untuk MENJALANI DHARMA

11

KONTEMPLASI MONOLOG SEEKOR SINGHA …

deddy11

TUHAN aku ini ingin jadi baik …
Dan ketika datang padaku seorang ulama, yang melarangku membunuh sesama hidup di semesta raya. Katanya … diriMu TUHAN telah memelihara semesta, dan akupun percaya. Aku hanya memakan bangkai hewan yang mati, dan hewan tua yang datang kepadaku menyerahkan hidup untuk segera bertemu denganMu.

Semua pemberianMu aku syukuri, karena telah mampu menyambung hidup diriku dan keluargaku. Sesungguhnya Engkau yang memelihara kami.

Tapi kini …
Banjir telah mengepung hutan kami, tak ada bangkai atau hewan berpasrah diri. Aku dan keluargaku dalam kelaparan nan hebat, kurus kering dan lemah tubuh kami.

Bila malam tiba …
Aku melihat betina dan anak-anakku terbaring tanpa daya, dari perutnya ada suara melilit dalam lapar nan dahsyat. Walau dibibirnya berusaha tersenyum bersyukur atas anugrah hidup dariMu. Mereka keluarga yang patuh atas perintahku, dan mereka pun patuh akan kebesaranMu.

Dan air banjir ini semakin meninggi …
Akankah kami ini akan mati satu persatu tanpa daya usaha dalam selimut keimananku, ataukah harus berlari dipadang perburuan kembali membunuh demi hidup keluargaku.

Semesta hening …
Bahkan angin pun segan bertiup karena turut merenungi doa sang Singha di puncak bukit berhiaskan taburan bintang yang tak terhitung jumlahnya. Dalam kepala Singha yang mendongak ke langit nan tinggi berharap sebuah jawaban semesta, tak terasa air matanya bergulir membasahi persada. Seakan hilang sudah keperkasaan gelar sang raja hutan tergilas oleh rasa tak berdaya.

Di dera lemahnya fisik dan jiwa, tertidur sang raja hutan dalam dekapan pasrah. Dan setitik cahaya lembut turun dari langit jatuh menimpa kepalanya.

Dalam alam tidurnya sang Singha bermimpi didatangi oleh ayah ibunya yang telah lama mati, mengawal sebuah cahaya menyilaukan mata yang beraneka warna indahnya.

Kemudian ada suara lembut nan jelas …
Seakan berbisik dari alam nan jauh, tapi jelas bagaikan ada disebelah telinga.

“Wahai Singha perkasa nan berbhakti, telah aku dengar doa sucimu. Sesungguhnya dirimu diciptakan sebagai mahluk dalam kesempurnaanmu, berburu dan membunuh adalah nalurimu. Dan dirimu adalah alat takdir semesta bagi penentu kehidupan mahluk lainnya. Engkaulah bagian keseimbangan dan bukanlah suatu kesalahan atas perilakumu. Asal kau lakukan semua dengan landasan iman dan kasihmu pada semesta raya”

Bertanya si Singha perkasa pada sang Cahaya semesta. Apakah berarti aku diijinkan berburu kembali, demi hidupku pribadi dan keluargaku?.

Mengangguk lembut sang Cahaya semesta dengan sesungging senyum dibibirnya. Iya KARENA DHARMA HIDUPMU ADALAH MENJADI SINGHA, BUKAN MENJADI MAHLUK LAINNYA. Mangsalah yang patut di mangsa, hindari membunuh yang tidak patut dibunuh.

Tergagap bangun sang Singha perkasa, disaat puncak bukit ditimpa cahaya merah pagi hari. Bergegas masuk kedalam rumahnya sebuah goa didasar lembah nan dalam.

Dilihat betinanya dan anak-anaknya masih tertidur. Dibisiki sang betina dengan lembut, cerita tentang mimpinya semalam dipuncak bukit. Bangkit sang betina dengan lemahnya, senang karena akan kembali mendampingi jantannya di padang perburuan. Ditahan oleh sang jantan dari bangkitnya, dibisik lagi tak perlu mendampingi perburuan kali ini. Karena tubuhmu masih lemah demikian pula anak-anak kita.Lindungi mereka dalam goa, akan kubawa daging segar nanti untuk mereka.

Berangkat sang Singha menuju padang perburuan, menyeberangi banjir dengan berenang. Membuat tubuh nan lemah semakin lemah. Tak sadar dalam rasa bahwa ketika menempuh upaya, satu persatu anak dan betinanya yang merapuh meregang nyawa dalam keimanan yang dililit lapar nan luar biasa.

