PATGA PASURUAN BERBAKTI UNTUK NEGERI

3

PATGA PASURUAN BERBAKTI UNTUK NEGERI

patgapasuruan8

71 tahun lalu jepang berkuasa atas negeri ini. atas tekad yang bulat, semangat yang membara, niat yang tulus, tujuan yang sama para pejuang bahu membahu bergerak dalam satu irama yang sama.
Dengan izin dan anugrahNya negeri ini bisa mengusir perjajahan fisik. Namun penjajahsn ilmu, sejarah, budaya, politik, ekonomi masih belum bisa diusir dari negri ini. Cengkramanya teramat sangat kuat, tipudayanya sangat halus, begitu juga dampaknya sangat mematikan persatuan, melumpuhkan sendi2 penggerak bangsa.
Ya Tuhan kami andai kami bisa meniru Burung Garuda yang pada usia 40 tahun, sang garuda harus terbang dipegunungan, mencari bebatuan, menyepi, untuk melakukan Sunatulloh yang Engkau wajibkan kepada Garuda yang sudah tidak bisa mencari makan karena paruhnya yang sudah bengkok hampir menyentuh dada akibat dimakan usia. Cakarnya sudah bengkok dan sukar untuk menerkam mangsa, bulunya sudah banyak yang rusak dan tebal sehingga sulit untuk terbang.
Disaat itu garuda Engkau berikan ilmu Introspeksi diri, mengoreksi dirinya yang disebut “Insting” bertahn hidup. Dimana agar mampu terbang, cakarnya bisa digunakan lagi, paruhnya yang bengkok bisa untuk mencabik musuh semua harus diganti dg yang baru agar garuda bisa makan dan hidup lebih lama sampai 70 tahun.
Ini adalah Thoriqoh/ jalan bagi garuda yang Tuhan ajarkan kepada burung Garuda. Untuk melepaskan paruhnya garuda harus mematuk batu yang keras, tidak cukup sekali atau dua kali tapi harus terus menerus, sampai berdarah dan sampai lepas. Saat paruhnya lepas dia tidak akan makan (puasa) karena sakit hingga berhari hari.

Ketika paruh sudah kering dari darah, garuda mulai melepaskan (cakar) kuku-kuku yang bengkok tadi, bayangkan betapa sakitnya kuku yang nempel didaging dicabut tanpa bius, darah pun pasti megalir kluar, dan sakitnya pasti. Tapi itu adalah insting dari Tuhan/ intruksi Tuhan agar garuda bisa bertahan hidup.
Ketika cakarnya sudah membaik, garuda pun mencabuti bulu-bulunya dengan paruh baru yang sudah mulai tumbuh. betapa sakitnya saat bulu-bulu yang masih nempel harus dicabut paksa hingga habis. dimasa ini Garuda tidak bisa terbang mencari makan, hanya mengandalkan puasa, andai makan dia hanya mengandalkan binatang yang disekitarnya. (bisa jadi hanya kiriman dari Tuhan).
Proses alamiyah (Thoriqoh/jalan) yang dialami garuda biasanya berlangsung selama 6 bulan dari mulai melepas paruh hingga semua tumbuh paruh, cakar, dan bulu barunya.

Hikmah:
1. Garuda harus mengenal dirinya yang sejati terlebih dahulu, dg membaca sunatulloh yang Tuhan bekalkan kepadanya,
2. Menyepi, uzlah, dipegunungan meninggalkan kebiasaan ngoceh,
kebiasaan makan dan berburu dunia, atau sering disebut Zuhud.
3. Berpuasa dan pasrah kepada Tuhan,
4. Garudapun Ridho atas sunatulloh yg ditimpakan kepadanya, dan Alloh pun ridho kepada garuda dengan dikirimkamya rejeki yang tidak disangka sangka.
6. habis gelap terbitlah terang. di akhir masa yang sulit selama 6 bulan garuda bisa terbang dengan bulu, cakar, dan paruh yang baru.

