P A G E B L U G – L A M P O R
Dalam bahasa Jawa Kuna bebas, PAGEBLUG punya arti : wabah penyakit berbahaya yang disebabkan oleh kekuatan spiritual.
Banyak yang berkonotasi “negatif”, bahwa itu ulah liar mahluk kasat mata yang menyerang dunia manusia. Tetapi saya memaknainya berbeda, bahwa Pagebluk adalah alat Tuhan menseimbangkan kembali semesta raya. Sebab seringkali ulah manusia itu sendiri yang mengacaukan keseimbangan semesta dan hukum KeTuhanan.
Keserakahan dan ketamakan manusia telah menjajah serta memperkosa peri keadilan yang menjadi sumbu keseimbangan semua mahluk. Untuk 2 alasan itu pula mereka merusak alam, menjungkir balikan keadilan hukum dengan menciptakan berjuta alasan pembenaran.
Cepat atau lambat si pelaku akan mengincar kekuasaan guna bisa menguasai sumber daya semesta lebih besar lagi bagi memenuhi dahaga keserakahan dan ketamakannya. Maka akan semakin sulit buat rasa adil itu hadir menduduki tahtanya, berganti masa gelap penuh kejahatan bertirai kepalsuan menyesaki seluruh rongga peri kehidupan. Dan rakyat yang tercuci otaknya ataupun takut telah menganggap lumrah kejahatan yang berlangsung disekitarnya.
Ketika jumlah “orang baik” telah kalah dengan jumlah orang jahat ditambah “orang pengecut” yang menjilat demi kenikmatan dan keselamatan hidupnya semata, maka saat itulah tuas kunci Pagebluk diputar membuka pintu azab yang tak terperikan perihnya.
Ketika orang baik dan semesta raya yang tertindas tidak lagi percaya pada hukumnya dunia, mereka mencari keadilan dengan caranya sendiri. Memohon ijin Tuhan semesta raya untuk membuka kerangkeng penjara mahluk buas kasat mata guna membantu menegakkan kembali keadilan di dunia.
Mahluk kasat mata nan buas itu dahulu di penjarakan agar tidak mengganggu peri kehidupan yang baik dimuka bumi. Kini mereka dibebaskan dengan satu syarat, hanya diijinkan memangsa manusia yang berperilaku jahat atau manusia yang tidak punya prinsip kebenaran dalam hidupnya. Dan setelah mereka kenyang dan situasi terkendali, mereka bersedia masuk kembali kedalam pingitan kerangkeng penjaranya. Sebenarnya itu adalah “konsep awal ilmu PANGIWO”, dimana kekuatan kegelapan dikelola dan dikendalikan guna melenyapkan manusia jahat yang sangat perkasa dan berkuasa di kehidupan ini.
Benang merahnya tergantung dalam kendali rasa marah para ksatrya utama dan rakyat yang tertindas hidupnya. Tertipu daya dan bahkan kehilangan hak keadilannya karena ulah sang angkara murka.
Bila “Sang Penjaga Kegaiban” merestui permohonan itu, maka akan muncul awan hitam menggelegak di semesta raya sebagai tanda dibebaskannya kekuatan spiritual hitam guna menjalankan dharmanya pada semesta raya. Konon rombongan mahluk kasat mata itu bisa menyebabkan wabah penyakit, pagi sakit dan malamnya akan mati, kalau malam sakit siangnya akan mati.
Hanya yang berjiwa suci dan menjaga perilakunya dalam kebenaran yang terselamatkan dari gempuran awan hitam Pagebluk yang menggelegak itu. Tidak ada satupun pawang yang bisa menetralisir sang Pageblug, karena itu adalah cara Tuhan mencuci segala kekotoran duniawi untuk kembali dalam keseimbangan.
Di tanah Jawa ini, ada beberapa pasukan kasat mata yang tercatat dalam sejarah spiritual sebagai penggerak Pagebluk. Ada pasukan : KARANGHAWU, MAJETI, PARANG DOMAS, KARANGBOLONG, PRIGI, NUSABARONG, dan LAMPON. Konon pula yang terganas adalah Pageblug LAMPON yang berasal dari ujung timur pesisir selatan Jawa. Merupakan pasukan paling disegani oleh kegaiban lain di tanah Jawa karena konsistensinya yang tidak bisa ditawar lagi sekalipun oleh para kerabat sendiri.
