SATU ARCA DUA KARAKTER BERBEDA

9

SATU ARCA DUA KARAKTER BERBEDA

deddy80

Hari ini Kamis Pasarannya Kamis Kliwon – Jumat Legi, Wukunya Wukir …

Ditengah hujan gerimis yang dari tadi dan mungkin baru berhenti besok pagi, dirumah tempat saya dilahirkan di kota Jember …

Mau konsentrasi malam ini untuk mendetail ulang karya seni tinggi leluhur Singhasari berupa arca Pradnja Paramitha yang konon diakui UNESCO sebagai Pradnja Paramita tercantik di dunia. Mau uji kemampuan “digital trace coloring” kembali, tentunya sambil ngobrol didampingi para leluhur Singhasari.

Biar malam ini jadi penuh arti …

deddy81

KESEMPURNAAN

Leluhur kita di Singhasari ternyata sangat menuntut kesempurnaan dalam karya, mungkin untuk alasan itu pula banyak karya mereka yang sangat luar biasa. Di eranya Singhasari dikenal sebagai dinasti dengan penguasaan teknologi batu dan logam terbaik.

Bahkan Majapahit yang lahir di era setelahnyapun gagal untuk menyamai karya besar pendahulunya ini. Pataka utama Majapahit justru hasil karya warisan Mpu Singhasari.

Dan semalaman giliran saya yang dihajar leluhur Singhasari yang mengagungkan kesempurnaan itu. Ketika mau mereplika dalam bentuk gambar beberapa karya besar Singhasari … langsung di damprat : Bahwa apa yang tidak sempurna (karya yang rusak oleh alam ataupun dirusak) pantang untuk direplika. Karena itu tidak bisa memancarkan kekuatan batin dan keindahan yang hendak disampaikan oleh Mpu pembuatnya. Maka bila dipaksakan akan berakibat penikmat karya cacat itu akan mengalami ketidaksempurnaan persepsi. Waduh … baru tahu dan baru paham saya setelah dijelaskan.

Berarti lain kali ketika menduplikasi karya rusak itu ya harus dengan segala upaya disempurnakan lagi bentuk dan kekuatan spiritualnya agar pesannya benar-benar sampai. Mesti kerja keras itu, karena bukan lagi replikasi tapi sudah tataran rekonstruksi.

Dan malam Jumat 18/12/2015 kemarin jadi uji coba dengan tema masterpiece PRADNJAPARAMITHA SINGHASARI. Dan … sulitnya … lumayan berat di dada. Salah warna … suruh ulang, salah kelepasan sedikit … suruh hapus … untung ini anak keturunan yang baik ya … jadi walau babak belur ber jam-jam kerja keras disuruh hapus … ya dijalani saja.

Rasanya masih akan panjang diskusi saya dengan leluhur Singhasari, karena dalam sehari semalam baru dapat 2 gambar. Padahal masih ada 6 view lagi dari sang Pradnjaparamitha dan beberapa arca pendharmaan leluhur Singhasari lainnya.

Pengen pinter ya harus berani diajar hingga babak belur lah. Dalam hati saya mengagumi Mpu pembuat arca ini, walaupun memakai teknologi digital dengan fasilitas UNDO itupun saya harus kedodoran. Lha itu Mpu bikin kalung manik-manik dengan ukuran lembut nan rumit kalau salah pahat dan somplak … jelas nggak bisa di UNDO lah …

deddy82

KUIS CERDAS CERMAT

Pada arca Pradnja Paramitha Singhasari yang dipercaya banyak pihak adalah pengarcaan dari KENDEDES telah dibuat sedemikian detailnya.

Itu terlihat dari ragam perhiasan yang dikenakannya, kain panjangnya bermotif batik yang terlihat motifnya sedemikian sempurnanya. Dan banyak lagi lainnya.

Yang jadi pertanyaan kali ini bukan itu, tetapi saya mau tanya model rambut saat itu. Pilih jawaban dibawah ini dan sebutkan alasannya di komentar :

1. Panjang digelung,
2. Pendek digelung,
3. Sebahu diurai,
4. Sepinggang diurai,
5. Lebih panjang dari pinggang,
6. Tidak Berambut (bhiksuni).

