Ekonomi dan bisnis berbasis keramahtamahan (?)

13

Ekonomi dan bisnis berbasis keramahtamahan (?)

citox patga 7
..
Cukup lama mencoba menelusuri, apa yang bisa dilakukan sebagai salah satu jalan membangun kesejahteraan ekonomi.
Banyak data, fakta, yang menunjukkan bahwa salah satu yang bisa dijadikan modal kuat adalah keramahtamahan masyarakat Nusantara.
Kepopuleran Bali, Yogyakarta, Bandung, Lombok bukan hanya pada urusan alamnya, karya seninya, atau apapun yang dapat diindera, tapi juga keramahtamahan.

Di bisnis modern pun seperti Garuda Indonesia, membuktikan bahwa sikap ramah, luwes, bukanlah mitos. Awak kabinnya yang terbaik, dan ia juga maskapai yang paling dicintai.
Tepat waktu ? Kecanggihan ? Keamanan ? Semua maskapai bisa punya. Tapi keramahan, keluwesan, ketulusan, tak semuanya mampu melakukan secara maksimal, karena itu datang dari tata nilai yang sulit ditiru jika bukan merupakan budaya masyarakatnya.
Industri, pertanian, tambang, adalah hal yang sudah menjadi pakem semua negara mengembangkannya, termasuk Indonesia. Tetapi mengembangkan juga ekonomi berbasis keramahtamahan (ekonomi non teknikal) rasanya bukan mimpi.
Jasa rekreasi, transportasi, konferensi, perhotelan, belanja, wisata alam, budaya, kerajinan, seni, kuliner, bangunan bersejarah, masyarakat asli, dan bentuk lainnya, bisa menjadi motor besar menuju masyarakat yang lebih sejahtera, sebab keramahtamahan adalah nilai yang melekat di masyarakat.

Jika itu dilakukan, upaya lebih besar perlu dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran (awareness) para pemangku kepentingan terutama pemerintah daerah tentang pentingnya membangun ekonomi berbasis kearifan lokal, mewujudkan kesejahteraan tanpa menjadikan masyarakat merasa asing dengan dirinya sendiri.
Banyak contoh pembangunan menyebabkan penduduknya menjadi teralinasi di tengah kemajuan, meningkatkan frustrasi, kecemasan, angka bunuh diri, penurunan jumlah penduduk yang berlebihan, dan seabrek masalah sosial lain.
Kita perlu sejahtera dalam keseimbangan lahir dan batin.
Selamat untuk Garuda, semoga selalu menginspirasi. Untuk temanku Setyasnomo Soediro, selamat, telah mendidik para karyawan di sana dengan hasil membanggakan. Semoga sukses ke depan.

“Mayat” menunggu mati
…..
Sedikit refleksi atas keramaian men-ESDM.
Masalah sumberdaya alam termasuk energi di dalamnya benar-benar menguras tenaga bangsa. Seandainya negeri ini tak punya semua itu, mungkin akan lebih tenang membangun, karena tak ada daya tarik eksploitasinya yang diperebutkan oleh kekuatan-kekuatan serakah imperialis.

Ternyata tidak juga, karena posisi strategi negeri menjadi rebutan para setan penjajah, dibantu jongos-jongosnya yang bertetangga dengan nusantara ini.
Namun kita bangsa pejuang, pantang menyerah memperjuangkan derajat negeri. Kaki tangan asing selalu gentayangan, harus selalu bersiap melawannya.
Biarlah anak cucu yang menikmatinya, jika memang harus begitu. Hidup sekali harus bermakna, bermanfaat, bagi masyarakat dan alam melalui apa yang dipunya. Tanpa itu, tak lebih dari “mayat” yang menunggu mati.

Kemerdekaan setelah 71 tahun ?