Akhirnya tiba sang Singha di padang yang penuh hewan mangsa. Terdiam sejenak dalam doa, mohon petunjuk agar tidak salah memilih mangsa. Terhindar dari silapnya mata memilih hewan gemuk, atau muda, bahkan yang tua. Kemantapan hati memilih seekor Kerbau jantan remaja, tidak bertanduk besar yang bisa membawa bahaya.

Tubuh nan lemah mengendap, kemudian berlarian mengejar sepenuh jiwa. Walau raganya telah rapuh oleh rasa letih dan lelah. Dalam pergulatan nan seru, entah muncul dari mana seekor Kerbau jantan besar bertanduk panjang. Menanduk tepat diperut tembus ke jantung dan melemparkan badan rapuh itu ketanah. Lalu menginjak-injak tanpa daya.

Dalam ajal yang menjelang, Singha perkasa teringat keluarganya yang menanti di goa dalam rasa lapar. Berbisik lirih sambil menahan sakit, meminta maaf pada keluarganya karena mungkin tidak bisa lagi pulang membawa menang.

Pandangan semakin gelap dan ketika semuanya menjadi gelap sempurna, tiba-tiba ada rombongan datang. Keluarganya, anak dan betinanya mengiring sang Cahaya semesta. Tapi tubuh mereka tidak lagi kurus, berubah menjadi sangat gagah adanya. Berbisik sang Cahaya semesta …

Telah sempurna pengabdian dharmamu sebagai Singha perkasa, kini tiba saatnya berkumpul dengan keluargamu dalam rumah cahaya …

Terhenyak dan masih dalam deraan rasa bingung … sang Singha perkasa bertanya … AKU INI SESUNGGUHNYA ADA DIMANA …

deddy12

TUHAN jaga aku dalam lautan kesabaran …
Karena bila aku terlempar daripadanya …

Amarahku yang cermin dari Murkamu …
Akan mencabik semesta raya …
Dan tak akan ada satupun mahluk mampu menahan keperkasaannya …

TUHAN jaga aku dalam rahmat semesta …
Karena rasa Asihku adalah cermin Berkahmu …
Menggunakan Jasadku untuk memperindah isi dunia …

TUHAN jaga aku dalam lautan kesempurnaan …
Karena Bening hatiku adalah cermin Kearifanmu …
Agar pengabdianku mampu menjawab harapan para pelantun doa akan arti sebuah Keadilan …

TUHAN … bersamamu Aku ini ada …
TUHAN … bersamamu Aku ini tiada …

Jaya – Jaya – Wijayanti
Deddy Endarto Wilwatikta untuk MENJALANI DHARMA

Share.

11 Komentar

    • Sepercik Dharma dari masyarakat Indonesia Raya yg berupaya memandang masa depan hidup generasi bangsa yang Bhineka Tunggal Ika ini yaitu MUI telah memfatwakan bahwa LGBT adalah Haram dan merupakan bentuk kejahatan.
      Semoga fatwa tersebut menjadi support meningkatnya perjuangan untuk mencapai kejayaan Indonesia Raya.

      • Tuhan pernah memusnahkan umat N. Luth as. yg berilaku LGBT (baca: lesbi, gay ) melalui peristiwa alam semacam bencana alam.
        Hal itu mestinya menjadi pembelajaran suatu kaum setelahnya, krn Tuhan juga tdk akan kesulitan mengulanginya melalui berbagai caraNya, bisa lewat bencana alam ataupun lainnya termasuk melalui tangan manusia yg dikehendakiNya.

  1. Sedihh..dan menyentuh.. Sang predator pun harus mengikuti takdir yg sudah menjadi ketetapan hidup dari Penciptanya.. Terkulai lemah dan mati dalam menjalankan tanggung jawabnya thd keluarganya.. sama halnya spt seorang prajurit yg gugur dalam menjalankan tanggung jawabnya menunaikan darma bhakti kepada ibu pertiwi dengan meninggalkan keluarga dan semua orang yg dicintainya selama2nya menjadi martir perjuangan… Hormat pada seluruh pejuang yg telah mengorbankan jiwa dan raganya bagi negeri ini..

  2. lamaddukelleng on

    mantap cerita dan puisinya bung wilwatikta
    tak sangka kalau dari bung wilwatikta yang bukan militer (maaf kalau saya salah duga) bisa tercipta puisi dan cerita yang biasanya lahir dari ksatria prajurit tentara
    tentang tanggung jawab tentang kerasnya kehidupan
    tapi juga tentang cinta kasih sayang dan pengorbanan
    i like it

  3. artikel bung dedy penuh filosofis….intinya pengorbanan dan pengabdian yang ikhlas akan mendapat pahala atau balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa…semoga bisa menambah wawasan kita. ditunggu lagi artikel selanjutnya bung….

Leave A Reply