NB: Para Nabi pun melakukan hal yang sama, membaca sunatulloh yang Dia bekalkan kepada manusia, sunatulloh dari alam. Nabi Muhammad menyepi ke gua hiro, nabi musa ke gunung tursina, nabi ibrahim mencari tuhan, dll.
Mungkin ini yang dibutuhkan bangsa ini, mengenali jati diri, lewat sejarah, ilmu yang salah, tata negara yang salah, politik yg salah, sistem budaya, ekonomi,sosial yang salah harus dicabut walau diawal akan sakit.
Tapi diawal para penduduknya harus berthoriqoh dahulu, mengenal diri yang sejati, mengenal Tuhanya, mengenal sunatulloh, sehingga jalan yg ditempuh bisa lurus.
Karena manusia tidak kenal sunatulloh, kecenderungan mahluk, inilah penyebab peperangan selalu terjadi.

Berbakti untuk negeri…biarkan yg lain merayakan Agustusan dengan berbagai perlombaan tapi kami berlomba menjaring sampah dan membuangnya ke tempatnya

patgapasuruan7

KOPDAR Dan Wawasan Kebangsaan

Alhamdulillah..Puji sukur kehadirat Tuhan yang maha esa atas dikaruniakannya kesehatan serta kesempatan bagi kita untuk dapat menghadiri Kopdar Patga Pasuruan
Dari kopdar pertama sampai kopdar yang sekarang, saya yakin jika Patsus setuju jika kopdar kali ini adalah yang paling spesial. Selain karena tempatnya yang setingkat lebih baik dari yang sebelumnya, kali ini yang spesial karena dihadiri rombongan terhormat dari PATGA Pusat
Saya ingin sedikit memperkenalkan Patga Pasuruan agar Patsus bisa memahami karakter dan kondisi yang ada pada kami.
Patga pasuruan beranggauta pekerja dimana keterbatasan waktu dan kemampuan sering menjadi kendala kami untuk melakukan kegiatan kegiatan dalam masyarakat karena terbentur kewajiban dalam pekerjaan dan juga keluarga.
Patga pasuruan terbentuk karena kesamaan pandangan dan harapan dalam menyikapi kondisi yang terjadi ditingkat nasional maupun internasional. Kami adalah ibarat garuda buntung putra begawan kasyapa yang selama ini merindukan kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi lebih baik dan menuju jalur yang sesuai cita cita pendiri bangsa kita. Plafon kami sama, NKRI, Pancasila, UUD 45.
Dahulu kita sering merasa putus asa akan kelangsungan negri yang kita cintai ditengah ganasnya kekuatan asing dan aseng yang nyata nyata membahayakan dan cenderung merusak dengan semua kekuatan mereka, baik modal maupun persenjataan.

Hampir hampir kita lupa melalui para wali wali dan orang orang yang waskita dahulu, Allah berkenan akan menjadikan negri ini menjadi muncar kembali seperti kejayaan Majapahit.
Melalui Patriot garuda yang sering kita baca dan diskusikan bersama rekan sekerja selepas jam istirahat, kita mulai menemukan secercah keyakinan akan hal itu. Ternyata kita memiliki saudara perkasa, Garuda sempurna yang akan mengawal dan membelokkan arah perahu besar bangsa Indonesia.
Melalui Patriot garuda kita tahu bahwa saudara kita Garuda Sempurna juga berkenan menyambut tangan kita. Tangan yang lemah, tangan garuda buntung.
Garuda sempurna itu adalah TNI. TNI yang sudah melepas diri dari bayang bayang masa lalunya yang pernah bersinar dan pernah kelam.
Garuda sempurna adalah TNI yang bersama rakyat kita kuat.
Patriot Garuda Pasuruan akan ikut mengantar dan mengisi perjalanan bersama garuda sempurna melalui kegiatan2 yang bisa kami lakukan sesuai kemampuan kami.
Melakukan kegiatan bela negara sesuai kemampuan yang kami miliki, meski hanya sedikit yang
penting kami ikut merajut layar perahu besar Indonesia yang pernah compang camping dihantam badai.
Akhir kata semoga Allah menyertai dan meridloi langkah kita .
Amin ya Robbal alamin.

dedenew417

PENYERAHAN DANA SOSIAL
Alhamdulillah
Penyerahan dana sosial ke yatim piatu asa’diyah wonojati pasuruan untuk bulan agustus..yang diserahkan pad tgl 03 Sept 2016
Sebelumnya rutin Tiap Bulan PATGA Pasuruan mengadakan kegiatan sosial menyantuni Yatim Piatu dari hasil urunan anggota PATGA Pasuruan

