
Gamabr by Google dan Patsus Dede Sherman
12 Komentar
RAWE-RAWE RANTAS, MALANG-MALANG PUTUNG
Masih sepi.. Indonesia harus segera bersiap dr berbagai aspek untuk hadapi ancaman ini. Selain natuna jg harus di jaga. Indonesia stroooong
Mantap
Perlu strategi yang cantik demi NKRI
Natuna absolutely milik kita..klu utk merebut terang-terangan natuna dr NKRI mgkn tidak..tp utk menyeret-nyeret NKRI dlm konflik LCS pasti akan dilakukan..musuh pantang dicari bila datang kita hadapi
jangan bawa lagi ke pengadilan pbb,cukup sipadan/ligitan…???
..bila ada yang mencoba merampas tanah air..sebaiknya pemerintah bertanya langsung pada rakyat-nya akan apa yang harus dilakukan..!!!
Dampaknya bisa luas bung klo cina nyerang nkri, cina pun gak bakal ngegabah. ..akan terjadi terutama salah satunya exodus …secara besar2an…bisa dasyhat semenanjung juga ikut bergejolak…
kalo soal utuhnya NKRI jangan ditanya… pasti semua bakal jadi militan dan semuanya siap berjuang…!
Natuna adalah bagian dari NKRI. Harga mati..!!!
Natuna tetap dalam kedaulatan NKRI,rawe rawe rantas,malang malang tuntas…
Yang bisa kita lakukan adalah dengan berdiri kokoh di Natuna dan batas wilayah laut yg kita akui menurut ZEE.
Biarlah mereka ribut tentang minyak atau SDA di LCS. yang coba2 ngusik Natuna harus kita gebuk sebelum masuk ke wilayah kita.
ingat apa yg dikatakan Jendral Soedirman “Tenaga TNI bukan untuk mencari sesuap nasi tp untuk melindungi kehormatan ibu pertiwi”
Dg berpatroli bersama China di Natuna apakah ini sebuah pengakuan implisit Indonesia atas pengakuan sepihak China terhadap laut negara2 lain?
Jangan2 negara asean yang berebut di lcs bermuka kecut dg Indonesia. Mohon pencerahan njih
Hehehhehehehe…numpang ngupi bung Andri.. Sehat selalu bung.. Tiongkok dan TNI AL berpatroli di garis batas perairan internasional bung.. Dan kita RI juga hanya berpatoli mengiringi mereka di sepanjang garis ZEE RI bukan patroli hingga ke lcs tentunya.. Dan itu juga yg diusulkan oleh menhan RR pada saat pertemuan menhan asean dan tiongkok.. Jadi tdk ada yg heran lagi..semua sdh melihat pesan yg ingin dibangun oleh saran indonesia tsb..Makna tersiratnya adl you berada di garis perairan international dan kami di garis batas ZEE kami, inlah batas perairan kami… Salam sehat rekan patga..