untuk ARTI SEBUAH KEPERKASAAN SEMU

13

NOPEMBER 2016

deddy73

Hari Pahlawan yang biasa kita peringati masih dua bulan lagi, tapi malam ini Kamis Pon malam Jumat Wage 15 September 2016 panasnya semangat bela negara sudah hadir diruangan ini. Diceramahi habis aku oleh para pendahuluku, agar tidak lelap tertidur dalam dekapan buaian nan palsu.

Dahulu di tahun 1945, ketika Belanda dan Sekutu berkehendak memecah belah negara dalam dua bagian : Barat dan Timur. Mereka menekan pemerintah RI yang baru berdiri agar menyerahkan kembali sebagian wilayah jajahan sebelum adanya dominasi Jepang di Asia, dan membarter dengan pengakuan terhadap RI yang nantinya menguasai barat Nusantara dan beribukota di Jakarta. Kawasan timur yang kaya sumber daya rempah akan kembali dikuasai oleh Belanda dengan pusat pemerintahan di Surabaya.

Jakarta bermain politik diplomasi dengan harapan mampu bertahan di meja perundingan Internasional atas keutuhan wilayahnya. Tapi tidak demikian dengan Surabaya yang sadar akan ancaman serius kehilangan kemerdekaan yang masih berusia 3 bulan dirasakannya. Semua elemen bergolak mencari dukungan dan menggalang kekuatan, sementara Jakarta menyerahkan masalah ini ke tokoh lokal di Surabaya.

Ulama pun diuji Nasionalismenya, para beliau bertemu dan mengkaji suasana jauh kedepan. Dan disepakati bahwa kita tidak boleh terjajah kembali APAPUN RESIKONYA DAN BERAPAPUN HARGA PENGORBANANNYA … Kemerdekaan tetap harus dipertahankan. Maka keluarlah RESOLUSI JIHAD yang dikumandangkan di semua pesantren Jawa Timur bahkan menembus seluruh Nusantara. Adalah JIHAD FISABILILLAH atau berjuang hingga mati dijalan utama adalah jalan terbaik menuju Sorga.

Dilain pihak seorang pemuda bernama SUTOMO yang kerap dipanggil BUNG TOMO, menerima tugas agar bisa menterjemahkan panggilan perjuangan suci itu kedalam bahasa perjuangan yang bisa diterima semua pihak. Melalui Radio (yang situsnya saat ini dirobohkan pihak tak bertanggung jawab dan dalam penanganan PPNS Kota Surabaya yang masih belum jelas kelanjutannya itu) Bung Tomo membakar semangat juang seluruh pemuda Surabaya agar mempertahankan tanah air dan kemerdekaannya.

Bak gayung bersambut, ribuan laskar pejuang serentak dari seluruh penjuru negeri bergabung ke Surabaya. Mereka sadar inilah palagan pertempuran yang sesungguhnya setelah Jakarta memutuskan menempuh politik diplomasi. Pertempuran fisik yang mempertaruhkan segalanya akan terjadi dan menjadi sorotan dunia, sesungguhnya bagaimana sikap masyarakat lokal terhadap rencana Belanda yang hendak menjajah kembali.

Pertempuran besarpun terjadi dengan jumlah terbesar dalam sejarah peradaban era itu, ketika dua kekuatan memilih berhadap-hadapan mempertahankan keyakinannya. Ribuan pejuang dan rakyat merelakan darahnya membasuh bumi persada, karena tidak ingin melihat anak keturunannya terjajah kembali seperti dahulu kala.

Kegilaan arek Surabaya dan para pejuang menggetarkan dunia, paska terbunuhnya dua jendral besar lawan yang baru saja memenangkan perang dunia tanpa kehilangan satupun jendralnya. Kepedihan dan pengorbanan yang terjadi terbayar sudah, saat tentara asing pendudukan menarik diri dari Surabaya, dan tentunya dari wilayah Indonesia Timur. Karena tahu resiko besar yang harus dihadapi dikemudian hari.

Kini setelah 71 tahun kemerdekaan itu dikumandangkan, ternyata tidak juga membuat kita sadar tentang ARTI BELA NEGARA. Kegilaan penjajahan gaya baru sedang terjadi menggunakan berbagai alatnya, ada yang berupa ekonomi, investasi, akulturasi budaya bahkan agama. Dan anak keturunan pejuang tangguh Nopember 1945 hanya bisa tertunduk menyesali kelemahannya.

