Kenapa guru diadukan ke Polisi dan Tentang BREXIT

21

Kenapa guru diadukan ke Polisi ?

dedenew312

Akhir-akhir ini bermunculan orangtua siswa melaporkan guru ke polisi. Ada apa?
Kalau melihat apa yang dilakukan guru mendisiplinkan siswa, di masa lalu rasa-rasanya tindakannya lebih keras. Tapi sepertinya hampir tak terdengar orangtua melaporkan ke aparat hukum. Paling jauh, orangtua memprotes ke pimpinan sekolah.
Dari perspektif hukum pelaporan pada pihak berwajib, hal biasa, bahkan bisa dilihat sebagai meningkatnya kesadaran hukum.

Tetapi dari perspektif sosial, bisa saja itu suatu kemunduran. Sebab kejadian di sekolah mungkin masih bisa diselesaikan secara sosial melalui musyawarah, dialog, yang umum dipercaya sebagai karakter masyarakat Nusantara ini.
Rasanya perlu kajian dan pemikiran bersama serta kemudian kerja-kerja untuk merumuskan hal seperti apa yang sepantasnya masuk ranah hukum dan yang tidak. Toh, kalau siswa melakukan tindakan yang semestinya bisa dituntut secara hukum, sekolah juga akan semaksimal mungkin menyelesaikan secara sosial. Jadi perlu berimbang dalam menyikapinya.

Tampaknya memang ada perubahan. Nah, apa itu? Secara umum masyarakat makin makmur. Indikatornya sangat banyak. Dan dengan kultur transaksional yang makin meningkat, maka makmur berarti kekuasaan.

Kenapa? Banyak hal bisa digantikan dengan uang. Contoh paling gampang, membersihkan motor sekarang dengan mudah bisa membayar jasa pencucian, padahal dulu jasa semacam itu hanya untuk mobil, itupun tak banyak. Dulu mencuci motor bisa dibilang dilakukan sendiri. Kalaupun hendak mencucikannya pada orang lain, mungkin meminta tolong tetangga yang katakanlah ekonominya lemah misalnya, dan kemudian memberikan uang lelah dan ucapan terima kasih. Perhatikan, transaksi di situ mengandung unsur sosial. Tapi transaksi di jasa pencucian motor jaman sekarang, bisa dibilang murni transaksi jasa. Kamu saya bayar kamu kerjakan, selesai. Bukan lagi uang lelah dan hubungan sosial tolong menolong tapi upah dan transaksi semata.

Bahkan seorang tetangga saya yang mengatakan bahwa kita bertetangga harus baik sebab mana ada orang meninggal berangkat sendiri ke kubur, saya jawab: siapa bilang pak, wong sekarang ini ada EO atau semacamnya untuk mengurus orang meninggal. Jadi asal ada uang, tak diperlukan lagi tetangga untuk mengangkat ke kubur (ini cerita tentang beliau menyikapi warga yang tak pernah hadir dalam pertemuan). Artinya, itu fakta bahwa ada uang ada kuasa. Belum lagi banyak hal lain yang mudah ditemui.

Bisa jadi karena orang makin bisa “hidup” asal punya uang, maka hubungan sosial banyak yang bergeser maknanya menjadi hubungan transaksi. Bisa saja dalam konteks murid yang dihukum itu, orang tua berpikir: saya sudah bayar pajak, guru sudah saya bayar, saya juga bayar SPP, maka saya berhak menuntut layanan yang baik dan jika saya anggap melanggar hukum akan saya perkarakan, karena saya sudah bayar untuk layanan.
Apakah betul begitu atau semacam itu? Hanya yang bersangkutan yang tahu.

Hanya saja, kalau itu benar karena pergeseran dari norma sosial, sebenarnya hal tersebut adalah fenomena yang makin meluas.
Mungkin perlu keseimbangan baru terkait bagaimana seharusnya kedisiplinan diterapkan, tapi seyogyanya tata nilai sosial juga tak diabaikan meskipun secara fisik masyarakat makin makmur. Perlu pendekatan dua sisi.

firman

Opo sih Brexit, kok pada ramai ..