Bila yang diturunkan adalah LAMPON (sebagian orang mengenalnya juga sebagai LAMPOR), itu juga sebagai pertanda bahwa seberapa parah penyesatan yang terjadi disekeliling kita hingga pasukan utama yang harus diturunkan.
Tidak ada yang pernah salah atas takdir yang terjadi, maka persiapkan diri untuk mengambil sikap yang teguh membela kesucian jiwa dan memeluk erat kebenaran semesta raya. Karena hanya itu yang bisa menyelamatkan kita dari kehancuran seleksi alam ini.
Selamat menjalankan dharma …
SANG NAGA SUNGSANG KUMALAJATI
Filosofi kepemimpinan Nusantara era Majapahit, kearifan lokal yang perlu dipahami oleh Calon Pemimpin Nusantara berikutnya. Bertepatan dengan janji semesta raya tentang era “KEBANGKITAN KEMBALI PERADABAN NUSANTARA”. Pada Keris ini seorang Mpu berusaha selalu mengingatkan Sang Pemimpin agar tetap berjalan diatas dharma utama.
Pembacaan dilakukan dari “Atas ke Bawah”, ini yang disebut sungsang atau nyungsang. Karena pada umumnya pembacaan dilakukan dari Bawah ke Atas.
Naga Tunggal : Melambangkan “Kehendak TUHAN YME”, artinya seorang pemimpin lahir karena merupakan kehendak TUHAN YME dan menjadi wakil perwujudan kehendaknya di dunia ini.
Naga Kembar : Di dalam kehidupan seorang pemimpin sejati, mempunyai kompleksitas tinggi. Yaitu ketika kehendak pribadinya sendiri harus sejalan (kawin) dengan kehendak lingkungan atau masyarakat dimana dia dijadikan pemimpin.
Pohon Beringin : Seorang pemimpin adalah pengayom disegala bidang (ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, pertahanan, keamanan dan lainnya) bagi rakyatnya. Maka pemimpin dituntut mempunyai pengetahuan dan pengalaman lebih, yang nantinya mampu digunakan memandu pemerintahannya serta mengayomi rakyatnya.
Pertapa : Pemimpin sejati adalah suri tauladan perilaku bagi rakyatnya, dan harus juga mampu memimpin ritual keagamaan bagi rakyatnya (yang punya keyakinan sama), menjadi penasehat spiritual yang bersifat universal (bagi rakyat yang tidak sama keyakinannya). Atau dengan kata lain, pemimpin sejati harus mampu berperilaku adil secara spiritual mengingat dirinya adalah wakil kehendak TUHAN YME bagi seluruh rakyatnya apapun agamanya.
Bila leluhur kita dimasa lalu mampu berpikiran searif itu, kemudian diwujudkan dalam karya seni berupa keris yang kemudian dihadiahkan pada sang Raja. Agar beliau senantiasa ingat pada tugas dan kewajibannya sebagai pemimpin bagi rakyatnya. Bagaimana dengan kita saat ini ? Mampukah kita mengingatkan dharma seseorang pemimpin, tanpa harus membuat tersinggung yang bersangkutan ?
SENJATA TIKAM BERLEKUK
Seperti yang kita ketahui, KERIS adalah senjata tradisional Nusantara yang berbentuk lurus ataupun berlekuk (luk). Tapi itu bukan satu-satunya di dunia, karena banyak peradaban lain juga punya senjata dengan karakter yang mirip.
Yang membedakan secara nyata adalah bahwa KERIS dibuat dengan teknologi tempa lipat dan mengandung pencampuran banyak logam sehingga muncul besi pamor (hias warna perbedaan logam), bagian detail yang konsisten maupun karakter spiritual yang dimasukkan saat pori logam terbuka akibat proses panas dan tempa.
Keseimbangan wilah, dedeg, dan unsur spiritual yang kental … telah mampu dipertahankan lintas generasi hingga kini. Semua elemen penyusun termasuk filosofinya, mampu tetap dipertahankan sebagai warisan budaya bendawi sekaligus non bendawi.
Kompleksitas itulah yang menyebabkan UNESCO menetapkan Indonesia sebagai pewaris paling paham tentang KERIS dibanding negara serumpun ASEAN yang dalam budayanya juga mengenal senjata tradisional ini.
Maka kalau anda hanya paham wujud fisiknya saja atau kekuatan spiritualnya saja, maka itu adalah ketidak sempurnaan. Kenalilah Keris dari dua sisinya agar anda lebih bisa tahu, betapa tinggi teknologi dan luhurnya budi pekerti pendahulumu.