Kegiatan awal menyantuni Yatim Piatu dilakukan dikĀ  PONDOK Pesantren (Ponpes) Metal Moeslim Al Hidayat di Desa Rejoso Lor, Pasuruan, Jawa Timur, sangat berbeda dengan ponpes umumnya. Ponpes ini khusus menampung santri bermasalah, mulai orang gila, korban narkoba, sampai perempuan hamil pranikah. Tak ada tanda-tanda, plang, atau papan nama yang menunjukkan bahwa itu lokasi Ponpes Metal yang berada di tepi Jalan Raya Pasuruan-Banyuwangi. Tepatnya, sekitar delapan kilometer dari Pasuruan ke arah Probolinggo. Hanya ada gambar atau patung beton bergambar metal atau salam tiga jari berukuran sedang di depan pintu gerbang pondok. Semua dicat merah menyala dengan tulisan ‘Metal Muslim’.
“Banyak orang kecele, mereka mengira ini kantor parpol (baca PDIP) karena patung salam tiga jari. Apalagi dicat merah,” kata Buchori (30), juru bicara Ponpes Metal kepada Sindonews . Metal di sini bukan berarti musik cadas, tapi singkatan Membaca atau Menghafal Tulisan Alquran. Setelah memasuki areal ponpes seluas 10 hektare, terlihat beberapa bangunan sepintas mirip bungalow karena bentuknya seragam mengitari areal. Bangunan itu berupa rumah berukuran 10 x 6 meter.
Ada teras, kamar mandi, dan ruangan tengah cukup lebar untuk istirahat para santri. Lokasi para santri pria dengan perempuan dipisah.
Orang gila menempati sisi kiri ponpes. Santri perempuan berada di belakang, sedangkan santri laki-laki di sebelah kanan.
Halaman tengah pondok dibiarkan kosong. “Dulu di tengah areal ini rimbun. Penuh pepohonan. Oleh Pak Kiai (KH Abu Bakar Cholil, pendiri Ponpes Metal) ditebangi. Orangnya memang nyentrik dan aneh.
Cara berpikirnya kebalikan dari orang umumnya. Kalau orang ingin rimbun, Pak Kiai ingin lapang,” ujar Buchori yang nyantri belasan tahun itu. Rumah KH Abu Bakar Kholil berada di samping kanan, tak jauh dari pintu masuk. Beberapa santri yang merupakan anak yatim piatu keluar masuk rumah kiai. “Ya, seperti rumah mereka sendiri.

Pak Kiai dan Bu Nyai sudah dianggap orangtua sendiri para santri.” Sikap nyentrik Pak Kiai tak hanya menampung orang gila, perempuan hamil pranikah, dan korban narkoba. Juga terlihat dari kegemarannya memelihara binatang buas, mulai harimau sumatera, kera, buaya, ular, dan aneka burung. Tapi, terbukti, belakangan binatang tadi ada manfaatnya bagi penyembuhan para santri. Suatu ketika ada orang gila tidak mau bicara. Setelah dijilati kera, orang gila tadi berteriak histeris dan akhirnya mau ngomong. Itu memudahkan kesembuhan yang bersangkutan karena bisa diajak dialog. Kalau ada orang gila tak bisa diatur, menolak mandi, atau tak mau bicara, cara mengatasi cukup mudah. Orang gila tadi ditunjukkan harimau atau buaya.
Kalau tidak mau mandi akan ‘diberikan’ ke harimau. Setelah itu, orang gila jadi takut dan jadi penurut. Karena manut dan mudah diatur, lama-lama jadi kebiasaan mereka yang pada akhirnya membantu proses penyembuhan mereka sendiri. “Cuma ditakut-takuti mereka sudah menurut. Itu hanya trik saja,” ujar Buchori.
Tapi, sekarang hanya tersisa satu harimau, kera, dan burung. Tidak ada lagi buaya. “Biaya makannya mahal. Sehari harimau butuh lima kilogram daging sapi dioplos ayam,” terangnya. Semasa Kiai Abu Bakar Kholil hidup, harimau sering dipindah-pindah tempat. Digiring santri dan dipimpin Pak Kiai langsung. Santri tidak takut karena ada Pak Kiai. “Tidak tahu pakai ilmu apa atau doa khusus apa, kok harimaunya nurut saja sama Pak Kiai. Padahal, harimau itu pernah makan orang.
Tapi, setelah dipelihara di ponpes aman-aman saja sampai sekarang,” terangnya.