Karena berbeda dengan masa lalu, saat ini kita berjuang BELA NEGARA melawan bangsa sendiri … yang berkhianat merubah undang-undang agar menguntungkan pihak asing, yang menjadi antek menguasai lahan negara dan diberikan asing, yang menindas bangsa sendiri atas bayaran asing, yang memasukkan TKA ilegal, yang membeli hukum dari salah menjadi benar, yang memperkosa setiap jengkal kemakmuran bumi pertiwi, yang membunuh BUMN dengan alasan MEA, yang … dan banyak lagi lainnya …

Kita ini anak keturunan pejuang, yang terbiasa melihat perjuangan tanpa batas dari pendahulu kita. Mengapa takut hatimu, mengapa enggan sakit ragamu sedangkan didepan mata dan akalmu … kamu sadari bahwa sejengkal lagi akan hilang kedaulatanmu. Bangkit dan lawan, semua bentuk penjajahan gaya baru disekelilingmu … dan kembali itu menjadi bagian dari RESOLUSI JIHAD atas kebenaran yang harus kalian tegakkan. Sebelum cakar iblis penjajah berhasil sempurna mencengkerammu.

LATIHAN PIDATO MEMPERINGATI HARI PAHLAWAN 2016, SETELAH IBU SULISTINA SUTOMO YANG SENANTIASA MENGINGATKAN BAGAIMANA MENCINTAI NEGERI INI DENGAN BENAR … TIDAK LAGI MENEMANI DI NOPEMBER 2016 DUA BULAN LAGI

deddy72

KARYA FENOMENAL YANG BELUM TERTANDINGI

Pada tahun 1991-1992 lampau guna memperingati 700 tahun berdirinya Majapahit, Pemerintah Propinsi Jawa Timur yang senantiasa menjadikan Majapahit sebagai ikon propinsi berusaha menggali kembali tata nilai kesejarahan dari Kerajaan Majapahit.

Dinas Pariwisata Daerah, Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur dibawah pimpinan Bapak Drs. Soejarwo Soerono, secara khusus diminta oleh Gubernur Jawa Timur Bapak Soelarso agar memfasilitasi penyusunan buku sejarah Jawa Timur itu. Tidak tanggung-tanggung, banyak profesor dari berbagai keahlian dilibatkan menyusun referensi sejarah ini.

Walau sempat saya dengar adanya teori saling bertentangan dari para profesor yang terlibat, ternyata tidak menyurutkan niat besar semua pihak untuk menyelesaikan karya besar ini.

Akhirnya buku selesai disusun setebal 344 halaman dalam format A4, dicetak pertama kali pada tahun 1992 dan disalin ulang cetak hingga saat ini.

Sebenarnya buku ini direncanakan sebagai buku sejarah daerah dan bukan buku referensi akademis. Tetapi mengingat banyaknya cendikiawan yang terlibat, maka banyak pihak menjadikannya literatur akademis di berbagai tempat.

Ini tentunya tidak lepas dari langkanya penelitian akademis tentang Majapahit yang hasilnya dipublikasikan untuk umum. Rata-rata hanya menjadi akademik paper dan tersimpan dalam perpustakaan di perguruan tinggi. Bahasan akademis justru digali dari beberapa karya sastra semacam Pararaton dan Negerakretagama yang menghasilkan beberapa teori pemikiran baru bagi penelitinya. Lepas dari itu, seakan sejarah berhenti ditempat karena kurang harmonisnya hubungan disiplin keilmuan dikalangan para ilmuwan itu sendiri guna menyimpulkan telaah sejarah berdasarkan singkapan arkeologis dan data lainnya.

Yang banyak beredar saat ini justru adalah “cerita roman sejarah” dimana cerita fiksi diselipkan oleh penulisnya kedalam alur sejarah. Dari sisi hiburan tentunya ini akan memperkaya khasanah buku kita, tapi dalam sisi sejarah ada resiko yang muncul disana. Dimana generasi muda yang tidak paham sejarah atau orang umum yang tidak belajar sejarah akan mengalami disorientasi sejarah. Mereka menganggap para tokoh fiksi dalam cerita itu adalah nyata, dan beberapa bahkan lebih parah dengan membuatkan seakan-akan menemukan makam dari tokoh fiksi rekaan itu.