Pertanyaan ini hanya menguji kejelian anda setelah mengamati arca yang ada selama ini, berhadiah makan diwarung favorit anda … ya silahkan dibayar sendiri tapinya …

deddy83

HARI KEDUA DENGAN LELUHUR SINGHASARI

Hari kedua kembali lagi dihajar dengan ketat oleh leluhur Singhasari. Kali ini saya sudah berani berkomentar walau konsekwensinya pekerjaan jadi molor panjang karena lebih banyak diwarnai obrolan tentang tata nilai peradaban.

Dipancing komentar saya pada masalah “RAMBUT” dari arca Pradnja Paramitha Singhasari itu. Sebab saya menginterpretasi adanya “dugaan mirip rambut” didepan telinga, tetapi dibantah bahwa itu adalah lempengan emas tipis yang dijepit dalam ornamen bunga dengan maksud filosofi bahwa pengguna mahkota agar mendapatkan kemuliaan semesta dalam pendengarannya (mirip filosofi pemakaian sumping telinga). Sedang rambut aslinya disembunyikan dibawah itu. Maka pembicaraan jadi melebar ke masalah tata nilai setiap elemen didalam mahkota dan busana yang dikenakan sang arca.

Saya bahkan kemarin sempat Bikin tebak-tebakan tentang gaya rambut sang arca kepada rekan di group-group budaya. Banyak juga yang ternyata tidak tahu detail arca ini dan sama tidak tahunya dengan saya tentang filosofi gaya rambut bagi penguasa saat itu. Maka status saya saat ini adalah bagian dari jawaban teka-teki kemarin itu.

Rambut arca Pradnja Paramitha Singhasari perwujudan KENDEDES ternyata menurut beliau : Mempunyai rambut bergelombang, halus, hitam dan panjangnya sepinggang. Rambut bagian depan dan samping ditarik gelung ke bagian atas kepala diikat dalam 3 ikatan berfilosofi menguasai 3 alam (jagadtri). Rambut bagian belakang diurai lepas, menutup rata bagian punggung berfilosofi jatidiri harus mampu menutupi kelemahan pribadi (yang konon titik kelemahan manusia ada di tulang punggung tertentu dibagian punggung).

Selain menerangkan masalah “pengagem” atau sandang pakaian, saya ditatar banyak memahami membaca pranatan arca dari pakem, tata nilai keagamaan, tata nilai adat, tata nilai kekuasaan dan banyak lagi. Rumit sekali … tapi itulah wujud tingginya peradaban dan budaya Nusantara yang telah mampu mengekspresikan dirinya didalam karya maupun tata kehidupan.

Wah … ditatar satu minggu macam begini, bisa-bisa jadi perancang busana adat saya ini … hahahahaha. Nusantara is The Best lah …

Buat rekan-rekan yang sudah menjawab dengan benar, hampir benar atau bahkan salah, leluluhur kita mengapresiasi keberanian anda menjawab apapun alasannya, karena keberanian itu diperlukan untuk membangun dan menjalani peradaban kedepan sebagai subyek. Sedang bagi yang tidak menjawab dan hanya menyaksikan saja, leluhur mengatakan anda adalah bagian yang nantinya jadi obyek peradaban, jadi pandai-pandailah memilih peradaban yang sesuai dengan karakter jatidiri adat istiadatmu.

deddy84

HARI KETIGA BERCENGKRAMA DENGAN PRADNJA PRAMITHA SINGHASARI

Levelnya sudah naik lagi, dan yang jelas bikin stamina babak belur. Di jasad memang capek luar biasa tapi secara spiritual lebih luar biasa lagi.

Diawali dengan obrolan seputar bagaimana sebuah karya memiliki YONI atau kekuatan jiwa atau karakter, kami ngobrol fokus pada upaya merefleksikan getaran sang Mpu ketika melakukan totalitas berkarya. Ternyata ada YONI yang berasal dari lompatan energi sang MPU, tetapi ada pula metode lain dengan menangkap karakter obyek agar bisa menjadi Yoni dari karya itu sendiri.

Ketika menyinggung Arca PRADNJA PARAMITHA Singhasari, saya menanyakan siapa sesungguhnya Yoni dari arca ini. Karena selama yang saya tahu ada 2 karakter Pradnja Paramitha di bhumi Tumapel. Dan arca tersebut konon berasal dari wilayah percandian seluas 4 hektar, tepatnya di Candi Putri. Sayang bangunannya sudah hancur dan kini diatasnya berdiri kompleks perumahan didekat Candi Singosari saat ini.

