Kehebohan Helikopter AgustaWestland AW101
Harian Kompas
, pada hari Selasa (27/12/2016), mengangkat headline tentang pembelian helikopter oleh TNI AU. Disebutkan, bahwa TNI AU tetap membeli helikopter AgustaWestland AW101 meskipun pernah mendapat penolakan dari Presiden Joko Widodo, Desember 2015.
Beberapa tulisan yang beredar kemudian bahkan sampai menyebut bahwa Kasau telah melakukan “in-subordinasi” dalam masalah ini.
Agak sulit untuk dapat mempercayai tentang hal “in-subordinaasi” itu, mengingat sangat tidak mungkin seorang Kepala Staf dapat melakukan sebuah proses pengadaan atau pembelian dari sebuah alat utama sistem senjata seorang diri.
Namun bila merujuk kepada berita yang beredar belakangan ini, maka tidak dapat dibantah bahwa memang telah terjadi sesuatu “yang mengundang pertanyaan” dalam proses pengadaan Helikopter AgustaWestland AW101 tersebut.
Bagaimana semua hal itu sampai bisa terjadi? Sangat sulit untuk dapat membuat sebuah analisis tentang hal ini karena keterbatasan data yang dapat diperoleh untuk mendalaminya.
Berikut akan dicoba saja untuk melihat dari persepektif “man on the street” terhadap apa yang kemungkinan terjadi di kancah gejolak sebuah proses pengadaan persenjataan menyangkut pembelian helikopter AgustaWestland AW101.
Sebenarnya proses pengadaan dari sebuah alat utama sistem senjata adalah merupakan bagian yang utuh dari kebijakan negara dalam sistem pertahanan keamanan nasionalnya.
Peran sebagai pelaksana operasional dari kebijakan sistem pertahanan keamanan negara pada umumnya memang selalu akan didelegasikan dan atau dilaksanakan sehari-hari oleh Kementerian Pertahanan dan jajaran angkatan perangnya.
Pada proses dan mekanisme pengadaan persenjataan (pembelian helikopter AgustaWestland) inilah yang mungkin, dengan perkembangan jaman sudah waktunya untuk dilihat ulang apakah harus memerlukan perhitungan dan atau prosedur yang lebih cermat lagi. Prosedur yang mungkin harus dirubah, disempurnakan, dan atau disesuaikan dengan perkembangan keadaan.
Penggunaan produk Industri Pertahanan Strategis Dalam Negeri
Menggunakan produk dalam negeri, yang bermakna lebih mengutamakan menggunakan barang-barang yang memang sudah mampu dihasilkan oleh produsen di dalam negeri adalah bagian dari kebanggaan dan harga diri sebagai bangsa.
Hal ini menjadi “harga-mati” yang selalu akan berhubungan dengan “nasionalisme” dan “patriotisme” serta harga diri sebagai bangsa.
Yang sangat disayangkan adalah pemahaman yang sangat patriotik tersebut selama ini “seolah-olah” hanya diberlakukan kepada pihak “pembeli” atau “pengguna” semata.
Siapa saja yang ingin membeli atau menggunakan sebuah barang yang jenisnya sudah dapat atau mampu dikerjakan di dalam negeri, maka mereka otomatis terbelenggu oleh pagar yang kokoh dari sebuah pemahaman “patriotisme” yaitu harus menggunakan produk dalam negeri.
Pada titik ini maka perdebatan tentang kualitas dan spesifikasi teknis menjadi sesuatu yang tidak mudah dicerna dan apalagi dikompromikan. Sebenarnya, posisi para pembeli dan pengguna adalah berada di posisi garis kedua dari proses pembangunan sikap patriotisme dalam hal penggunaan barang produksi dalam negeri.
Justru yang berada dalam garis pertama pada kerangka mengembangkan sikap nasionalisme dan kebanggaan serta harga diri bangsa adalah pihak produsen. Pihak produsenlah yang harus memulai sedemikian rupa sehingga produknya adalah sebuah produk yang berkualitas sehingga dapat dijadikan andalan bagi para calon pengguna barang produksinya.
Itu sebabnya, maka sebuah industri pertahanan strategis sebuah negara, dipastikan akan membutuhkan subsidi yang besar dari pemerintah dan juga sekaligus harus memperoleh proteksi atau perlindungan terutama dalam pemasaran produksinya.