Paska buku “700 Tahun Majapahit”, belum ada lagi karya berbobot yang bisa dijadikan referensi. Padahal setelah buku ini ditulis, banyak temuan artefak, situs dan inskripsi baru. Seharusnya perlu kita kaji dan periksa silang datanya dengan teori lama, kalau toh perlu ada hal yang disempurnakan maka kita harus segera menyempurnakannya atas dasar temuan baru itu.

Buku ini diminati juga ternyata oleh tamu daerah yang datang dari luar propinsi bahkan dari luar negeri. Karenanya dicetak ulang berulang kali sebagai cinderamata Pemerintah Propinsi Jawa Timur kepada tamu-tamunya.

Sebagai putra daerah yang juga mempelajari Majapahit, tentunya saya berharap banyak kepada Gubernur Jawa Timur Bapak Dr. H. Soekarwo, SH., M.Hum dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur Bapak Dr. H. Djarianto, MM. membuat karya fenomenal seperti pendahulunya. Tentunya dengan tajuk menyempurnakan karya lama dengan memperkayanya dengan temuan baru atas bukti sejarah Majapahit.

Atas perhatiannya diucapkan Terimakasih.

deddy71

JALASVEVA JAYAMAHE …

Semboyan yang diusung oleh TNI-AL yang bermakna “Dilautan Kita Berjaya”.

Tim kesejarahan TNI-AL sadar ataupun dibawah sadar ternyata masih teguh memegang Nasionalisme yang diwariskan oleh pendahulunya. Tiga pahlawan besar maritim di era Majapahit :

Wredhamantri Mpu Dewaraja ADITYAWARMAN; Mahapatih Hamengkubhumi Rakaryan Mpu GAJAHMADA dan Panglima Laut Sarwajala Rakaryan Mpu NALA.

Panji era Majapahit : GETIH GETAH SAMUDRA tetap dikibarkan oleh TNI-AL dengan gagahnya, menunjukkan siapa pewaris gelar NAGA LAUT SELATAN yang ber pataka SANG HYANG NAGA BARUNA. Saat ini panji tersebut dinamakan : Ular-ular Perang, yang dipasang diatas kapal yang siap membela kedaulatan bangsa Nusantara.

Dimasa lalu strip merah berjumlah lima menunjukkan bahwa kekuatan maritim Nusantara terdiri dari 5 armada maritim besar dalam satu komando Majapahit. Armada Jawa dan Madura; Armada Bali dan Bima; Armada Bugis dan Tidore; Armada Sulu dan Kutai; Armada Dharmasraya dan Malaka.

Kini adalah saatnya bagi NAGA LAUT SELATAN kembali “berdaulat” dilautan, setelah mengalami tidur panjang nya selama 500 tahun …

JALASVEVA JAYAMAHE …

deddy70

ADA APA DENGAN SISTEM HUKUM KITA ???

Ketika seorang teman yang sedang menempuh “doktoral” bidang HUKUM bertukar pendapat dan bertanya kepada saya tentang bagaimana dahulu leluhur MAJAPAHIT mampu mengelola hukum secara adil dan bagus di kawasan Nusantara yang luas tanpa dukungan teknologi canggih seperti saat ini.

Padahal dalam era modern saat ini saja dengan dukungan teknologi tinggi dan telekomunikasi, dirasakan banyak ketimpangan hukum maupun upaya melemahnya hukum akibat serangan pelanggar hukum maupun rendahnya mental aparatur hukum itu sendiri.

Cukup banyak memang variabel penentu dari proses penegakkan hukum selain konstanta berupa aturan perundangan. Saya pikir salah satu kunci utamanya yang harus dipegang terlebih dahulu adalah pemahaman atas FALSAFAH HUKUM dan NORMA HUKUM nya, kemudian adanya kemauan kuat “Pemimpin Tertinggi” mematuhi keduanya sebagai suri tauladan yang tidak bisa lagi diingkari oleh warga lainnya.

Sumber utama yang menjadi pondasi HUKUM itu sesungguhnya adalah RASA KEADILAN. Dimana ketika rasa itu hilang dari komunitasnya, maka sesungguhnya ada yang salah dalam penerapan hukum itu sendiri.