Intinya sederhana tapi jadi ramai dan biasa panik sana panik sini cuma gara-gara perkiraan atas hal belum jelas.
Ya, orang Inggris maunya keluar dari kerjasama ekonomi Uni Eropa.
Apa poinnya, selama ini aturan-aturan ekonomi banyak yang harus seragam bagi negara anggota. Nah sekarang Inggris ingin bebas, semaunya menetapkan aturan.
Dampaknya sebenarnya tak ada yang bisa memastikan. Kenapa, sebab selama ini ekonomi Inggris dibatasi sistem itu, sehingga tak mudah memperkirakan bagaimana performanya jika di luar sistem. Ketidakpastian juga datang dari akan seperti apa kebijakan pasca out dari Uni Eropa.

Ketidakpastian itu salah satu yang bikin banyak orang melepas saham di pasar modal, membuat indeks saham semua turun. Terus nilai kekayaan perusahaan ikut turun gara-gara kekayaan berbentuk saham yang dia pegang turun nilainya. Ya begitulah akuntansinya .. πŸ™‚
Sebenarnya Inggris sendiri bagaimana. Kalau dilihat dari ukuran ekonomi, GDP nominal Inggris masih nomor lima setelah Amerika, China, Jepang, Jerman (data Bank Dunia 2015). Itu sekitar 17,5% ekonomi Uni Eropa. Artinya, Inggris adalah negara besar di situ. Jika ia bergejolak, akan berdampak nyata pada Uni Eropa, dan global. Misalnya, tenaga kerja asing di Inggris bisa dikenai aturan-aturan yang membuat mereka pergi, padahal jumlahnya banyak. Ini akan menjadi masalah bagi negara Eropa lain, selain bagi Inggris sendiri. Sebaliknya orang Inggris di Uni Eropa akan mendapat perlakuan aturan yang beda, bisa saja mereka pulang. Jadi?

Inggris juga tujuan investasi yang besar dari Uni Eropa, angkanya 20%. Para investor bisa pergi (sebagian). Ini juga ketidakpastian.
Di sisi lain Inggris punya defisit dagang yang besar bertahun-tahun Jadi apakah nanti akan membaik? Selama ini sebagian orang Inggris ada yang menganggap gara-gara Uni Eropa lesu, lalu daya beli turun, akhirnya produk Inggris nggak laku. Bagaimana ke depan?
Yang jelas banyak hal yang belum jelas ke depan. Tapi nanti juga akan ada hitungannya.
Lha terus bagi kita bagaimana?

Tenang saja, kita tetap fokus memperkuat diri. Toh bangsa ini sangat lentur. Nggak percaya? Harga daging mahal, ganti makan ikan, wong 70% wilayah kita laut, belum ikan tawar. Lebih sehat lagi. Harga BBM naik karena kurs? naik sepeda motor atau ojek. Harga kedelai naik? ukuran tempe diperkecil. Beras mahal? Perbanyak makan dadar jagung .. πŸ˜€
Okelah, intinya tak perlu heboh. Kenapa orang negara maju gampang heboh, termasuk orang Inggris yang milih keluar dari Uni Eropa, padahal sebagian pemilih itu sekarang menyesal (ini serius) πŸ™‚ .. Ya karena gaya hidup mereka sudah mahal. Selain memang kebanyakan tinggal di negara subtropik yang perlu energi besar, juga konsumsinya tinggi.
Nah kita ini unik. Ingat pepatah “mangan gak mangan sing penting kumpul”. Itu pepatah maknanya dalam, yaitu kita lebih melihat bahagia itu bukan semata uang, harta, konsumsi, tapi juga persaudaraan, hubungan sosial. Meskipun makan ikan mujair dan sambel, sudah puas karena makannya bareng-bareng.
Kan kalau Islam doanya bahagia dunia akhirat, bukan makan banyak, atau rumah banyak, atau mobil mewah, atau perhiasan banyak (meski boleh berdoa begitu hehe).