Industri pertahanan, dimanapun dan dalam bentuk apapun, tetap harus dan memerlukan aspek kerahasiaan sekaligus juga aspek kehandalan dari kualitas produk yang dihasilkannya. Industri pertahanan strategis dalam negeri harus digunakan terlebih dahulu oleh pengguna di dalam negeri, baik sipil maupun atau terutama militer.
Khusus untuk produk yang berteknologi tinggi, seperti pabrik pesawat terbang, maka pabrikan harus memiliki produk unggulan yang dapat diandalkan sebagai “prime mover” dari industri pertahanaan strategis tersebut.
Dengan demikian maka subsidi dari pemerintah dapat secara berangsur dikurangi. Dalam target yang seperti itulah maka pihak pengguna dapat berperan serta bahkan peran utama sebagai “laboratorium lapangan” bagi penyempurnaan produk dalam mencapai kriteria “war-proven” (terbukti canggih) untuk sampai pada tingkat yang “marketable” (laku dijual) di kancah global.
Pada posisi ini, maka sebenarnya, semua hal tersebut sudah pernah berjalan cukup baik pada produk PTDI yang bernama CN-235. Sebuah produk dengan kualitas “layak-pakai” yang kemudian digunakan sebanyak 1 skadron di Angkatan Udara untuk versi militer dan sejumlah CN-235 versi sipil yang digunakan oleh MNA, Merpati Nusantara Airlines, bagi beberapa rute domestiknya.
Berikutnya yang kemudian terjadi adalah CN-235 digunakan juga dibanyak negara untuk berbagai misi operasi sipil dan militer. CN-235 sudah berhasil mencapai taraf “war-proven” sekaligus “marketable”.
Itu semua adalah hasil anak bangsa yang pemakaiannya dipelopori oleh pengguna dalam negeri terlebih dahulu (AU dan MNA) hingga dapat merangsang negara-negara lain untuk juga mengikutinya. Sebuah kebanggaan yang tiada tara tentunya bagi kita sebagai bangsa.
Sayangnya, kini realita yang dihadapi adalah lenyapnya (nyaris tanpa bekas) skadron CN-235 di Angkatan Udara dan juga menghilangnya pesawat terbang CN-235 yang digunakan MNA yang bahkan MNA sendiri punah dari permukaan kancah sistem angkutan udara nasional.
Masalah ini adalah merupakan sinyal kuat bahwa telah terjadi sesuatu yang memerlukan koreksi fundamental dalam pengelolaan PTDI sebagai salah satu cabang utama industri pertahanan strategis yang seharusnya dapat diandalkan.
Tidak memerlukan analisis berkepanjangan dalam hal ini, karena kenyataan telah menunjukkan bahwa PTDI memang memerlukan semacam langkah “re-structuring” agar dapat mengembalikan reputasinya sebagai penghasil pesawat terbang yang berkualitas “layak-pakai” dan handal sekelas CN-235.
Pertanyaan sederhana yang harus dijawab terlebih dahulu adalah mengapa kesuksesan CN-235 sebagai sebuah produk unggulan tidak mampu berlanjut. Sejatinya , maka CN-235 adalah benar-benar murni produk dalam negeri yang sukses meraih pasar dunia.
Sementara untuk pesawat helikopter, industri pertahanan dalam negeri baru berada dalam peringkat sebagai “perakit” yang belum cukup handal untuk dapat naik peringkat yang dapat disamakan sebagai produsen setingkat produk CN-235.
Menjadi tanggung jawab kita semua, untuk dapat memberikan dukungan penuh agar Industri pertahanan strategis dalam negeri, dalam hal ini PTDI dapat menjadi produsen dari alutsista bagi keperluan Angkatan Perang Negara Kepulauan Indonesia.
Kita harus, dan sebenarnya sudah memiliki potensi untuk menempatkan PTDI sebagai jajaran terdepan industri pertahanan strategis di Indonesia
Di luar semua itu, menyangkut proses pengadaan dalam negeri bagi persenjataan angkatan perang, seharusnya dapat dengan mudah dilakukan apabila telah dapat disusun perencanaan jangka panjang strategis yang di dalamnya tercantum proses perencanaan (pengadaan senjata) terpadu dari sistem senjata AD, AL, dan AU sebagai sebuah kesatuan dari unit angkatan perang yang merupakan sub sistem dari sistem pertahanan keamanan negara atau sistem pertahanan keamanan nasional.
