Aku Pribumi

49

Pidato Bung Karno Di Semarang Tahun 1948 :

“Kita kini sudah merdeka. Tentu kita harus bersyukur kepada Allah Tuhan YME.

Kita juga harus berterima kepada seluruh rakyat yang sudah berjuang untuk kemerdekaan. Karena ada warga keturunan yang juga ikut berjuang membantu perjuangan.

Kita juga harus harus berterima kasih kepada warga keturunan Cina. Kita juga harus berterima kasih kepada warga keturunan India. Tetapi kita jangan berterima kasih kepada warga keturunan Arab.

Karena …

Karena … mereka … sudah menjadi bagian dari keluarga besar bangsa kita sejak ratusan tahun yang lalu….”

Maka itu Bung Karno sendiri yang mengusulkan dan membuat PP No.10 yang disetujui MPR bahwa warga keturunan Arab diberi status Kewarganegaan ‘Stelsel pasif’ yang sama dengan warga Pribumi yaitu otomatis dianggap dan dicatat sebagai WNI.

Sedangkan warga keturunan Cina dan India dan lain-lain digolongkan ‘Stelsel Aktif’ artinya untuk jadi WNI mereka harus mendaftarkan diri dan mendapat SKBRI lebih dulu baru bisa dicatat sebagai WNI.

(Disarikan dari Disertasi Mantan Mentri Agama Prof.Dr.Mukti Ali di IAIN Sunan Kalijogo Jogjakarta tahun 1970, Pidato Bung Karno di Semarang tahun 1948 dan berbagai sumber).

Sipit Pribumi, Kolonial Lokal

PicsArt_10-18-12.17.05
By: FELIX SIAUW

I’m not a big fan of the new Governor, tapi saya termasuk yang merasa aneh ketika ada yang memasalahkan bahkan melapor isi pidato yang berisi kata “pribumi” itu

Dari segi sudut pandang pelapor, saya bukan “pribumi”. Tetapi saya juga tetap merasa sangat biasa-biasa saja ketika ada yang menggunakan diksi “pribumi” di dalamnya

Saya tak ingin ikut-ikutan membahas definisi dari segi bahasa, atau dari segi politik, sebab sudah banyak insight yang ditulis berkaitan dengan itu, saya hanya ingin berbagi

Saya lahir dan besar di Palembang, kota dimana anda akan dengan sangat mudah menemukan orang sipit dan putih di tengah kota, pinggir, atau pinggir sekali

Itu menandakan sejarah panjang kaum Cina di Palembang, semenjak zaman Cheng Ho, hingga walisongo. Dari hubungan dagang hingga tentu saja penyebaran agama

Menariknya, dulu ketika saya belum Muslim, mereka bisa membedakan mana sipit “pribumi” dan sipit yang bukan “pribumi”, walau penampakannya sama

Selepas Muslim, saya baru paham total, bahwa meski sama-sama sipitinya dengan Cina Muslim yang sudah “pribumi”, mengapa saya tetap dianggap pendatang

Rupanya nilai mereka bukan nilai saya, prinsip mereka bukan prinsip saya, yang mereka cintai tak saya cintai, bahkan saya enggan bergaul dengan mereka, saya eksklusif

Setelah memeluk Islam, saya bagian mereka, saya sekarang “sipit pribumi”, berbagi nilai dan cita-cita, prinsip dan aqidah, saya mencintai mereka dan mereka mencintai saya

Tak perlu banyak bahasan saya pikir, bila anda sudah menyatu dengan nilai, prinsip, dan perasaan dengan mereka yang ingin kebaikan, anda “pribumi”, dan tak mudah tersinggung

Sebab yang diakui sebagai pribumi adalah siapa yang memberi manfaat, yang mencintai, yang peduli, yang berbagi aqidah, rasa, dan cita-cita yang sama-sama mulianya

Indonesia punya nilai-nilai itu, dari Islam yang sudah dipeluk dan mengakar hingga sanubari ummat, Sesiapa yang mengajak taat, itulah pribumi, yang tak suka, saya tak tahu

Apalagi, nuansa pelaporan ini penuh dendam kesumat, standar ganda, dan aroma kebencian. Pembela penjajah dan semua kepentingannya, itulah orang lokal tapi kolonialSipit Pribumi, Kolonial Lokal

IMG-20171017-WA0216

*Isu Pribumi Vs Al Maidah 51*

Oleh : Hersubeno Arief

Penggunaan kosa kata pribumi pada pidato Gubernur DKI Anies Baswedan, bagi para veteran pendukung Ahok adalah durian runtuh.