Survei menunjukkan di antara negara G20 (20 negara ekonomi terbesar di dunia), masyarakat Indonesia paling bahagia. Aneh? Ya nggak. Kenapa? Filosofi hidup kita beda.
Itulah salah satu kunci daya saing. Pekerja, ilmuwan, direktur, bisa menghasilkan performa setara mereka di negara maju dengan biaya lebih sedikit karena filosofi hidup yang khas. Itu harus dijaga.\

Tapi omong-omong untuk pemerintah, ya buatlah harga daging nggal mahal, biar masyarakat bisa menjangkaunya .. πŸ™‚ begitu juga harga kebutuhan lain .. gitu ya pak ..

Monitoring harga, stok, distribusi. Inilah poin yang pernah saya posting: puluhan tahun plus kemajuan IT, masalah sama terus dari tahun ke tahun. Perlu dimonitor di simpul-simpul distribusi sejak produsen hingga ritel-konsumen. Dan buat sistem yang mampu melakukan penyesuaian sesuai perkembangan.
Oh ya, satelit Lapan A3 kerjasama dengan IPB digagas mampu mengidentifikasi kondisi lahan termasuk yang siap panen. Jika data-data itu dapat diintegrasikan, akan bisa dipetakan potensi dan pasokan yang tersedia plus barang eksisting di distribusi, mengurangi kemungkinan kelebihan atau kekurangan di pasar sebab bisa diantisipasi lebih dini. Plus data di rantai perdagangan, mestinya menurunkan potensi penimbunan dan kartel sejak dini.
Yo wis malih nglantur .. hehe

dedenew321

By Patsus Firman R Djoemadi Biro Surabaya
Gambar By Patsus Dede Sherman dan Patsus Citox

Share.

21 Komentar

  1. Gunung Jati on

    Terima kasih atas tulisannya yg menambah wawasan. Btw gimana efeknya kalau NKRI ini juga ikut jalur BREXIT dgn jargon RIEXIT dari ASEAN dgn melakukan perbaikan seperti Isolasi restorasi Meiji hingga Jepang maju seperti sekarang. Karena Kita sekarang hanya di kadali oleh FTA China – ASEAN, WTO US dan negara2 lain hingga terjadi defisit neraca perdagangan setiap tahun semisal dgn China. Ada yg bisa bantu analisa bung2 sekalian ? Salam hangat bung patsus Firman dan Bung NS.

  2. Timur_Nusa Kambangan on

    Kembalikan wibawa guru spt dulu.
    Kembalikan mata pelajaran PMP.
    Inilah salah satu wujud proxy barat/asimetris dgn melemahkan moral generasi bangsa serta mengkebiri tenaga pendidik dgn dalih hamburger.
    Inggris hhmmmmm spt biasa watak aslinya muncul ingin selalu jd leader eropa.
    #ada chef baru nih sepertimya bung hehehe

  3. Dunia Pendidikan tengah goyah kewibawaanya. kemana peran Kemendikbud untuk menyeimbangkan persoalan ini. Terkadang keras itu perlu dan lembut itu perlu. Ada yang perlu diselesaikan secara hukum atau secara musyawarah.
    Para Orang Tua, Guru, Murid dan Masyarakat harus memahami hal ini

    soal Brexit, blm ada berita heboh dari UE pasca Brexit, Paling kursi rapatnya kosong satu. Smoga saja bkan awal daru UE has Fallen

  4. Saya pikir fenomena orangtua melaporkan guru, dari sudut pandang yang positif berarti masyarakat sudah melek hukum tidak main hakim sendiri heheh disamping ada sisi negatifnya. Ya perubahan itu wajar, masa transisi itu ada. Mudah mudahan dengan adanya fenomena seperti ini tidak menutup kemungkinan sekolah sekolah membuat sop untuk punishment dan pengawasannya. Sehingga orang tua murid dan guru bisa tenang untuk melakukan peran masing masinb

    • saya setuju bagian ini…. corporal punishment ( kekerasan dalam dunia pendidikan seperti jewer, cubit, setrap, lari lapangan) sudah mulai ditinggalkan di negeri2 maju yang sadar tentang hukum dan kemanusiaan…bahkan corporal punishment itu sudah ada UU pelarangannya di negara2 maju