Saat membacakan teks Proklamasi, saya yakin beribu perasaan bergolak dalam benak Soekarno dan Hatta
Bagaimana mungkin bangsa yang mayoritas penduduknya miskin, putus sekolah, tak punya pengalaman memadai mengelola pemerintahan dan semua urusan, tiba-tiba memproklamasikan kemerdekaaannya
Maka saya yakin pula bahwa beliau berdua dan bahkan siapapun yang hadir di Pegangsaan Timur itu berpikir keras: “setelah ini harus bagaimana”
Ya, semua pasti sadar bahwa arti paling sederhana dari kata “merdeka” ketika itu tak lebih dari “kita dipimpin dan diperintah oleh bangsa sendiri”. Selebihnya, semuanya harus diperjuangkan.

Yang hadir di sana juga pasti paham benar bahwa Proklamasi barulah awal mewujudkan kemerdekaan dalam makna yang sesungguhnya. Merdeka dari pemerintahan asing, merdeka dari kebodohan, merdeka dari kemiskinan, merdeka dari kekangan beraspirasi, merdeka dari ketidakamanan, merdeka dari ketidakadilan, dan lain lain dan lain lain ..
Di antara para tokoh, Soekarno adalah sosok yang selalu mengingatkan bahaya ancaman imperialisme gaya baru.
Setelah tujuh puluh satu tahun berlalu, apa yang diingatkan Soekarno tetap relevan.
Hari ini ketika postingan-postingan di berbagai media sosial meneriakkan kata “merdeka”, terasa ada perasaan campur aduk mengingat ketidakmerdekaan masih terjadi masal di seantero negeri.
Mungkin saya termasuk yang lebih memilih untuk berteriak kuat dalam hati, tetap memelihara optimisme namun juga tetap menyisakan ruang keprihatinan karena banyak warga bangsa yang masih belum bisa merasakan kemerdekaan. Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan sebelum kemerdekaan itu benar-benar terwujud.
Maaf kalau saya harus berteriak tertahan mengikuti pekik kemerdekaan: “Merdeka”

dedenew398

Tentang brain drain?
74 profesor, sekian ratus mungkin ribuan orang hebat kita tersebar di seluruh dunia?
Selama ini banyak dari mereka tak bisa mengembangkan diri dan berkiprah lebih luas di negeri sendiri dengan pengetahuannya.
Salah satu penyebabnya, oknum pejabat yang lebih mementingkan perutnya sendiri, dengan menjadi mak comblang barang impor.
Puluhan tahun praktik itu berjalan secara luas, mereka memperkaya diri sendiri dan kelompok. Mereka pengkhianat yang pantas dihukum tembak pakai meriam tank ! sebab polah mereka lah penyebab kesulitan bagi semua warga bangsa di manapun yang ingin membangun, berakibat pada penguasaan ekonomi dalam skala masif oleh bangsa lain di negeri ini hingga sekarang.
Kikis perilaku korup, bangun industri dalam negeri, danai lembaga-lembaga riset dan pengembangan, pakai produk dan kemampuan bisnis sendiri. Jika tidak, negeri ini tak akan pernah lepas dari penjajahan ekonomi bangsa lain hingga akhirnya menjadi tak lebih dari pekerja bagi bangsa lain.

Batasi kepemilikan rumah dan tanah: keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Karena bagian besar kekayaan ada di masyarakat kelas menengah dan atas, sangat berpeluang kepemilikan tanah dan rumah terbanyak di kelas ini. Jika ini terjadi terutama di wilayah yang padat, harga tanah akan cepat meningkat, menyulitkan masyarakat berpenghasilan kecil menikmati hunian di lokasi yang tak terlalu jauh dari kawasan ekonomi. Mereka akan terpinggir secara fisik, apalagi jika pemerintah tak mampu membangun hunian vertikal berharga rendah.
Pembatasan kepemilikan rumah atau tanah terutama di daerah padat harus dilakukan, lebih bagus lagi dilakukan menyeluruh.
Pembeli di daerah padat semacam itu misalnya juga harus menyertakan NPWP dan kartu keluarga, agar aparat bisa melakukan cek silang jika ditemukan indikasi keganjilan, untuk mencegah pembelian yang diatasnamakan orang lain.