Seperti bunyi pepatah “pucuk dicita, ulam tiba.” Anies seolah memberi amunisi bagi para penentangnya. Baru dilantik, Anies langsung membuat blunder. Benarkah begitu?

Tidak perlu menunggu waktu terlalu lama, sejumlah orang yang mengaku mewakili Banteng Muda Indonesia (BMI) mendatangi Polda Metro Jaya. Salah satu diantaranya adalah Ronny Talapessy yang disebut sejumlah media sebagai mantan tim kuasa hukum Ahok dalam kasus penistaan agama c/q Al Maidah 51.

Jalur hukum/pidana adalah skenario *keempat* dalam sebuah strategi besar menjatuhkan Anies-Sandi di tengah jalan. Dua skenario besar lainnya sudah berjalan.

*Pertama,* mengambilalih peran dan kewenangan Pemprov DKI pada Reklamasi. *Kedua,* menelikung Anies-Sandi secara internal dengan menempatkan ratusan pejabat pada pos-pos penting di Pemda DKI.

Sementara skenario *ketiga,* menggoyang dan memberi tekanan politik melalui DPRD, masih menunggu momentum dan kalkulasi politik yang tepat. (Baca: Skenario Menjatuhkan Anies-Sandi di Tengah Jalan)

*Inti dari skenario keempat adalah strategi membuat Anies-Sandi sibuk dengan berbagai kasus, dan kemudian mem-blow up-nya melalui media dan media sosial. Soal benar tidaknya kasus tersebut, tidak terlalu penting.*

Yang penting Anies-Sandi tidak bisa fokus menjalankan tugasnya, karena harus bolak-balik menjalani pemeriksaan. Syukur-syukur bila mereka mendapatkan kasus besar yang cukup serius dan bisa dibawa ke pengadilan. Maka tinggal mendorong Anies atau Sandi untuk sementara non aktif, atau mengundurkan diri dengan dalih harus fokus menghadapi kasus hukumnya.

Kalau toh Anies tidak mundur, maka setidaknya dia tidak sempat menjalankan program kerjanya dengan baik. Pada saat itulah kemudian muncul senjata pamungkas berupa survei, tentang rendahnya kepuasan publik atas kinerja Anies-Sandi.

Lembaga-lembaga survei ini kemudian akan membandingkan tingkat kepuasan publik atas kinerja Jokowi dan Ahok yang katanya cukup tinggi. Tinggal digoreng, maka sempurnalah semuanya. Anies-Sandi adalah pasangan gubernur dan wakil gubernur yang tidak punya kemampuan bekerja.

*Umpan terobosan Anies*

Bagi veteran pendukung Ahok isu pribumi merupakan pintu masuk yang tepat untuk melampiaskan dendam kesumat.

Karena itu mereka bergerak cepat, tidak menunggu waktu terlalu lama. Isu ini digoreng di media massa, terutama media online, dan kemudian menjadi gegap gempita di medsos.

*Mereka membayangkan, kasus ini bobotnya sama dengan Al Maidah 51 yang menjatuhkan Ahok dan membawanya ke penjara. Dasarnya cukup jelas. Penggunaan kosa kata pribumi secara resmi dilarang digunakan dalam proses kenegaraan, sesuai dengan Inpres No 26 Tahun 1998 saat presiden dijabat oleh BJ Habibie.*

Sebagai pejabat negara Anies dinilai sudah melanggar Inpres. Dan yang lebih berat, Anies telah menyampaikan ujaran kebencian, sebagaimana Ahok dengan ucapannya soal surat Al Maidah 51.

Karena terlalu bersemangat, mereka lupa pada detil fakta. Anies menggunakan kosa kata pribumi dalam konteks kolonial, bukan kekinian. Sejumlah media yang tadinya sempat menggunakan kata pribumi dalam judul beritanya, kemudian segera meralatnya.

*Inilah kecerdasan Anies dalam mengemas pesan politik. Dalam sepakbola, apa yang dilakukan Anies adalah sebuah umpan terobosan ke jantung pertahanan lawan. Ahokers yang merasa posisi Anies sudah _off side,_ langsung ramai-ramai melaporkan kepada wasit. Harapannya Anies dihukum, karena melakukan pelanggaran.*
Ternyata tak ada yang salah dengan umpan terobosan Anies. Bola panas “pribumi” itu bergerak liar di depan gawang lawan, dan berpotensi menjadi sebuah gol. Semakin digoreng, maka akan semakin menguntungkan posisi Anies.