      • Jewer, cubit itu hukum yg lahir dari naluri seorang Ibu (Induk)… Pernahkah Kodokneon memperhatikan induk kucing yg anaknya nakal? Apa yg dilakukan induk kucing tersebut? Sama halnya dengan manusia, wlaupun lebih berakal tetapi hal2 yg demikian merupakan naluri seorang Ibu(induk) untuk mendidik anaknya… Saya seorang pendidik di SMK Negeri… Jika sedang ulangan, kemudian sy memergoki salah satu siswa mencontek apa yg sy lakukan? Menegur bukan… Bagaimana jika sy tegur, sedang dinasehati baik2 tetapi dia berdiri membalikkan kursi dan membelakangi saya??? Belum sempat mulut ini berucap untuk menyuruh keluar, sudah ngeloyor pergi begitu saja…cerdas bukan?! Mau diapakan anak2 yg seperti itu…Apa kami keluarkan??? TIDAK, kami beri perhatian lebih, kami perbaiki, kami didik untuk menjadi pribadi2 yg lebih baik..karena itu tugas kami para Guru…. Bung Kodokneon @ memang untuk hal2 tentang ke ilmuan (ilmu pengetahuan) kita masih kalah dengan negara2 maju seperti Jerman dan Amerika pd umumnya… Tetapi untuk pendidikan moral, ilmu luhur dan budi pekerti….. MEREKA harus berguru kepada INDONESIA!

  5. plonga plongo on

    saya fikir tak lebih karena kebodohan orang tuanya, yang mana mereka juga menginginkan anaknya supaya tetap bodoh dan menginginkan anknya jadi anak yang durhaka sehingga mereka tak rela anaknya didik untuk menjadi lebih baik, #edisi sebal pada orang tua macam itu.

  6. jika benar 20 sd 30thn kedepan Indonesia Berjaya maka generasi “Manja” inilah yg akan mengisinya. dan jika jln melemahkan lewat narkoba dipersempit. mereka akan pake jln lain

  7. Bakulo Wajaro on

    Hehehhehe… Rewards and punishment perlu tetap ada dalam dunia pendidikan utk membentuk dan melatih rasa tanggung jawab thd anak didik dan mendidik mereka utk lebih peka thd lingkungan..
    Byk kita lihat contoh psikologis dalam mendidik anak.. Anak yg dibesarkan dgn over protective dan selalu mendapatkan pembelaan dari org tuanya walau anak itu berbuat salah (pakem anak saya selalu benar) dan selalu mendapatkan keinginannya tanpa bersusah payah berusaha dan dimanjakan hanya akan melahirkan generasi lembek yg lemah dari sisi psikis moral dan mental, generasi pecundang yg tdk memiliki kemandirian serta tdk memiliki rasa tanggung jawab baik thd diri,keluarga maupun lingkungannya (apalagi rasa patriotisme.. yg ada justru mereka menjadi komprador sejati) krn dlm menghadapi masalah dalam hidupnya dia terbiasa melimpahkannya kpd org lain dan org tuanya utk menyelesaikannya dan menjadi benalu dan parasit seumur hidupnya.
    Jadi melihat fenomena ini bukan sekedar kita bicara kemajuan metode pendidikan atau kesadaran hukum tapi ini lebih kepada hilangnya pendidikan moral dan mental generasi muda indonesia dalam pembentukan karakternya sbg anak bangsa yg berbudi pekerti luhur dgn menghormati org yg lbh tua dan menyayangi istri yg lebih muda ( ehh mangap maksute org yg lbh muda loh..xixiixixixixi) , apa yg terjadi skrg..?
    Anak didik berani melawan guru dan ortunya sbg suatu kemjaun jaman..? dan apakah kita rela anak kita memanggil kita dgn menyebut nama spt di barat sana..?hehehehe..jika mereka sdh tdk hormat dan menyayangi ortunya apakah mungkin mereka akan mau mengurus ortunya pada saat tua nanti.?dimana seseorang yg uzur akan lbh memerlukan perhatian dan kasih sayang spt anak kecil lagi.. Hehehehhe apakah jawabannya hanya selesai dgn panti jompo..?sama spt anak kecil yg dibuang di panti asuhan..?
    Ingat kita semua akan menjadi tua dan akan menjalani proses itu.. Jika kita gagal mendidik anak kita maka kita yg akan menuai akhlak buruk anak tsb dikemudian hari…..
    Anak yg didik dgn gaya aturan koplak atas nama ham spt itu tentu haslnya juga koplak..Sifat egois dan mau menang sendiri ditambah dgn rasa tanggung jawab yg rendah akan cenderung melahirkan generasi yg tdk bermoral dan arogan.. maka kita lihat pelajar tawuran, berbuat kriminal bahkan membunuh tanpa berfikir panjang mengenai resikonya..
    Ketololan apalagi yg hendak dijadikan alasan oleh para pakar pendidikan dan aktivis ham dalam menjawab masalah ini..? Masalah sdh jelas namun penyelesaian tdk pernah menyentuh pokok yg masalah yg sebenarnya krn hanya ingin dilihat sbg negara modern dgn mengenyampingkan budaya bangsa..
    Adios amigos#edisi nesu karo pakar koplak