Karenanya leluhur di MAJAPAHIT menerapkan filter berlapis atas masalah KEADILAN, berupa pengangkatan “Dharmadhyaksa” atau hakim : ADAT – AGAMA – NEGARA. Karena ada keluwesan hukum juga diperlukan guna menegakkan ADIL itu sendiri tanpa harus merobohkan norma hukumnya.

Indonesia modern yang memploting sistem ketatanegaraan era Majapahit sebenarnya masa lalu (awal berdiri negara) juga punya tiga sistem Peradilan : ADAT – AGAMA – NEGARA. Tetapi seiring waktu tanggung jawab penegakkan hukum bidang adat dan agama terabaikan semuanya diserahkan pada peradilan Negara.

Mungkin itu yang bisa saya bagi dengan anda, karena bila ditulis semua diskusi semalam suntuk itu … bisa penuh ini wall Facebook saya. Semoga bermanfaat.

deddy60

Masih soal SERTIFIKASI DAN UJI KOMPETENSI BAGI SEJARAHWAN DAN BUDAYAWAN

Ini menurut pendapat saya pribadi :

Seharusnya yang dikenakan untuk itu adalah pekerja asing atau pekerja diluar wilayah geografis adat atau sejarahnya. Mereka harus diuji pengetahuannya sebelum bersentuhan dengan masyarakat setempat atau berbicara mengenai masalah sejarah kelingkup lebih luas karena mereka tidak lahir dan besar dilingkungan adat atau sejarah itu terjadi.

Sebaliknya bila dipaksakan orang lokal yang sesungguhnya paham dan pelaku dari budaya harus ikut ujian ini akan jadi aneh. Dan akan menimbulkan kekisruhan bahkan lenyapnya sejarah tutur dan budaya kesenian karena dianggap tidak kompeten lalu dipinggirkan.

Mari saya beri contoh :

Seorang warga negara Malaysia keturunan Jawa yang mahir berbahasa Jawa dan memainkan kesenian reog datang ke Indonesia dan melamar pekerjaan sebagai guru bahasa Jawa dan guru tari Reog. Maka orang ini harus diuji kompetensinya atas penguasaan bahasa Jawa termasuk filosofinya karena dia tidak lahir dan besar dilingkungan adat Jawa. Termasuk dalam berkesenian reog, diuji tentang pakem dan keahlian atas musik dan tari kesenian itu serta juga sejarah dan filosofi tarinya. MAKA DALAM KONTEKS ITU SAYA SETUJU.

Bagaimana bila diterapkan pada penduduk asli yang memang turun temurun menguasai cerita lewat sejarah tutur. Biasanya mereka adalah pengabdi sejarah lokal yang tidak berorientasi kepada uang, dan saat diminta uji kompetensi maka itu dianggap hanya menyulitkan mereka sehingga memilih tidak mau mengikuti sistem. Konsekwensinya bila aturan ditegakkan maka yang bersangkutan tidak boleh lagi menuturkan cerita legenda kepada tamu dari daerah lain yang datang.

Juga untuk pelaku budaya maupun seni, bila mereka yang sudah menjadi pelaku kesenian sepanjang hidupnya kemudian diminta sertifikasi … ini jadi hal lucu dimana belum tentu pengujinya semahir mereka dalam berkesenian. Bila sama dipaksakan kasusnya, bukan tidak mustahil pelaku seni tradisional yang tidak bersertifikat dilarang untuk mentas dalam acara publik yang dihelat oleh pemerintah.

SAMPAI DISINI KONTEKSNYA SAYA TIDAK SETUJU.

Kalau para pengabdi sejarah dan budaya lokal memilih tiarap low profile tanpa sertifikat dan dilarang berkiprah, apakah itu bukannya MEMATIKAN ORANG SENDIRI DAN JUSTRU MEMBERIKAN PIHAK ASING MENGGANTIKANNYA. Toh sejarahwan dan budayawan kita itu cukup merasa nyaman bekerja dinegerinya sendiri yang seharusnya tanpa sertifikasi karena masyarakat lokal akan keras mengujinya, kecuali mereka hendak mengajar ke luar negeri … maka itu jadi domain Kemendikbud RI menyiapkan sertifikasi bagi TKI bidang Sejarah dan Budaya.