Sekali lagi yang harus tertuang dalam sebuah perencanaan strategis jangka panjang dan berkelanjutan. Pada perencanaan strategis ditingkat nasional itulah seharusnya dikoordinasikan tugas-tugas industri pertahanan strategis dalam pola dukungan untuk dapat menghasilkan produk sistem senjata yang dibutuhkan oleh Angkatan Perangnya.
Semua hal tersebut, biasanya digarap dalam satu wadah yang dikenal sebagai “national security council” atau sejenis dewan pertahanan keamanan nasional. Di sanalah duduk seluruh stakeholder, pemangku kepentingan pemerintah yang bertugas di bidang pertahanan keamanan negara (baik sipil maupun militer) dalam menentukan arah kebijakan strategis nasional yang termasuk di dalamnya atau terutama tentang pengadaan senjata.
Dengan demikian tidak akan ada lagi Panglima dan atau Kepala Staf yang berbeda pendapat soal pengadaan senjata yang kemudian menembus dinding-dinding kantor atau markas besarnya urusan pertahanan keamanan negara sekelas “Pentagon” di Cilangkap.
Dalam konteks ini, mungkin sudah saatnya pula untuk mempertimbangkan ulang, sesuai dengan kajian mutakhir tentang realita yang dihadapi belakangan ini berkait dengan keberadaan sebuah institusi Mabes TNI, yang berada di tengah-tengah antara jajaran Angkatan Perang dengan Kementerian Pertahanan.
Sebuah format yang telah membuat alur kendali birokrasi yang lebih panjang. Proses birokrasi yang panjang rentang kendalinya, terutama dalam aspek proses dan mekanisme pengadaan, bisa memberikan dampak positif dan sekaligus juga, bahkan mungkin lebih sering memberi dampak yang negatif.
Tinggal dilihat dan dikaji ulang saja dari pengalaman yang dilalui setelah sekian puluh tahun apakah rentang kendali yang panjang itu memberikan dampak positif atau negatif. Terutama dalam hal pengadaan alutsista yang diperlukan oleh sebuah Angkatan Perang.
Sebagai catatan, di beberapa negara maju antara lain di Australia dan Inggris, proses pengadaan senjata berada pada jalur otorisasi yang sangat tegas dan jelas di dalam Kementerian Pertahanan. Inggris mengenal RAAE (Royal Aircraft and Armament Establishment) yang berada langsung di bawah kendali Ministry of Defence.
Akhirul kalam, apabila model dan pola yang sangat mendasar ini tidak segera diubah, dibangun, dan diperbaiki, maka kejadian serupa dengan pengadaan helikopter AgustaWestland AW 101, akan terus saja terjadi di masa mendatang. Perubahan ternyata memang harus senantiasa dilakukan.
Change your thoughts and you change your world.
(Norman Vincent Peale)
Sebagai penutup, kiranya walau apapun dan bagaimanapun, maka pegangan sebagai prajurit sejati adalah: “order is an order !”, senantiasa patuh dan taat kepada atasan tanpa membantah perintah atau putusan!
0leh Marsekal TNI ( Purn) Chappy Hakim
Gambar by Google dan Patsus Dede Sherman
69 Komentar
helikopter yang sangat tangguh, cocok utk TNI AU dan TNI AL
@peter the great class
Saking tangguhnya sampe2 gak ada kapal perang kita yang sanggup mengaakomodasinya….heeee
Sekedar info saja, kapal perang kita (bahkan yang LPD) didesain spy bisa didarati heli medium dengan bobot max. 10 ton….ini si AW-101 bobot kosongnya sekitar 9,6. ton-belum termasuk BBM dan muatan/penumpang.
Dan saking tangguhnya juga, jika kita jadi beli heli ini…..
Ahhh sudahlah, dulu udah ada pengalaman AU mengoperasikan heli super frelon-bermessin 3 (hibah dari pelita air), persis spt AW-101…hanya beroperasi sebentar lantas distop lantaran biaya operasinya yang kelewat tinggi untuk kantong AU
Eeeeee lha kok ini malah ngebet gak karuan
CN235 adalah salah satu hasil Golden Era dirgantara kita,dg prog panjang lanjutan seri CN 235 versi militer dlm berbagai versi.
selain CN 235,munculah N250 yg siap merobek dan memangsa produk yg mirip yakni kelas Propeler,N250 jg sdh siap dg versi militer berbagai varian.
blm cukup sampai disitu,Para Enjinir IPTN jg sdh memikirkan sebuah Produk Heavy Lift Propeler/Jet Engine sekelas Super Hercules yakni N300 series*(2005) dimana TNI AU sbg pengguna Utama. Bahkan Prog Nasional Fighter Jet 4 generation jg sdh disiapkan berbarengan dg Prog Nasional Air JetLiner N2130..