  8. onde onde ceplis on

    He..he..jadi inget waktu STM…guruku hajar kawanku.. Sampe babak belur…kami (murid)gk trima..sebenarnya mau kami gebukin rame rame …tapi akhirnya kami ada inisiatif utk melapor ke Polsek terdekat…hasilnya guru itu DPT hukuman bersyarat..(setelah itu dia gk semena MENA lgi sama kami)dari sudut pandangan kami perlakuan dia keterlaluan…dari sudut pandangan dia gk tau ya…tpi yg jelas waktu itu tangan kami gatal semua sebenarnya..he..he

    • Bung Onde@ kalau kekerasan2 yg sifatnya samapi memukul samapai babak belur saya setuju kalau itu sampai ke pihak yg berwajib. Tapi, kalau hanya sebatas jewer, potong rambut ditempat dan penertiban2 lainnya yg sifatnya wajar… Sy pikir tidak perlu sampai ke arah penegak hukum, toh sebenarnya hal demikian itu merupakan proses dalam mendidik anak2 kita untuk y lebih baik…

  9. manumayasa on

    jaman kelas 6 SD ebtanas tinggal satu bulan kita malah ikut tanding bola dengan sekolah lain, sampe di sekolah satu kelas dapet cambuk 3 kali. ya sekalinya itu saya liat guru saya marah, biasanya penuh perhatian dan sabar. kami semua meminta maaf dan berterima kasih karena sudah di sadarkan.
    dan gak ada orang tua kami yg melaporkan tuh.

  10. Masih ingat betul waktu SD dulu ketika hari pertama masuk stlh libur panjang…
    β€œAnak;anak, taruh tangan kalian di atas meja!”…dengan berwibawanya Bapak Guru berkeliling memeriksa satu per satu kuku tangan kami, dan plak…plak…dipukulah tangan2 yg berkuku panjang itu dengan penggaris plastik…,tentu dengan kekuatan yg ala kadarnya hanya untuk memberi peringatan. Di lain waktu, kami rame saat dilaksanakan upacara bendera, habis itu kami upacara Β½ jam tambahandengan hormat kepada sang merah putih sebagai hadiahnya…dan sebagainya..dan sebagainya… . Apa kami menangis saat itu??? Apa orang tua kami marah?? TIDAk…! Justru ketika kami melakukan pelanggaran2/kenakalan2 disekolah kami tidak akan melaporkannya kpd Bapak/Ibu kami, karena kami tahu… Bapak/Ibu pasti akan memarahi kami lebih dari pada Bapak/Ibu guru disekolah. Anak2 SD sekarang didekat rumah saya, dia menangis keras ketika disuruh menyapu halaman kelas karena buang sampah sembarangan… 30 menit kemudian dia datang lagi kesekolah membawa orang tuanya, protes ini dan itu… Apa yg terjadi saat ini di Sekolah Dasar sungguh berkebalikkan dengan jaman kami dulu…Dulu, SD kami ikut dalam memberantas tikus2 disawah (gobyok tikus), kami ikut kerja bakti di desa, kami ikut kegiatan2 sosial yg diselenggarakan di desa kami… Sekarang??? Bersih desa dlm rangka persiapan 17 Agustusan-pun tak lg diikuti…Kenapa?Banyak orang tua siswa yg protes, orang tua-orang tua yg terlalu memanjakannya anaknya… Kasihan anak kecapaian, nanti sakit, panas, kotor…dsb.