Sekali lagi INI PENDAPAT SAYA PRIBADI … BUKANNYA PROTES MELAWAN ORANG PINTAR YANG MERUMUSKAN KEBIJAKAN …

Kalau ada sertifikasi PENUTUR DONGENG SEJARAH sebagai sub bidang … berapa puluh ribu tim penguji harus disiapkan dengan pemahaman atas ratusan ribu cerita sejarah di Nusantara ini … misal Cerita Panji, Ajisaka, Arjunawiwaha, dan … embuh rek pikiren dewe …

Jangan pernah merasa perkasa …
Walau kau merasa kuasa …
Walau kau merasa digdaya …

Selagi …

Kau bukan tuan dirimu sendiri …
Kau hanya bidak dalam permainan …
Yang bisa saja setiap saat dikorbankan …

Jaya – Jaya – Wijayanti

Deddy Endarto Wilwatikta untuk ARTI SEBUAH KEPERKASAAN SEMU

Gambar oleh Patsus Deddy Endarto dan Patsus Dede Sherman

Share.

13 Komentar

  1. Sangat setuju sekali… Hukum negara, hukum agama sudah diwakili dgn pengadilan umum dan pengadilan agama, sedang hukum adat yang mungkin bisa ditegakan lewat pengadilan adst sampai saat sini masih banyak yang belum tahu bahwa itu adalah salah satu solusi mengatasi pengikisan rasa kebangsaan negara tercinta ini…. SEMOGA NKRI ku tetap jaya selama-lamanya…..

  2. Tarik nafas dlu..
    G kerasa heroic day menyapa sbntr lgi.. Pidato yg Luar biasa, semoga mnydarkn bnyk pihak akan kedigdayaan bangs ini sbgi pewaris Naga Laut Selatan

    Dharmadyaksa agkny perlu diadopsi diera modern, Adat Agama Negara ktigany sling mndukung stu sm lain

    Jayalah NKRI

  3. Nice artikel. Semoga roda waktu bisa mengembalikan kejayaan nusantara di masa. Semoga sejarah kejayaan ini bisa membangkitkan semua elemen bangsa utk mencapai kejayaan di masa depan.

    Hukum ditegakkan utk menegakkan keadilan. Harus ada pemisahan antara lembaga hukum dgn lembaga eksekutif. Bila hukum dicemari oleh kekuasaan maka akan menyebabkan tirani dimana kekuasaan golongan atas tsb akan menindas oposisinya dan golongan bawah shg golongan bawah menjadi terpinggirkan dan oposisi mjd terbelenggu.

  4. Syukur2 pemerintah ada yg denger dan mbaca patsus dedi. Makin kemari makin gak jelas aturan yg dibuat. Tiap pejabat baru ingin buat kebijakan biar diangap berkompeten,walaupun menabrak & melanggar adat-istiadat,norma & etika luhur serta agama. Kapitalisme meluluhlantakkan semua sendi kehidupan leluhur nusantara. Kertas2 pembayar jadi acuan. Miris emang. Wslm

  5. Dr dulu juga berfikir seperti itu tp tidak pernah ada teman untk memperjuangkan nya. Dan skrg smoga bertambah banyak teman2 yg sayang akan hargadiri bangsa