Tapi sekarang semua Prog dan N250 hanya menjadi Sejarah dan Pengisi Hanggar Sepi. PTDI harus mereFormasi dirinya sbg Main Regional Aeronatic Produsen bukan sbg Off set Tailor lg. bkn bermaksud meremehkan kinerja PTDI tp seperti nya mrk LUPA dg Impian Pak Habibie jg Senior Enjiner mrk utk menjadikan Indonesia sbg tuan Rumah produk mrk sendiri.
Bahkan mungkin jg lupa bagaimana antusias nya para enjiner grup saat diberi tantangan membuat design fixed wing dan rotary wing rasa Indonesia..
#ups!! itulah kenapa klausul pertama IMF yg hrs di tandatangani Presiden Suharto,yakni melenyapkan IPTN once for all.. miris!!
eh Hoax loh ini.
itu baru bicara IPTN-PTDI.. bagaimana dg PT PAL dan Pindad? hrsnya skrg ini kita sdh menikmati kapal perang dan Kapal Selam Siluman berkemampuan tinggi krn prog PKR,PCR,KS sdh di mulai sejak era 2000an sbg sinergi Prog Repelita 1995 dimana tahun 2000 indonesia sdh bisa memiliki Kaprang,Kasel sekelas Iverts dan Borey jg MBT sendiri.
Om pr hrsnya kita sdh tinggal landas ya om thn sktg klo liat repelita… Tp trtnyata krn ulah para kutukupret kita hanya bisa tinggal “ndas”. Apalgi klo liatt kondisi skrg malah tinggal kelas…huhehrhohi….
Semoga…
Amin
bagaiman prosedur beli heli untuk TNI AU?
secara umum ada yang bisa jelasin?
terimakasih.
Prosedutrnya hrs diicek dulu om kz…. Apa bener yg mau dibeli bener2 helikopter bukan helicak..? Karena yg ttd ga pernah baca. Atau hnya sbg panggung media.spy bisa jd 5ryypahlawan telat bangun…..huhehohihihihi….
hahaha…
iya betul juga.
makanya saya terus terang tertarik soal prosedurnya.
walopun tidak detail, minim ada gambaran lah.
biar kalo ada yg komen di media setelah nya minimal kita bisa tahu bahwa itu bisa jadi hanya jurus ngeles & pencitraan aja… hahaha….
@KZ
Prosedurnya matra pengguna mengajukan kebutuhannya…bukan mengajukan spek lho ya, soalnya kalo mengajukan spek berarti sudah ada yang “garap dan sudah dikontji tuh” heeee.
Mmg harus pakai buatan dalam negeri tp PTDI itu kalau TNI AU pesan heli berlarut2 sampai terlalu lama gak jadi2 helinya,yg teraniaya ya TNI AU,negara harus memberi tekanan kpd PTDI utk menyiapkan pesanan TNI tepat waktu..jika PTDI tak mampu tepat waktu ya pemerintah harus mengizinkan TNI beli dari luar negeri,itu pun kalau gak mau modenisasi TNI AU jadi terhambat…
@ahmeng
Padahal di pt.di kan ada komisarisnya…masa siy beliau ga bisa mengidentifikasi permasalahan kenapa bisa telat?
Trus jabatan komisaris ini kan dapet gaji juga, artinya kalo bisa mengidentifikasi masalahnya, tindak lanjutnya bisa kasi saran utk perbaikan…lha ini sarannya malah beli heli dari luar?!!!
Ada tot yg tersrmbunyi om sluku dari pembelian aw yg bisa melengkapi cougar dan heli milik kita lainnya menjdi lbh mutan dan mematikan…simak komen om pr… Jd ga buta kita menyikapinya…mreka yg menolak ada 3 pihak…ada yg memang komprador atas pesanan asing spy proyek tot aw gagal, ada yg trmakan propaganda komprador atas nama kemandirislan, dan ada jg negara produsen yg iri thd tender project aw
AW kita beli cuma Sepasang alias 2,ingat! 2 unit bkn 2Squadron. Hanya saja Temen2 si AW dari Negri Pizza sdh cinta dg Si Molek Indonesia,jadi Ikutan deh tinggal disini.. Siapakah mereka? Googling aja deh!