    Kini, saya menjadi Guru di salah satu SMK Negeri. Dalam β€œUUD” sekolah kami tertulis jelas disetiap sudut ruangan kelas, mengenai aturan2 yang berlaku di sekolah kami…Setiap pelangaran2 yg terjadi pasti akan mendapatkan reward berupa teguran sampai punishment (tentu msh dalam batasan2 yg wajar)…Begitulah kami dalam mendidik putra-putri kami, agar terbentuk karakter anak yg bertanggung jawab dan belajar mentaati aturan dan norma yg berlaku… Namun, kini kami ragu untuk semua itu…kami ragu!
    Siapa yg akan melakukan penegakkan β€œhukum” jika proses2 itu (poin dan teguran) sudah tidak digubris lagi…??? Siapa…karena kami ragu untuk bertindak?!!!
    Polisi kah???
    Jika memang polisi, patutkah kami jebloskan sendiri anak2 kami kedalam penjara karena hal2 yg demikian itu…???
    Kami malu…!
    Kami bingung…!
    Tak jarang kasus2 yg sebenarnya bisa dilaporkan ke pihak yg berwajib pun kami urungkan(menyimpan dan menyebarkan pornografi,miras,berkelahi,mencuri barang milik teman, dll) kami lebih mengedepankan mendidik dan memberi perhatian lebih trhdp anak2 yg demikian… Bahkan, tidak jarang orang tuanyapun tak tahu!
    Kadang terbersit dipikiran kami…Peduli setan dengan kelakuan anak2 disekolah…tugas kami bukan lagi mendidik, tapi hanya mengajarkan materi2 pelajaran saja, bukan urusan dan tanggung jawab kami sebagai para Guru jika siswa-siswi generasi penerus yg kerjaanya nongkrong diwarung2, tawuran, mabuk2an , berambut gondrong , berpenampilan acak2an layaknya preman jalanan…Tugas kami JELAS, hanya sampai pada ilmu, bukan mendidik mereka… Peduli setan dengan ahlak dan budi pekerti mereka… itu urusan orang tuannya…
    Jangan salahkan kami para guru, jika anak-anakmu kelak tak sesuai dengan harapanmu… Jangn salahkan kami para Guru jika generasi penerus bangsa ini rusak, hancur tak bermoral dan tak lagi mengenal nilai2 luhur budi pekerti…Jangan salahkan kami para Guru jika Bangsa ini hancur…hancur… dan hancur karena dipimpin oleh generasi penerus yg tak mengenal etika lagi…
    JANGAN SALAHKAN kami dengan semua itu kelak…, karena itu anak-anakmu,BUKAN anak anak kami…!!!

    • Sabar Pa Guru,
      Masih Banyak Orang Tua Yang Masih Berpikir Dan Mengerti Apa Yang Tersirat Dari Tulisan Bapak di Atas.
      Saya Pribadi Setuju Untuk mendisiplinkan anak, yang Terukur.

  11. Kiblat dunia pendidikan ada dua yakni model barat dan timur..
    untuk model barat hanya menekankan ilmu pengetahuannya belaka akan tetapi untuk pendidikan aqlak amat masih kurang.
    Untuk model timur di samping mengajarkan ilmu pengetahuan juga menekankan pendidikan aqlak.. seperti di sekolah sekolah kita pada umumnya dan apa lagi di pondok pesantren..

    Untuk isu masalah brexit tentu ada hikmahnya buat negara kita yang pada intinya bagaimana caranya kita membangun nilai daya tawar yang tinggi terhadap negara negara lain mulai dari ekonomi, perdagangan, politik, hukum, pertahanan dan keamanan serta memperkuat pengaruh kita terhadap negara negara lain..

Leave A Reply