Selain itu, penertiban kartu tanda penduduk (single identification number) juga harus dilakukan.
Pengenaan aturan semacam itu dan penegakan semua aturan terkait penggunaan tanah, diharapkan juga bisa menjadi instrumen pendorong penggunaan dana ke aktivitas ekonomi non residensial karena diharapkan bisa mencegah laju peningkatan permintaan tanah.

firman3

Pekerjaan besar mewujudkan “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

“Satu persen rumah tangga Indonesia menguasai 50,3 persen kekayaan nasional. … 10 persen terkaya yang menguasai 77 persen kekayaan nasional. … 90 persen penduduk sisanya hanya menikmati tidak sampai seperempat kekayaan nasional”.

“Lebih ironis lagi, sekitar dua pertiga kekayaan yang dikuasai orang kaya Indonesia diperoleh karena kedekatannya dengan penguasa. Crony-capitalism index Indonesia menduduki peringkat ketujuh”.

Oleh Patsus Firman R. Djoemadi Biro Surabaya
Gambar oleh Google, Patsus Citox dan Patsus Dede Sherman

Share.

13 Komentar

  1. Negeri kita sangat kaya tetapi sayangnya hanya segelintir orang yang menikmatinya, ya itu tadi, demokrasi ala kroni, politik ala mafia yang jadi penguasa se enak nya. Birokrasi bobrok yang punya uang bisa sogok yang ga punya uang dada sayang.

    • perbandingan Dunia dengan akhirat, menurut Baginda Rosullulloh SAW, celup kan tangan kalian di air laut, angkat, tetes terakhir yang jatuh itu adalah dunia, air laut (seluruh samudra) adalah akherat….

  2. keramahtamahan bagian dari softskill.. tanpa dukungan ini, kecil kemungkinan terjadi hubungan yg solid dan awet antara pelaku bisnis, mitra, dan konsumen

    Hidup yang singkat memang harus diisi dengan berkarya bagi diri sendiri, keluarga, bangsa dan negara. itulah perjuangan pasca kemerdekaan NKRI.

    dominasi kepemilikan tanah/bangunan oleh kaum the have jelas menyulitkan kaum non have, harga akan terus melambung tanpa kendali. Jikalau tetap di beri hak membeli rumah tanpa limit, pajak dibesarkan untuk kemudian dialokasikan membantu masyarakat yang belum memiliki rumah.

    semoga Tuhan YME senantiasa memberkahi terciptanya Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia. Amiinnn

    Indah rasanya jika keseimbangan hidup terwujud sempurna..

  3. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia tidak akan terwujud bila alat2 negara tdk berfungsi karena merupakan bagian dari kroninya. Dimana alat kekuasaan negara membutuhkan uang utk melanggengkan kekuasaan yg hanya di dpt dari pengusaha pemilik uang. Pengusaha membutuhkan alat negara utk memuluskan usahanya. Celakanya 10% dari orang kaya kita bisa berpindah negara stlh mereka sdh berhasil mengeruk kekayaaan alam kita. Saya sangat surprise ketika membaca berita tentang sukanto tarnoto yg mjd org terkaya di indonesia yg kini ada di cina. Pantas target pajak tdk pernah tercapai loh wong uangnya dilarikan ke luar negeri. Itulah kenapa dari dulu saya selalu mengatakan potensi pajak terbesar sebetulnya ada di wp pribadi terutama para pengusaha, keluargnya bahkan sopir dan pembantunya. Mereka bisa mempunyai property dimana saja bukan atas namanya dan bahkan mereka malah sengaja membuka usahanya agar tdk ketahuan pajak di rmh pribadi mereka.