Ada beberapa target dari umpan terobosan Anies. *Pertama,* ini merupakan serangan balik terhadap Menko Perekonomian Luhut Binsar Panjaitan yang pasang badan pada proyek Reklamasi.
*Kedua,* memperbesar basis dukungan publik. *Ketiga,* kapitalisasi politik menghadapi Pilpres 2019.

Penghentian Reklamasi adalah salah satu janji kampanye terbesar dari Anies-Sandi. Kegagalan memenuhi janji kampanye akan menjadi titik lemah pemerintahannya, melemahkan basis dukungan publik. Figur utama yang menjadi penghambat Anies-Sandi memenuhi janjinya adalah Luhut.

Dengan menggunakan kosa kata pribumi, maka Anies membuat Luhut harus berhadap-hadapan langsung dengan mayoritas masyarakat yang merasa terpinggirkan. Reklamasi dipersepsikan sebagai sebuah simbol kelompok taipan rakus. Mereka inilah yang dibela Luhut. Sebaliknya kelompok nelayan yang menjadi korban reklamasi adalah simbol rakyat Indonesia yang terpinggirkan.

Kosa kata pribumi membuat persepsi publik terhadap Anies berubah. Jika sebelumnya selalu dipersepsikan sebagai
representasi umat Islam, maka Anies telah menggeser basis dukungannya menjadi lebih luas.

Pribumi tidak hanya mengacu kepada mereka yang beragama Islam—termasuk keturunan Arab dan Cina– tetapi juga etnis lokal di seluruh Indonesia.
Dengan begitu Anies mulai merangkul kelompok-kelompok di luar Islam, dan menjadi _solidarity maker._

IMG-20171017-WA0164

 

Bagi Jokowi posisi ini sungguh tidak menguntungkan. Bagaimanapun publik melihat Luhut adalah representasi Jokowi. Pemihakan Luhut kepada kelompok taipan pengembang, bisa menjadi isu politik yang sangat merugikan.

Jokowi harus berani memilih. Mempertahankan dukungan investor politik, atau basis konstituen?

Dalam kontestasi pilpres langsung, peran para taipan yang bertindak sebagai penyandang dana, sangat penting dalam menggerakkan mesin kampanye. Sebaliknya basis konstituen juga sangat penting , bahkan lebih penting karena merekalah pemegang hak suara. Apalagi selama ini partai pendukung Jokowi selalu mengklaim sebagai partai wong cilik.

Posisi ini barangkali yang menjelaskan mengapa dalam beberapa hari terakhir sikap Luhut tampak mulai mengendur soal Reklamasi. Sejumlah media mengutip Luhut mempersilahkan jika Anies ingin menghentikan Reklamasi, asal sesuai aturan. Sikap ini sangat jauh berbeda dengan berbagai pernyataan Luhut yang seolah tidak ada kompromi dan memastikan Reklamasi jalan terus.

*Di tengah keterbatasan pilihan figur yang hanya berputar pada dua nama : Jokowi dan Prabowo, publik tengah mencari-cari figur altenatif. Pidato Anies — yang spektrumnya sesungguhnya lebih luas dari hanya sekedar soal pribumi — dapat diartikan sebagai isyarat bahwa dia sanggup dan mampu mengemban tugas yang lebih besar.*

Pidato Anies, bagi yang memahami, mencerna, dan menelaah secara dalam, adalah pidato pelantikan gubernur rasa capres. Mengambil analogi dalam permainan sepakbola, sebagai _play maker,_ Anies berhasil mengubah permainan. Ketika lawan keasyikan menekan, dia melakukan serangan balik dengan sangat cepat.

*Apakah serangan balik Anies akan berbuah menjadi gol? Mari kita nikmati jalannya pertandingan. Ini baru menit-menit awal, namun pertandingan sudah berlangsung dalam tempo tinggi. Pasti akan sangat menarik.* End

18/10/17

IMG-20170603-WA0007-01

Ini Penjelasan Yusril Soal ‘Pribumi’ dari Sudut Pandang Sejarah Ketatanegaraan

DILIHAT dari sudut sejarah ketatanegaraan, negara RI bukanlah penerus Majapahit, Sriwijaya atau lainnya, melainkan meneruskan “semi negara” Hindia Belanda.