Dalam gambar adalah beberapa senjata tradisional berkarakter mirip milik peradaban lain di dunia.
Kapan itu ditanya teman, apa dapur keris yang paling besar ?. Saya jawab : Luk 37 BIMO KRODHO dengan panjang kurang lebih 120-150 centimeter. Itu menurut pakem pelajaran sejak kecil yang saya terima.
Tetapi belakangan ini muncul berbagai keris berukuran “super besar” dengan panjang hingga 3 meter. WOOOOOO … jelas ini keluar jauh dari pakem yang pernah saya pelajari.
Sebagai senjata “tikam dan sabet” jelas dituntut karakter : runcing, tajam dan ringan pengendaliannya guna akurasi. Kalau keris ukurannya seperti gambar ini jelas bukan untuk dipakai atau fungsional perang. Tapi lebih ke urusan ritual. Begitu menurut saya …
RITUAL TIRTA YATRA
Konon ritual adat atau keagamaan yang bernama TIRTA YATRA adalah suatu ritual mencari dan mengumpulkan air dari 9 (sembilan) mata air suci untuk digunakan mensucikan atau melebur segala nista dan angkara pada tubuh seseorang / komunitas / lokasi.
Tetapi saya memahami sedikit bergeser sesuai pemahaman yang diajarkan leluhur saya di WILWATIKTA (Majapahit). Para beliau mengajarkan perilaku ritual TIRTA YATRA adalah dengan mendatangi 9 (sembilan) candi pendharmaan atau kuburan para leluhur pribadi yang terikat hubungan darah secara langsung. Disini arti TIRTA adalah air kehidupan atau benih (sperma) dari para pendahulu kita yang turun hingga menjadi kita. Karena benih tadi itulah yang berpengaruh besar kepada perilaku kita, karena sifat menurun dari para leluhur lewat kromosom dan DNA biologis.
Pada lokasi pendharmaan atau kubur leluhur itu, kita melakukan ritual menggelar hakekat jatidiri. Merenungi kembali sifat baik dan buruk yang ada pada diri pribadi. Setelah secara jujur memahami, kita bermohon kepada Sang HYANG (TUHAN YME) dan disaksikan leluhur untuk berkenan mewarisi sifat baik dan melebur sifat buruk dari para leluhur di diri kita pribadi. Tidak lupa juga mendoakan para leluhur agar mendapatkan kesempurnaan dan tidak terlahir kembali (tumimbal lahir). Serta mendapat restu dari leluhur, semesta dan sang HYANG agar kita mampu berdharma bakti melanjutkan perjuangan pendahulu serta dharma hidup pribadi.
Lelaku ini pernah digelar oleh TRI PURUSA WILWATIKTA (Tiga Pahlawan Penopang Wilwatikta) : Rani SRI TRIBHUWANATUNGGADEWI MAHARAJASA JAYAWISNUWARDHANI, Wredhamantri Rakaryan Mpu Dewa Raja ADITYAWARMAN dan Mahapatih Amurwabhumi Rakaryan Mpu GAJAHMADA. Beliau bertiga telah melakukan TIRTA YATRA dan SRADHA LELUHUR pada candi2 pendharmaan leluhurnya sebelum melakukan langkah besar : Ekspedisi Nuswantara Jayati.
Dalam kehidupan sekarang telah terjadi penyimpangan yang amat besar di masyarakat. Dimana mereka berjuang habis2an dari sisi tenaga dan ekonomi guna bisa mendatangi pendharmaan atau kubur para tokoh adat ataupun agama, tetapi justru melupakan pendharmaan atau kubur orang tuanya dan leluhurnya sendiri. Padahal jelas darah yang mengalir ditubuhnya adalah milik leluhurnya (yang membawa pengaruh sifat dan kebiasaan) dan bukan milik tokoh adat atau agama yang tidak ada hubungan darah sama sekali. Orang Jawa bilang : NGONO YO NGONO NANGING OJO NGONO ….. YEN OWAH GINGSIR ING LELAKU TETANDHANING MONGSO, HANANGING LUDIRO NIRO KANG DADI TETANDHANING TRAHING KUSUMO.