patgapasuruan2

Sejarah Ponpes Metal Muslim Al Hidayat bermula dari majelis taklim yang diasuh KH Muhammad Kholil dan Hj Ummi Kultsum yang tak lain orangtua kandung KH Abu Bakar Kholil. Setelah KH Muhammad wafat, oleh ibunya Hj Ummi Kultsum, anak-anaknya yang berjumlah 13 orang diminta meneruskan majelis taklim binaan abahnya. Muhammad Said, salah satu putra almarhum KH Muhammad Kholil teringat adiknya, KH Abu Bakar Kholil, yang saat itu lagi mondok di Ponpes Al Hidayah Lasem, Rembang, asuhan KH Machsoem. Abu Bakar pun diminta pulang menggantikan abahnya mengelola majelis taklim. Sepulang ke Pasuruan, KH Abu Bakar Kholil bukannya mengajar para santri, tapi malam suka suka mengumpulkan pemuda di Desa Rejoso Lor untuk bermain sepak bola dan bulu tangkis. “Pak Kiai mudanya memang suka olahraga,” tambah Buchori. Itu dilakukan bertahun-tahun.
Hingga akhirnya Pak Kiai akrab dengan warga desa terutama para pemudanya. Belakangan terbukti, mendirikan klub sepak bola, bola voli, dan bulu tangkis hanya cara Pak Kiai untuk merekrut santri di kalangan pemuda. Mereka pun diajak salat bersama dan akhirnya menjadi santri.

Karena santrinya makin banyak, majelis taklim diubah menjadi ponpes. Sekitar tahun 1997, KH Abu Bakar Kholil menerima pasien putri mengidap gangguan jiwa, anak seorang anggota Polres Probolinggo. Setelah ditangani tiga minggu, putri polisi itu sembuh. Sejak itu, KH Abu Bakar Kholil kian tersohor. Apalagi, banyak dipublikasikan media. Ponpes kebanjiran pasien orang gila. Yang datang, tidak hanya santri yang mengindap kelainan jiwa, tapi juga korban narkoba sampai perempuan hamil pra nikah datang berbondong ke Ponpes Metal. Semua diterima dengan tangan terbuka. Latar belakangnya pun beragam, ada pemusik, berandalan, pengangguran, pemabuk, dan pecandu narkoba. Gaya penampilan mereka juga beragam. Ada yang pakai jeans belel, merokok, pakai tindik, dan aksesori lain yang tak biasa digunakan santri di ponpes pada umumnya. “Pak Kiai agak longgar. Yang penting mereka mau salat,” kata Buchori. Karena Ponpes Metal menampung beragam santri bermasalah dari beragam jenis itu, banyak orang menjuluki Ponpes Metal sebagai ‘Pondoke Orang Rusak’. Namun terbukti, banyaknya ‘orang rusak’ masuk Ponpes Metal akhirnya bisa disembuhkan berkat ketelatenan KH Abu Bakar Kholil yang dibantu para santrinya. “Jumlah persisnya tidak tahu. Tapi, ratusan bahkan ribuan yang sudah sembuh,” tambah Buchori. Setelah sembuh, sebagian memilih pulang. Sedikit yang memilih bertahan di ponpes. “Saya termasuk yang tinggal untuk membina adik-adik. Saya dulu juga santri sini,” kata Buchori tanpa malu-malu. Karena jumlah santri terus bertambah, akhirnya Pak Kiai membeli tanah persawahan secara pelan-pelan sampai akhirnya seluas 10 hektare seperti sekarang. “Selain macan, sekarang ponpes juga memelihara sapi dan angsa untuk membantu anak-anak,” tutur Buchori. Sepeninggal KH Abu Bakar Kholil sekitar 100 hari lalu, Pondok Metal dipimpin Lutfiyah, istri almarhum KH Abu Bakar Kholil, yang biasa disapa Bu Nyai.

patgapasuruan

KEGIATAN nyata Pada Masyarakat PATGA Biro PasuruanĀ  Memberikan Bantuan Ke Anak Yatim. Kegiatan ini kecil,,tapi semoga berguna bagi bangsa dan Negara

 

oleh Patriot Garuda Pasuruan
Gambar Oleh PATGA Pasuruan dan Patsus Dede Sherman

Share.

3 Komentar

Reply To najib Cancel Reply