#Wah saya di Net tv ga ikutan, cuma Numpang nampang Doang diRuang sempit!! hehehe!!
#itu Isu lama Ambles Naik lagi!
bentar anak Armed tarik ga boleh punya mainan diatas 105mm krn berisik suaranya.. Anak Hiu Kencana ga blh tambah mainan krn ga pernah Nongol Absen.. Dan mungkin anak” PamTas ga blh jail jg jitak anak tetangga yg songong.. waduh repot nih.
@murid sd dan bung@pemburu rajawali
Tot “tersembunyi” yang seperti apa bung…mbok jangan suka main sembunyi-sembunyi to, xixixi
Lha wong helinya sudah jadi (batalan dr india) tinggal ditambahin ini-itu…
User dan pihak vendor sudah menyampaikan, kalo heli ini tembus, maka depohar akan dapat TOT masang flir, traka/lampu sorot, masang stretcher…trus dibeliin defense suitenya segala, padahal heli VVIP gak dikasi defense suite lho (silahkan dicek langsung)
Yang agak janggal, justru heli ini tidak dilengkapi dg alat hois…lazimnya standar heli SAR. Lha kalo mo evakuasi korban ditengah hutan, atau korban kecelakaan laut gimana caranya dong kalo gak ada hoist…??????
#maaf bung@PR disenggol, mungkin punya penjelasannya
utk Combat SAR sdh ada porsiny yakni keluarga Super Puma dan cougar. sdg kn si AW ini digadang sbg Multi Porpose alias apa aja bisa sesuai arahan.
Optional Kit terserah user dan Medan operasi sj.
Baru AW sj sdh heboh kemana”,gimana dg krikil Mi17v dlu ya!. Kadang kala kebutuhan operasi user yg sgt perlu blm tentu lolos di anggaran,dan Maksud kemunculan “kehebohan AW” berhasil alias Pembiasan,pembiusan,pembelokan Subjek aka P3S sukses..
#Aman terkendali..hehehe!
P3S…pembiasan,pembiusan,pembelokan subject aka MEFO….manipulasi eksistensi flying object….hihihohoheee
@PR
Kalo kata orang jawa…”pake coro bodhon”, negara2 sekitar kita yang lebih mampu secara finansial dan mumpuni dalam perawatan alutsista (diukur dg tingkat keselamatan penerbangan yang lebih tinggi) aja gak milih heli ini lho bung, bahkan singapur dan aussy.
Bahkan AU pernah mengoperasikan heli bermesin 3 hibah dari Pelita (super frelon)…tapi hanya sebentar lantas dipensiun dinikaan karena tipikal heli bermesin 3 yang mahal biaya operasionalnya utk kantong AU
Tadi bung PR sempat nyinggung PT.DI…lha kalo PT.DI memuluskan jalan buat masuknya heli AW, apa gak sama aja “berbaik hati” buat calon kompetitor potensial????
N-245 kan bakal head2head dg ATR-42 dan nanti kalo Regio-80 udah jadi bakalan vis-a-vis dg produk unggulan leonardo ATR-72…??????
kita saat ini sdh tinggal landas kok bung yaitu tinggal dilandasan,sebab proyeknya digagalkan,penyebabnya ekonomi kita dikuasai asing sehingga dgn mudah asing menggoyang ekonomi kita.untuk prosedur tentulah sdh melalui berbagai kajian para pengambil keputusan seperti kajian teknisnya,harga ,termasuk tranfer teknologinya.yg jelas waktu melakukan kajian2 itu kita tdk diundang yg ada kita mendengar dari berita saja hanya saja itu berita pasti kena plintir karena upaya kemandirian bagi kita.kita tunggu saja hasilnya,mudah2 gak pake lama alias gpl.
Miris,sedih,marah,sakit hati,pengen ngremus begundal2 hingga DNA-nya dedel duel,de-el-el.Bung aq yakin harapan masih ada,jika perlu kita percepat repelita sedikit dipermukaan,berhasil dan massal dibawah tanah.hingga tiba saatnya tak perlu sembunyi2 lagi.semoga segera dan wajib terwujud.man jadda wa jadda.Amien…….