Pradnja Paramitha pertama adalah KENDEDES yang dikenal sebagai Ardanareswari atau ibu para raja dinasti Rajasa atau Singhasari. Pradnja Paramitha kedua adalah SRI JAYENDRADEWI DYAH PRADNJA PARAMITHA, anak keturunan Kendedes yang merupakan putri raja Singhasari terakhir : Sri Kertanegara. Beliau adalah istri ke-3 raja Majapahit pertama : Sri Kertarajasa Jayawardhana (Raden Wijaya).

Tetapi perkawinan dengan Raden Wijaya saya pahami sebagai perkawinan politis bukannya biologis, guna menyatukan semua elemen Singhasari paska runtuh. Dari perkawinan itu beliau tidak mendapatkan keturunan walaupun tidak ada riwayat mandul dalam trah Rajasa. Ketika Majapahit berdiri, beliau diangkat sebagai BHRE TUMAPEL. Karena kenangan tak terhapus tentang keluarga Singhasari yang gugur pralaya, beliau lebih sering berada di wilayah Tumapel daripada di Trowulan.

Dimasa mudanya terkenal sebagai gadis pandai luar biasa. Dalam kronik China, konon para pedagang China yang hendak berkunjung ke Singhasari wajib membawa upeti sutera untuk sang raja dan buku ilmu pengetahuan untuk puterinya Jayendradewi. Beliau pula bertindak menjadi juru bahasa bagi ayahandanya ketika menerima para tamu asing Singhasari.

Karena tidak berketurunan, beliau kemudian mengambil putra angkat anak dari pamannya Mahesa Anabrang Dyah Adwayabrahma dan Dara Jingga Dyah Inderawati. Putera angkat tersebut : Mahesa Taruna dan dijadikan Ywaraja (putra mahkota) Tumapel dengan abhiseka Adityawarman. Atas didikan keras sang Pradnja Paramitha pula sang putra dikenal sangat pandai dan menjadi duta bagi Majapahit, bahkan menjadi salah satu pahlawan besar Majapahit.

Atas uraian pemahaman saya, leluhur Singhasari tersenyum lembut dan balik bertanya apakah saya sudah menemui kedua Pradnja Paramitha Singhasari itu ?. Saya jawab pernah, tetapi sebatas pisowanan anak keturunan kepada leluhurnya, bukan membaca karakter para beliau.

Maka sang Mpu sekejab bermeditasi dan membuat lorong waktu, meminta saya masuk menemui dan membaca karakter leluhur saya satu persatu dikesempatan berbeda. Sri Jayendradewi berhasil saya pahami karakternya dalam waktu 20 menitan tetapi Kendedes butuh waktu hampir dua kali lipatnya, ada sesuatu yang memang luar biasa dan sulit saya rekam secara cepat.

Setelah itu kami mendiskusikan apa yang berhasil saya lakukan di dua lorong waktu itu. Dan sang Mpu bertanya, kalau menurut saya arca itu karakter yang mana ?. Saya jawab kalau itu KENDEDES, alasan pertama bahwa banyak tanda lahir identik dengan arca itu walau ada kemiripan juga dengan Sri Jayendradewi (keturunan yang punya wujud mirip) dan keduanya arca dengan pakem serta karakter detail serumit itu adalah gaya Singhasari yang tidak dimiliki oleh Mpu Majapahit dimasa Sri Jayendradewi.

Si Mpu tersenyum dan membenarkan argumen saya. Kemudian beliau bertanya lagi, berarti kalau orang awam yang tidak memahami sejarah menilai atas tampilan fisiknya apakah salah bila menilai arca itu Kendedes atau Sri Jayendradewi ?. Saya tidak paham, dan beliau menjelaskannya dalam perumpamaan adanya kembar identik fisik tetapi dalam dua tubuh tersebut punya roh atau karakter berbeda. Mungkin dari selera, cara berpikir, sikap dan lainnya walau fisik keduanya identik sama. Akhirnya saya pahami makna roh atau Yoni atau karakter dibalik sebuah wujud.