Karena itu aturan peralihan UUD 45 (sblm amandemen) mengatakan segala bahwa segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku sebelum diadakan yang baru menurut UUD ini.

Yang dimaksud peraturan yang ada dan langsung berlaku itu, baik dalam konsepsi maupun dalam kenyataan, bukanlah badan negara dan peraturan zaman Majapahit, Sriwijaya atau warisan penguasa militer Jepang, melainkan badan dan peraturan yg diwariskan oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Adapun mengenai penduduk Indonesia, peraturan yang ada dan lembaga yang mengurus/menanganinya yang berlaku dan dipahami orang sejak zaman Hindia Belanda adalah peraturan dalam Pasal 163 IS (Indische Staatsregeling) yang membagi penduduk Indonesia (Hindia Belanda) dalam tiga golongan, yakni Golongan Eropa, Golongan Timur Asing (terutama Tionghoa dan Arab) dan Golongan “Inlander” atau pribumi atau “orang Indonesia asli” yang pada umumnya beragama Islam dan sebagian menganut agama Hindu, Buddha dan lainnya.

Orang Inlander atau pribumi yang beragama Kristen status mereka sama dengan golongan Eropa. Dalam hal kelahiran dan perkawinan, golongan Eropa dan Inlander (Pribumi) Kristen mereka tunduk pada Hukum Eropa (Burgerlijk Wetboek) dan lembaga yg mengurusijya adalah Burgerlijk Stand (Catatan Sipil).

Orang Tionghoa Kristen juga sama. Sementara bagi Inlander Muslim atau Hindu/Buddha tunduk pada hukum adat masing-masing dan tidak ada lembaga negara jajahan Hindia Belanda yg mengurusinya.

Status sosial, ekonomi dan hukum bagi ketiga golongan ini berbeda. Tiga golongan ini dapat dikatakan seperti urutan dari atas ke bawah. Tempat tinggal mereka di mana-mana juga beda. Kalau di Jakarta Golongan Eropah tinggal di Weltevreden (sekitar lap. banteng), Mester Cornelis (Jatinegara, Polonia), Sementara Gol Timur Asing Tionghoa mendominasi daerah Pecinan Glodok. Sedangkan Inlander ya tinggal di pinggiran, Krukut, Klender, Condet, Cengkareng dan sebagiainya.

Ekonomi ketiga golongan ini jelas, golongan Eropa paling makmur, gol Timur Asing lumayan kaya. Golongan Inlander atau pribumi adalah yang paling miskin di antara semua. Maka tak heran, jika golongan Inlander inilah yg ngotot ingin merdeka karena ketidakadilan dan diskriminasi yang mereka alami di zaman penjajahan.

Dengan latar belakang sejarah ketatanegaraan itu, kita dapat memahami maksud kata-kata dalam draf UUD 45 yang pasal 6 ayat (1) mengatakan “Presiden Indonesia adalah orang Indonesia asli dan beragama Islam”.

Kata “beragama Islam” dihapuskan pada tanggal 18 Agustus 45. Jadi syarat jadi Presiden adalah “orang Indonesia asli” yakni “Inlander” atau pribumi dengan merujuk kepada Ps 163 IS, jadi bukan orang dari Gol Eropa dan bukan pula dari golongan Timur Asing.

Demikian pula pasal-pasal mengenai kewarganegaraan dalam draf pasal 26 yg mengatakan bahwa yang menjadi warganegara Indonesia adalah orang Indonesia asli dan orang-orang dari bangsa lain yang disahkan oleh UU menjadi warganegara.

Aturan-aturan yang diskriminatif yang dibuat oleh pemerintah kolonial itulah yg menjadi latar belakang istilah “orang Indonesia asli” atau pribumi.