Makanya temen2nya om pr selalu beli diem2 semua alutsista strategis…. Liat aja pembelian proses leo. Aw,kilo dll pasti rame yg kontra….mereka yg rame adl para cacing bayaran dan para kodok utk tetap membonsai militer kitaa bung pring…
@murid sd
Padahal yang pasang badan belain pembelian heli aw ini ada tokoh LSM nya juga lho…mereka2 ini yang lebih rame bikin berita dimedia
Lha memang aw buatan barat tentu lsm nya jg di order utk dukung… Dan lsm negara barat pesaing jg rame utk menggagalkan…. Selain krn merasa kalah tender jg ada maksud menggagalkan tot yg dibutuhkan tni….Dan yg plg mengerti ttg project pembelian aw jg pasti mabes tni dan user nya tniau… Tender kontrak dimanapun klo tdk jadi dan dibatalkan sepihak tentu akan lbh merugikan krn hrs bayar denda dll….spt kasus mistral perancis dgn rusia… Opo iku arep di lakoni….
@murid sd
Yakin sudah terjadi pembelian…????
Lha wong yang punya kewenangan beli alutsista kan kemhan…bukan matra pengguna
Nah itu om ssb….kalo wewenang pembelian ada di kemhan…sy cah sd ini ngertinya kok nekat bgt matra pengguna meneruskan program aw klo. bukan memang sdh disetujui sebelumnya dan sdh terlanjur order…jd inget pembelian leo gaya jegalnya 11-12….hihohehehe
@murid sd
Kalo leo kan mulussss……masuk tuh barang!!!
Siapa yang brani jegal jaman itu?
Kalo saya bilang siy, pembelian itu belum terjadi…anggap saja ontran2 ala RR vs SD tempo hari, heeee
Jadi hebohnya sebenarnya bukan buat konsumsi kita2 tapi ditujukan utk “kalangan tertentu” digalaxy bima sakti…maka gaya hebohnyapun pake “kode navajo”.
Hanya orang2 tertentu yang punya mesin enigma yang bisa mecahin kode suku indian ini
#colek bung PR
Hrsny cn235 mnjdi btu loncatan ke N250 (naas), dan N2130 (mimpi). Nyatany msh bnyk krikil tjam yg jd pnghlang..
Kasus agustawesland wajib mnjdi pljaran bgi para stakeholder..
Spertiny mmng perlu dibentuk lembaga ato komite khusus pngadaan alutsista yg mnjembatani kebutuhan user, produsen, pngmbil kbijakan dan lainnya..
#menantifirstflightN219
Beredar Foto Tank Leopard Ambles, Ucapan Habibe Terbukti? http://id.ucnews.ucweb.com/story/1823882905659186?lang=indonesian&channel_id=103&app=browser_iflow&uc_param_str=dnvebichfrmintcpwidsudsvpf&ver=11.1.5.890&sver=inapppatch2&entry=browser&entry1=shareback&entry2=page_share_btn http://id.ucnews.ucweb.com/story/1823882905659186?lang=indonesian&channel_id=103&app=browser_iflow&uc_param_str=dnvebichfrmintcpwidsudsvpf&ver=11.1.5.890&sver=inapppatch2&entry=browser&entry1=shareback&entry2=page_share_btn
Buat Admin tolong angkat artikel ini dong,benar atau tidak.
Salam bung veraxx….
Lho masak iya punya tank Leo-2RI gak boleh amblas ketika dipakai unt berlatih dan tingkatkan kapasitas tempur awak personel beserta sistem pendukungnya???
Justru itulah kondisi yg diharapkan berupa bertambahnya kemampuan dan skill personel tank dan sistem pendukungnya berlaku di iklim tropis dan banyak pulau…. Ini ilmu penguasaan medan namanya…
Ingat hasil dari suatu ujian adl bertambahnya ilmu / hikmah yg meningkatkan skill dan capacity dari pihak2 yg terlibat.
Jikalau bung hanya melihat sempit pada kata “ambles ” maka bung bisa temukan foto2 di internet tank2 modern yg ambles… Cek aja di mbah google….
bentuk lembaga nambah anggaran pemberosan, asal pemimpin tegas dan cerdas kebawah juga akan cerdas percayalah.
Kalo masalah ambles sih setahu sy yg murid sd inpres jelas bisa ambles di rawa atau jalan bassah dan berlumpur dimanapun… Jgnkan leo yg 50-60 ton… Gerobak tukang sampah di rumah sy aja ambles masuk jalan lumpur dan basah.. Yg dimaksud dan didebatkan apakah bisa ambles dijalan kering ato di jembatan krn besarnya tonase…krn menurut guru sy berat dan bobot tonase suatu benda bisa diperkecil dgn menyebarkan titik bebannya… Logikanya apakh berat tubuh kita akan sama pada titik injak antara berdiri dgn satu kaki dan dua kaki…?