Jadi kalau mau merubah jatidirimu kearah yang lebih baik, seharusnya anda berbicara dengan elemen keluarga anda sendiri (leluhur), yang pasti menyayangi dan tidak akan mencelakaimu (karena anda anak keturunannya). Bukannya kepada pihak lain yang belum tentu kenal apalagi paham siapa dirimu ……
MANUNGGAL JATI
Samar kang Sinamar,
Panglimunan ring dedeting Halimun,
Hanglebur marang jatiningsiro pribadi,
Malih rupo malih atmo malih pangroso,Hanyaketi marang karsaning jagad gumelar,
Hangrungkebi marang gumelaring kahanan,
Hangesti marang sesembahan kang tunggal,
Memetri sejatining sopo siro lan sejatiningsun,Yo ingsun kang sejati,
Ora tinedhas marang hawaning agni niro,
Ora kapedhut marang sinamar niro,
Kang bakal hanglebur jagad siro pribadi,Marang kasunyatan gumelaring panguoso jati,
Hom – Hyun – Hayu – Hayom,
Pamujine atmajaningsun pribadi,
Jaya – Jaya – Wijayanti
Lawang, 08 Juli 2016, Jumat Wage
Wuku Landhep, Tahun Jimawal, Windu Sangara
Oleh Patsus Deddy Endarto Wilwatikta untuk SELAMAT DATANG PASUKAN LAMPOR MENYEIMBANGKAN SEMESTA RAYA
Gambar oleh Googel Patsus Deddy EW.dan Patsus Citox
11 Komentar
Makasih atas wawasannya bung deddy
Pencerahan yg baik utk cinta NKRI. Btw utk ziarah ke makam tokoh agama seperti wali songo banyak maksud yg baik mungkin bisa di maksud utk mengingat mati, berterima kasih atas jasa2nya dan melihat kemuliaan mereka atas sumbangsihnya terhadap negeri ini meski beliau2 telah wafat. Kecuali jika ziarah yg menyimpang dari akidah itu yg harus di waspadai.
Leburkan diri ke dlm kluarga sendiri.. Bkn k org lain. Sebuah wejangan yg mengjlebkan situasi kondisi masa kini
Avatar akan lahir ketika keseimbangan semesta tak lagi seimbang
DNA yg menyimpan memori secara turun temurun
Pengenalan jati diri menyingkap hijab ragawi
Menemukan jalan akses kecerdasan spiritual
Kembali ke fitrah manusia sebagai kalifah
Biarlah Alam Semesta yang menyeimbangkan
Weleh2….Kata kata terakhirny itu lho kalau yg tahu bkin merinding tpi sayang hanya segelintir orang yg menguasainy…..
#nice artikel bung deddy
bung deddy@…sucineng ati tumatining laku ..ngaturaken sugeng riyadi…..
…melihat artikel di-atas terlihat mirip wejangan ilmu-tunggal roso(sejatine diri)- karya(mungkin) sunan kalijogo…..heheheeee
….setiap manusia lahir maka akan lahir pula -jin-yang menpunyai rupa seperti diri..kalau orang jawa bilang sedulur kecer(satu rahim)..dan satu lagi malaikat(kakang kawah ) yang juga akan menemani diri…hingga akhir hayat.
…namun saat manusia meninggal…maka jin ini akan tinggal di-alam batas-anatara nyata dan ghaib dan sang malaikat akan pulang menghadap sang ILLAHI .jadi jangan -heran-bila para diri terkadang melihat orang yang sudah meninggal ternyata masih -gentayangan(jin)-….heheheee
….maaf,mengingat pengetahuan diri yang amat terbatas..bisa saja -ini salah-dan selebihnya ta banyak hal yang bisa diri -musyawarahkan-diforum ini…hehehhee
Jika Anda menyebut kata selamat datang pasukan lampor penyeimbang semesta …apakah berarti mereka sudah datang atau baru dipanggil atau memang mereka sudah mulai melakukan seleksi alam di tanah Nusantara ini??
Mohon maaf sebelumnya, untuk hoax corner kira kira artikel terbaru bisa dibaca kapan ya?
Minal aidil wal faidin,mohon ma’af jika ada kesalahan baik yg tersirat maupun yg tersurat,matur suwun atas ilmunya pak dedy…..lagi mbayangin keris……
Terima kasih atas secercah tambahan ilmu yang sangat berharga ini. Tidak sulit bagi Allah Tuhan semesta alam untuk membinasakan suatu kaum bahkan dunia ini karena beliau bisa menciptakan kaum lainnya dan dunia lagi.