Saya hanya mengingatkan kita semua agar jangan sekali kali melupakan sejarah.[***]

Yusril Ihza Mahendra

Pakar Hukum Tata Negara ; Guru besar di Program Pascasarjana dan juga Fakultas Hukum Universitas Indonesia. (hk/rmol)

PicsArt_10-19-11.04.38

 

*PAHLAWAN BANGSAKU ADALAH PRIBUMI*.
——————–

By : Abdullah Alkatiri bin Abdul Aziz.
Prabu Siliwangi
Patih Gajah Mada
Ronggolawe
Tuanku Imam Bonjol
Pangeran Diponegoro
Raja Sisingamangaraja
Patimura
Tjut Nyak Dien
Raden Ajeng Kartini
Mereka semua adalah putra putri terbaik *Pribumi* yg dilahirkan di *bumi Nusantara* dan berjuang untuk kemerdekaan bangsanya.

HOS Cokro Aminoto
Sultan Syahrir
Husni Thamrin
Boedi Utomo
Bung Karno
Bung Hatta
Jendral Soedirman
Mereka semua putra putri *Pribumi* terbaik yang dilahirkan di Hindia Belanda yg kemudian berjuang dan memerdekakannya dengan mengganti nama *INDONESIA*.

KH. Ahmad Dahlan
KH. Hasyim Asyari
KH. Wahid Hasyim
KH. Agus Salim
KH. Buya Hamka
Mereka semua adalah putra putri *Pribumi* terbaik yg dilahirkan dari Ibu Pertiwi dan berjuang Memerdekakan bangsa ini dan mengisi kemerdekaan dengan ilmu dan amal mereka ditanah *Boemi Putra* sebagai. *Pribumi* Indonesia.

Hanya *Pribumi*
Hanya *Inlander*
Yang ingin bangsa dan negara ini *Merdeka*
Oleh karna itu mereka berjuang mengorbankan harta, raga dan jiwanya untuk kemerdekaan bangsa ini.

Tanpa *Pribumi*
Tanpa *Inlander*
Bangsa ini belum merdeka
Negara ini belum merdeka
Merah Putih belum berkibar
Inggris masih menjajah kita.
Portugis masih menjajah kita.
Belanda masih menjajah kita.
Jepang masih menjajah kita.
Karna perlawanan dan perjuangan *Inlander*.
Karna perlawanan dan perjuangan *Pribumi*
Indonesia ada di peta dunia.
Merah Putih berkibar di jagat raya.
Jangan KAU Khianati Pribumi, Jangan KAU Kucilkan PRIBUMI INDONESIA.

Jakarta, 18 Oktober 2017.

 

MENGHILANGKAN PRIBUMI SAMA SAJA MEMGHILANGKAN NKRI DAN INDONESIA MERDEKA ATAS DASAR NASIONALISME PRIBUMI

Oleh. : Habil Marati
IND. NEW DEAL

Istilah Pribumi mutlak harus diimplementasikan di dalam System kenegaraan Indonesia, Mengapa demikian? Pertama modal kemerdekaan Bangsa Indonesia berasal dari Nasionalisme Pribumi, Kedua, Indonesia sebelum menjadi sebuah Negara Indonesia telah mempunyai penduduk Pribumi, Ketiga, UUD45 mengakui Bangsa Indonesia Asli ( Pribumi). Istilah Pribumi bukan mencerminkan rasisme, akan tetapi mencerminkan eksistensi kepemilikan terhadap tanah air Indonesia.

Memaksakan menghilangkan eksistensi Pribumi di Indonesia adalah bentuk kolonialisme baru. Pribumi Itu wajib di lindungi kepentingan nya, hak hak hidupnya. Menghilangkan Pribumi sama dengan menghilangkan Negara Indonesia. Sebab ciri khas Negara Indonesia adalah Nusantara dan Penduduk Pribumi Asli. Jadi apa yang di sampaikan oleh Gubernur Anis adalah dalam rangka membangkitkan Nasionalisme Pribumi serta penegakan kembali tentang ciri khas NKRI. Kalau ada orang orang merasa terusik dengan Istilah Pribumi di anggap rasis dan dikatomi orang orang ini justru kaki tangan kolonialisme kuno dan modern. Menggunakan Istilah Pribumi saja dianggap rasis , lha kalau Pribumi miskin miskin yang di akibatkan ketidak adilan ekonomi dan politik apa kah ini bukan Rasis dan imperealis?. Betul sekali apa yang disampaikan Gubernur Anis soal Pribumi adalah tepat. Membangunan Pribumi, berpihak kepada Pribumi bukan saja amanat kemerdekaan dan Pembukaan UUD45 akan tetapi juga merupakan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari mulai president sampai Bupati prioritas utama pembangunan Nasional adalah keberpihakan pada Pribumi. Sebab hanya dengan membangun Pribumi serta memperkuat basis pembangunan ekonomi yang bertumpu pada Pribumi adalah sama dengan membangunan Nasionalisme sebagai pilar utama ketahanan Bangsa dan NKRI.