Nah ini yang KONYOL … sang Mpu meminta atas SATU OBYEK YANG SAMA, SAYA HARUS MEMASUKKAN DUA KARAKTER BERBEDA. Beliau minta satu berkarakter KENDEDES dan yang lain berkarakter SRI JAYENDRADEWI. Obyeknya ya arca Pradnja Paramitha Singhasari itu. Oooooppppsssss … piye iki carane (ooopppsss … bagaimana ini caranya) ???

Dengan memutar ulang rekaman batin berulang kali untuk kembali menangkap karakter dan aura keduanya bikin saya babak belur secara spiritual. Atas beberapa bimbingan sang Mpu akhirnya tuntas sudah Mission Impossible itu …

Karakter SRI JAYENDRADEWI yang tenang, halus dan pandai berhasil saya bawa keluar lewat gambar croping wajah sang arca.

Karakter KENDEDES yang berwibawa, halus dan punya daya pikat tinggi telah saya tuangkan dalam gambar setengah badan. Karena aura cakra Pradnja Paramitha Aji dari beliau cukup aktif memikat semesta maka saya beri watermark biar konsentrasi anda sedikit terpecah dan tidak hanyut atasnya.

Itulah pengalaman berharga saya memahami Yoni didalam sebuah karya yang diajarkan oleh leluhur Singhasari. Sebenarnya ada 2 view full body yang saya kerjakan di hari keempat. Tapi karena harus memasukkan totalitas aura para beliau jelas tidak akan terselesaikan dalam waktu singkat. Dan ada pesan bahwa itu jadi bagian kenangan untuk keluarga saya pribadi dan tidak untuk dibagi dengan umum. Mohon maaf karenanya.

Tuntas sudah saya berbagi 6 gambar arca Pradnja Paramitha Singhasari, gambar ke-1 sampai ke-4 memang berkesan cantik tetapi tidak ada Yoni nya. Yang ke-5 dan ke-6 … karena ada Yoni nya … maka ada WOUW EFFECT nya … begitu kan …

Jaya – Jaya – Wijayanti
DEDDY ENDARTO WILWATIKTA untuk SATU ARCA DUA KARAKTER BERBEDA
Gambar by Deddy Endarto Wilwatikta

Share.

9 Komentar

  1. Timur_Nusa Kambangan on

    4 jempol buat penulis.
    Suka jalan2 ke Jagad GEDE ya?
    Skali kali ajak2 dong kalo jalan2 ke Jagad GEDE, hehehehe

  2. Mantap bung dedy endarto.. Mau tanya apakah komunikasi bung dgn leluhur hanya khusus lingkup kerajaan nusantara?
    Apakah bisa nilai2 adat lokal tiap daerah/pulau di indonesia juga ditelusuri oleh bung dedi, agar bisa terbuku kan informasi sejarah dan nilai sakral bangsa asli nusantara Sblm hilang oleh waktu.

  3. Salah satu karya yang saya kagumi, meskipun belum pernah melihat langsung kecuali replikanya. Ketika melihat gambar-gambar ini, memang sangat terasa daya tariknya, bahkan terasa tersihir untuk selalu menatapnya. Tabik untuk bung Wilwatika, dari salah satu warga Bhumi Blambangan

  4. hebat leluhur kita..batu yang cukup keras bisa diukir menjadi karya secantik ini..indah..magis..ukiran 3 dimensi hasil karya mpu zaman dulu..bangga jadi bangsa Indonesia..

  5. dua foto terakhir seperti “hidup” , ada aura keanggunan, ketenangan batin, kecerdasan dibalik kecantikan dan senyum menawan dari sang dewi… maaf, cuma segitu yang bisa saya tangkap dari dua foto terakhir, maklum orang awam 🙂

  6. Ki Juru Mertani on

    Waktu berkunjung ke trowulan, tepatnya ketika memasuki gerbang Bajang Ratu…rasa di kalbu sangat berbeda ketika masih diluar pintu dan menyeberang masuk ke area gerbang.

    sampai sekarang saya belum mengerti, tetapi saya merasakannya.
    sama halnya ketika berkunjung ke Segaran, rasanya juga demikian….

    Wallahu a’lam

    Salam Redi Kalingga

Leave A Reply