  4. setiap peringatan kemerdekaan selalu ada lagu Indonesia Raya, di lagu tersebut ada bait “bangunlah jiwanya, bangunlah badannya”, ada pertanyaan2 yg datang melintas, mengapa bangunlah jiwanya dahulu baru bangudarnlah badannya?
    Apa arti dari bangunlah ini? Apakah bangun seperti saat orang tidur atau bangun seperti bangun rumah?
    kata bangunlah ini, apakah perintah atau petunjuk?
    dari yang tersurat selalu ada yg tersirat

  5. Hmmmm….kata ane…Mari kita kembali ke pancasila dn uud45 yg asli…sudah jelas disana tidak Ada ruang bagi demokrasi-liberal-kapitalis-komunisme…

  6. artikel yang sangat menggugah kepada kita semua, dan rasanya sudah banyak di bahas di beberapa media, dan yang sangat mengejutkan adalah hal ini sudah berjalan sekian tahun seiring usia kemerdekaan RI …
    mengamati gemuruh media … lagi ramai istilah dari Sukanto Tanoto … Indonesia adalah ayah angkat … China adalah ayah kandung … yah sebuah penghinaan yang luar biasa …
    mohon rembesan dari bung Trahlor, bung PR maupun bung BW … bagaimana ya bung untuk orang – orang macam ini??
    mohon maaf bahasa yang saya gunakan agak kasar rekan – rekan sekalian …

    • Lamp (gak nyambung) on

      gampang itu mah, nanti klo di klarifikasi paling dia bilang salah ucap alias khilaf, padahal ya begitu deh

    • China “Ayah Kandung”? kalimat yg tampa ujung,kalimat penuh tanda tanya jg kontroversi.. siapa dan menunjuk kepada siapa?

      kontribusi etnis tionghoa yg pro kemerdekaan serta kemandirian bangsa sampai saat ini tdk bisa di tampik. kalimat tsb jg menghina dan menampar rasa kebangsaan bagi pribumi asli dan pribumi keturunan.

      ada alm.Laksamana Jhon Lie yg gagah berani di era pra kemerdekaan jg Trikora,Ada Abdul karim Oey pendiri yayasan Lautze seorang mualaf yg fokus kpd pendidikan umat,Letjen purn Prabowo Subianto slh satu pribumi keturunan, itu segelintir tokoh yg bsa di jadikan contoh dan msh banyak lg.

      patutkah yg mengatakan china adalah ayah kandung sbg Panutan?

      Proxy War akan gunakan segala sumber daya agar tujuan mrk berhasil, tak peduli seberapa bsr kerusakan yg akan timbul

  7. Klo berbicara ekonomi, saya agak kesal.
    Dulu tahun sebelum sebelumnya diprediksi dan diyakini banyak pengamat ekonomi dunia Kalo indonesia bakal mapan, diukur bukan hanya dr potensi sda tp emg grafik ekonomi indonesia tinggi saat Itu. eeh eeeh tau taunya baru selang berapa tahun udah merosot, bahkan terjun payung aja. Iyakan?? Saya jd ingat d salah satu catatan seorang chef, ada perkataannya yg bilang klo bidang pariwisata menyumbang besar untuk pemasukan negara, saya jd bertanya tanya ngaruh gak sih kebijakan bebas visa kita sama merosotnya ekonomi?? Terus ekonomi kitakan lemah, kok malah netapin pengampunan pajak? Terus pekerja pekerja cina yg banyak Itu juga bebas visa kah??? Saya bertanya loh, silahkan yg ahlinya untuk menerangkan.
    APa para pengamat ekonomi Itu salah semua. Pada gak kompeten kali yah ngamatinnya? Semoga bu menteri n staf stafnya tetap semangat membangun indonesia deh

  8. selalu ada pertanyaan dlm benak saya jika dulu yg berjuang berdarah darah untuk kemerdekaan ini adalah mayoritas warga pribumi tapi mengapa setelah merdeka yg sukses mayoritas adalah warga keturunan/tionghoa.bahkan ekonomi indonesia mereka kuasai.apa yg terjadi?.itukah sebab indonesia belum mampu memproduksi mobil buatan dalam negeri?.karena menurut mereka lebih mudah mengimport dan menjual daripada susah payah berpikir mendirikan dan membuat mobil yg belum jelas pasarnya.lalu ada apa dgn itikad pemerintah.apakah lebih mudah mengambil fee dan pajak import dgn mengorbankan kreatifitas anak bangsa.sungguh saya merasa prihatin.

Leave A Reply