Indonesia merupakan sebuah Negara yang mengakui dua komponen utama kependudukan yaitu Bangsa Indonesia Asli dan Warga Negara. Antara Bangsa Indonesia Asli dan Warga Negara Indonesia memiliki makna yang berbeda. Bangsa Indonesia Asli adalah merupakan sasaran utama pembangunan ekonomi dan pradaban dengan memiliki hak merdeka dan hak hidup layak . Sedangkan Warga Negara Indonesia adalah hanya diberikan hak hidup tanpa mengharapkan Nasionalismenya. Dengan demikian apa yang disampaikan Gubernur Anis adalah dalam rangka untuk membangkitkan kembali rasa Nasionalisme Pribumi untuk melawan ketidak adilan Ekonomi, serta kolonialisme baru dan modern. Pidato Anis tentang Pribumi dan kolonialisme bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan Nasional dan ketahanan Nasional melalui pembangunan ekonomi Pribumi dan kebudayaan Pribumi.

Dan yang perlu juga di ingat bahwa Indonesia ini bukan hasil rampasan perang sehingga seenaknya menguasai struktur ekonomi dan kekuaaan politik dan hukum, Demikian juga bahwa menyerahkan kosentrasi ekonomi pada Non pribumi adalah sangat berbahaya, disamping berbahaya dari sisi Nasionalisme juga bertentangan dengan Pembukaan UUD45 dan pasal 33 UUD45.

IMG-20171017-WA0190

Dirangkum dari berbagai Sumber

Gambar oleh Patsus Dede Sherman

Share.

49 Komentar

  1. Oleh Jaya Suprana *)

    Ternyata pidato perdana Anies Baswedan setelah dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta menimbulkan kegaduhan. Akibat tidak mendengar pidato tersebut dengan telinga kepala saya sendiri maka saya mencoba mendengarkannya dari video CNN Indonesia yang diunggah di Youtube.

    Bagian yang menggaduhkan berada pada menit 06.30-08.00 sebagai berikut “Jakarta ini satu dari sedikit kota di Indonesia yang merasakan kolonialisme dari dekat. Penjajahan di depan mata selama ratusan tahun. Di tempat lain penjajahan mungkin terasa jauh. Tapi di Jakarta, bagi orang Jakarta, yang namanya kolonialisme itu di depan mata. Dirasakan sehari-hari. Karena itu, bila kita merdeka maka janji-janji itu harus terlunaskan bagi warga Jakarta. Dulu kita semua pribumi ditindas dan dikalahkan, kini telah merdeka. Kini saatnya kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Jangan sampai, Jakarta ini seperti yang dituliskan dalam pepatah Madura; Itik se atellor, ajam se ngeremmih. Itik yang bertelur ayam yang mengerami. Kita yang bekerja keras untuk merebut kemerdekaan, mengusir kolonialisme, kita semua harus merasakan manfaat kemerdekaan di Ibu Kota ini”.

    Setelah mendengar unggahan Youtube tersebut, terus terang saya gagal paham mengenai apa sebenarnya yang perlu digaduhkan dari kata “pribumi” yang cuma sekali muncul di dalam orasi perdana Gubernur Anies.

    Maklum daya tafsir saya memang rendah maka saya tidak berhasil memahami kenapa kata “pribumi” yang digunakan oleh Gubernur Anis digaduhkan. Saya makin gagal paham karena menurut daya tafsir pribadi saya, Gubernur Anis menggunakan istilah “pribumi” dalam makna positif, bahkan konstruktif dalam konteks sejarah Jakarta ditindas kaum penjajah yang sebaiknya tidak dilanjutkan di masa kini dan di masa depan.

    Rasanya mustahil bahwa para penggaduh memang ingin melestarikan penindasan rakyat di Jakarta. Maka saya mencoba menelaah apa sebenarnya makna kata “pribumi”.

    Makna

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “pribumi” adalah sebuah kata benda bermakna “penghuni asli ; yang berasal dari tempat yang bersangkutan”. Anonim “pribumi” dalam bahasa Melayu adalah “bumiputera” yang di Indonesia tidak pernah dihebohkan, bahkan sejak 1912 lestari diabadikan sebagai nama AJB Bumiputera.