MBT itu sdh d rancang di lingkungan sangat ekstrim baik cuaca,lingkungan maupun pertempuran. jangankan MBT Leopard,sekelas Ferret saja bsa ambles kok kalau berjalan di tanah gembur.
ini isu lama 15tahun lalu jg TNI pernah dilarang tdk blh pakai MBT dari alasan bisa mengancam keamanan regional sampai “AMBLES”..hehehe!! tapi para Pakar Militer Lokal tdk pernah melihat “ambles” nya keamanan negara dg melihat ancaman MBT Singapura,Thailand,Malaysia,Australia,Vietnam.. apa iya jika 4negara tsb slh satunya jika vis to vis dg TNI kita larangan ‘jgn pakai MBT nanti ambles”..xixixixi
bung pr ada komentar mengenai suksesor pak agus sbg ksau?dger2 pak hadi yg jd peneruse…
itu jg kalau jd diGanti loh!.
siapa pun pengganti KASAU akan hadapi Tantangan yg sgt berat di meja kerja blm termasuk Ancamana,Rayuan Maut jg PHP dari tetangga yg sebenarnya Indonesia Phobia akut!!.
@pemburu rajawali
Maksud pernyataan “kalo jadi diganti” itu gimana bang…lha wong sudah ada yang baru gitu kok????
Bung PR diinterview ngga dalam acara Garuda Net tv. Latihan Angkasa Yudha?
Om pr pasti dinterview om defcon… Dinterview plus interogasi komendannya gara2 awewe yg lg jd bintang sinetron….hihohihihi
Kalau masalah ambles atau tidak, semua kendaraan bisa ambles spt gerobak atau motor biasa kalau dalam keadaan jalan yang tidak biasa. MBT leopard merupakan kendaraan yang dirancang agar titik beratnya terbagi dalam tiap simpul rodanya sehingga akan meringankan beratnya ketika bersentuhan dgn bumi. Mungkin bisa dipraktekkan di rumah dimana sebuat beras diletakkan dalam papan lalu diberikan satu simpul seperti kayu ditengahnya dan dengan dibeberapa simpul disamping kiri dan kanannya. Akan terlihat beratnya akan terbagi rata di semua permukaan.
gak sekali ini aja si AW jd heboh, gak tau jg ini jilid keberapa hebohnya pembelian heli AW, di PP 70 th 2012 banyak rujukan buat pengadaan, lagian klo itu barang sdh msk list di DIPA sebelumnya, seharusnya gak ada masalah lg, ane percaya TNI tau mana yg terbaik,,,hadeeh acak2an gini tulisan, bisa ditendang bung NS nih comen,,,hihihi
@asbun
Saya mengikuti dari pemberitaan penjelasan depkeu ttg kontroversi ini…pd DIPA. tidak memuat detil tipe heli, hanya klasifikasinya saja (ringan/medium/berat/dsb)
Sedangkan screening alutsista yang terpilih adanya di kemenhan dan kkip
bung SSB memang tdk ada detilnya klo di DIPa, hanya dijelaskan fungsinya, yg menentukan detilnya PA/KPA lewat TOR, tp klo heli tsb sdh dianggarkan di DIPA ane pikir gak ada yg salah, mgkin yg agak njelimet diketentuan penggunaan produk dlm negeri,tp klo gak slh di PP pengadaan diperbolehkan bila penyedia di dlm negeri blm bisa memenuhi spek sesuai yg diinginkan pengguna,klo AW speknya sesuai yg disebutkan di TOR, brarti AW lah yg terpilih,,,,tos ah lier bahas pengadaan mah
Heeee…untung ga jadi pegawai. perbendaharaan negara ya bung asbun
Informasi yg ada di depkeu yg memang terbatas… Termasuk biaya ops dan maintenance lontong yg tdk biasa…..padahal cuma 2 lontongnya….lontong sayur sama lontong isi…jumlah bayangannya yg okeh sama isinya medeni wong….hihohiehehehe….
Bung pr kok pke ad P3S brarti itu rencna TNI untuk memecah konsen para musang krena ada sesuatu yg dtang atau bagaimna…mhon petunjuk.
di warung sebelah dibilang klo pembeliannya dibatalkan? info lebih lanjut bung senior..