  6. Janganlah kita takut bila negara ini mengalami invasi/serangan militer dari luar,kita harus percaya diri karena kita memiliki anggota Dewan yang sangat banyak dan kuat,kita memiliki anggota polisi yang juga sangat banyak dan kuat,memiliki hakim-hakim yang juga banyak dan kuat,memiliki banyak PNS yang juga kuat dan pintar-pintar,tapi sayang kita tidak memiliki rakyat yang kuat dan pintar-pintar seperti mereka. Karena di dalam pikiran rakyat kita hanya terfokus pada bagaimana berjuang keras untuk mengais sesuap nasi untuk menyambung hidup dirinya dan anak istrinya,adik-adiknya,bahkan sampai lupa dengan dirinya sendiri yang juga harus istirahat dan sedikit refreshing agar bisa lebih percaya diri esok hari. Rakyat kita yang tidak pernah berpikir untuk menabung agar esok bisa digunakan untuk anak dan keturunannya,atau sekedar untuk biaya tour ke luar negeri setiap tahunnya. Oh..sungguh lemah rakyat kita. Bagaimana bisa berpikir sampai sejauh itu,bahkan sampai bila ada serangan/invasi dari luar. Rakyat kita hanya bisa mengandalkan orang-orang kuat dan pintar di negara ini. Dimata rakyat kita juga terlihat gambaran kekaguman yang tulus kepada para prajurit yang rela tidur bersama,makan bersama,bahu membahu gotong royong,ngobrol bersama tanpa ada rasa takut dan kekawatiran berada di dekatnya. Karena rakyat tahu mereka hanya robot yang bergerak sesuai dengan program yang ditentukan oleh programernya. Rakyat negri ini tidak akan punya rasa takut sedikitpun,karena memang sesungguhnya tidak tahu bahaya yang sedang mengintai setiap saat. Mengintai dirinya dan anak keturunannya,menunggu kapan lengah dan bisa untuk ditelanjangi dan dibinasakan. Setiap harinya hanya bisa berserah diri kepada Allah,Tuhan Semesta Alam,sambil menunggu janji yang harus dipenuhi,janji untuk menghadap ke hadirat-Nya sambil tersenyum.

  7. Marah,, sedih,, geram bercampur jd satu setelah baca artikel ini……

    -Inikah kemerdekaan yg kakek nenek buyut kita kehendaki….???

    -Apakah segelintir org yg makmur ini, model kemerdekaan yg kakek nenek buyut kita kehendaki….???

    Jika jwbn semua IYA,, mari sukuri keberhasilan kita,, kelak dg bangga kita katakan pd mereka pendahulu kita,, “kami sudah merdeka sbg mana cita cita kalian, mengorbankan nyawa melawan penjajah…”.

    Busungkanlah dada kalian……!!! Berbanggalah…..!!!!

    Tapiii…. jika menurut kalian di alam sana mereka menangis pilu melihat anak cucu nya saat ini….. Maka Bangunlah kalian hai anak cucu….!!!! bukan saat nya berpikir “DEMI KEUTUHAN NKRI”… karna cepat atau lambat NKRI AKAN BUBAR jika kita terus berdiam diri…..!!!!

    **) Kalian yg sudah sukses, makmur, berkecukupan,, silahkan kalian berdiam diri,,, karna jaman penjajahan belanda pun banyak para demang, tuan tanah, yg berdiam diri melihat penderitaan saudara nya….

    **) Kalian yg merasa hari ini kita blm merdeka sepenuhnya,, mari terus lawan…. karna “penjajahan di atas dunia apapun bentuknya harus di hapuskan…. karna tdk sesuai dg pri kemanusiaan dan pri keadilan…”.

    ##)MERDEKA SEJATI ATAU MATI DG HARGA DIRI

  8. setuju soal sertifikasi.
    hati hati menyikapinya.
    suka atau tidak, sadar atau tidak.
    itu bisa jadi hanyalah kedok.
    saya tidak bicara soal sertifikasi penutur sejarah saja, tapi lebih luas.
    bayqngkan jika hasil bumi nusantara tidak bisa export, karena belum tersertifikasi.
    ini PR bagi kita semua.

  9. Tukang Ngitung, PhD. on

    Sertifikasi dan uji kompetensi hanya berlaku bagi profesional dalam bidang : kesehatan, transportasi dan logistik, konstruksi, tata boga, akomodasi, manufaktur, pendidikan (guru dan dosen). Itu mutlak perlu.

    Namun untuk kalangan petani, peternak, nelayan dan pedagang apalagi seniman, penulis,budayawan dan sejarawan rasanya lucu kalo ada sertifikasi dan uji kompetensi.

    Lha orang bertani di negeri sendiri, beternak di negeri sendiri, mencari ikan di laut sendiri, berkarya seni hasil karya sendiri, menulis hasil karya sendiri, menyelidiki sejarah sendiri kok pake uji kompetensi.

    Piye to iki ?

  10. jadi inget tiang2 lrt yg menjulang tinggi di pinggir tol jagorawi, yg sebagian lahannya akan menggusur pemukiman tni beserta keluarga mereka, konon katanya, ternyata pembangunan tersebut dana hutang yg akan di bayar oleh beberapa generasi kita yg blum lahir………

Reply To kasamago Cancel Reply