Demi mengejar Kemandirian jg kesiapan maka ToT pun dikebut. bail secara resmi maupun….
AW “cancel” tp mirip DG projek Alpha,Bravo,BimaSena 1+2 DLL. ini AW an udh Fame gimana klo 5 Unit A400,I’ll 96,C5 Kawasaki Mongol coba!!
berbaik sangka saja. Membeli Alutsista TDK seperti membeli Baju di Lazada..xixixi
Weee… Lha dalaaahhh….. Ternyata 2 miliar dollars itu paket lengkap 5 A-400 atlas… + Sekian unit IL-96…+ sekian unit C-5 Kawasaki…..
…..wowwww…. Itu ToT -nya pasti maknyuss juga ya bung PR…. Xixixi
Muwantaaaaaaaabbbbbbbbb…….
kobong….kobong….sonoan sama sinian kobong…
makasih…..makasih…..manut saja lah.mau gimana caranya,
TNI makin JAYA..
Bener aja tuh, ktnya panglima blm dpt laporan pembelian A400…..PUYENG AKU.
kok gak jd beli C-17 global master sih ? malah ganti C- 5 Galaxy ????
wah jgn puyeng bung, yg “masukin” aja nyantai kok..xixixi
Blm lg “bocor” gagalnya sabotase sukro di HND kmrn, tega nian mau “shoot the cockpit” via laser.. sebodoh ITU kah SatHanLan HND?
lbh puyeng lg si Om Benyamin tersandung Korupsi anggaran.. hehehe!!
Febuari making heboh,Gaduh Dan Viral!!
Nice info bung PR. Thx
Bung @PR..mulai menanjak bung…
mari aya tak catat atu satu ya…
tapi klo kebanyakan nyatat dan da yang terlewat..moho ijin..jangan suruh ngelap landasan sampe kinclong..hehee
kasihan “anak-anak”
Klu nyatat jgan lupa difoto y bung@KJM,,,,hehehe
#wah,sinetronya udh dimulai to….
#Klu yg resmi udh belajar terbang malem trus ap yg g resmi mau belajar terbang siang2….ngopi dlu ah,sambil clingak clinguk moga2 bos ane g lihat…hehehe
Bung beny gmna kbar y….semoga bung beny sekeluarga selalu dbri kesehatan.amin
Amin..Alhamdlh sehat bung@molimo,smga bung@molimo skeluarga jga sehat…
February apakah untuk memecah kosentrasi lawan, masyarakat n para penghianat bung PR. Secara bersamaan dg pilkada n makin hari makin panas saja soal si hoax ini untuk memuluskan DKI 1 n next RI 2.
maaf mau tanya program MEF kita sudah berapa persen untuk menghadapi perang tahun 2022?????????????
MEF yang mana bung….yang minimum esensial ato maximum esensial….
Yg pasti. Mantap esensial force….wallaaahhhh….tambah ra keto batasannya….
perang pada tahun 2022 ???????? sungguh mengerikan….bung ar 1908
insiden serangan sinar laser ke sukro itu di Lanud Hang Nadim Batam ya bung PR ?
Hasanudin latian malem, kandang sukro ada yg ngintip….abis latiannya gelap2an….kan gak kliatan bentuknya yg goib klo begono…pake laserin kali aja kliatan klo pakde sukronyoa batuk…uhuk…uhuk..hoekkk
geger dunia persilatan…semua senjata ampuh sudah pada datang…tambah gagah aja para ksatria kita…
Mang awal y bgaimna bung kok smpai sinar laser bsa ikutan waktu latma di hnd….bocoran y bung pr.
Dijogja pernah ada kejadian lampu laser yang menggangu penerbangan…ternyata lampu laser tsb berasal dr fasilitas waterboom tidak terlalu jauh dari bandara. Di WB tsb terdapat replika mercusuar yang setiap malam memancarkan lampu laser (berputar 360 drajat)yang sudutnya terlalu mengarah keatas shg mengganggu pesawat yang akan landing. Setelah diperiksa pihak provost AU, arah sudut dongaknya sudah diperendah shg tidak mengganggu penerbangan
a400 nya sepertinya memuaskan pas test drive kemaren, edisi mata kelilipan hehe…
ijin nanya…tadi baca di detik , kok heli AW sudah mendarat di halim??