    Di alam akademis, kata “pribumi” yang lazim digunakan oleh para antropolog sebagai identitas para penduduk asli, seperti Maya, Inka, Apache, Comanche di Benua Amerika, Aborijin di Benua Australia, Maori di Selandia Baru, Eskimo-Aleut di Alaska.

    Bahkan pada bulan Agustus 2016, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen telah resmi meminta maaf kepada kaum Austronesia sebagai pribumi Taiwan yang teraniaya selama berabad-abad.

    Setelah cermat menelaah makna kata “pribumi”, alih-alih tercerahkan saya malah makin gagal paham mengenai kenapa kata “pribumi” yang diucapkan Gubernur Anis sampai sedemikian digaduhkan di persada Nusantara masa kini.

    “De facto” sekaligus “de jure” saya adalah seorang warga Indonesia sama halnya dengan Anies Baswedan adalah seorang warga Indonesia.

    Namun secara sosiobiologis atau etnis atau ras, kebetulan saya keturunan China, sementara Anies keturunan Arab maka kami berdua secara sosiobiologis tidak tergolong kaum pribumi di Indonesia.

    Kebetulan kami berdua saling bersahabat sejak saya sempat mewawancara Anies Baswedan ketika mulai bergabung ke bursa Calon Presiden.

    Sejauh saya pribadi mengenal kepribadian dan budi pekerti Anies Baswedan, saya berani mengambil kesimpulan bahwa Anies Baswedan bukan seorang rasis yang tega merendahkan sesama manusia berdasar latar belakang ras, etnis dan suku.

    Secara keturunan atau trah, nasionalisme Anies Baswedan juga tidak perlu diragukan lagi sebab putera terbaik Indonesia kelahiran Kuningan ini merupakan cucu pejuang kemerdekaan Republik Indonesia, Abdurrahman Baswedan.

    Sebagai pihak yang mengenal kepribadian dan budi pekerti Anies Baswedan, saya pribadi menyimpulkan bahwa dalam menggunakan istilah “pribumi” sebenarnya Gubernur Anies tidak berniat negatif apalagi destruktif seperti rasisme.

    Caricarisme

    Kepada mas Anies, saya sampaikan saran agar selama menjabat sebagai Gubernur Jakarta setelah melewati kemelut pilkada paling panas dalam sejarah Pilgub Jakarta sebaiknya menghindari penggunaan kata “pribumi” secara terbuka ke publik Indonesia era reformasi yang pluralis dalam daya kreativitas tafsir luar biasa beraneka ragam seolah tak kenal batas.

    Di tengah suasana paranoid beraroma kebencian yang sedang merundung panggung politik Indonesia masa kini, apa boleh buat sesuatu yang bagi diri kita bukan merupakan masalah memang bisa ditafsirkan oleh orang lain sebagai masalah.

    Akibat manusia tidak ada yang sempurna maka apabila dicari apalagi dicari-cari pasti akan ditemukan ketidak-sempurnaan.

    Kalau perlu bahkan sengaja kreatif diciptakan kesalahan yang sebenarnya bukan kesalahan demi kepuasan para penganut aliran caricarisme yang memang kegemarannya adalah mencari-cari kesalahan orang lain.

    *) Penulis adalah seniman dan budayawan, pendiri Pusat Studi Kelirumologi dan Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan

    • Sy baru denger ternyata ada penganut aliran baru to dinegri ini yg namanya “Caricarisme”..hehehe
      Jd teringat kisah Lukman hakim dan Anaknya.

      http://www.bacaanmadani.com/2017/04/kisah-lukmanul-hakim-dan-anaknya-dengan.html?m=1
      “Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, GANGGUAN YG BANYAK YG MENYAKITKAN HATI Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.” (QS. Ali Imran: 186)
      NB:

      Dari Abu Musa (Abdullah) bin Qais al-asy’ary r.a. berkata: Rasulullah saw ditanya mengenai orang-orang yang berperang karena keberanian, karena kebangsaan atau karena kedudukan manakah diantara semua itu yang disebut fisabilillah? Rasulullah saw menjawab, “Siapa yang berperang semata-mata untuk menegakkan kalimatullah (agama Allah) maka itulah fisabilillah.”
      (Bukhari – Muslim)

  2. Monggo yg anti ptibumi, penjajah/kolonial lokal maupun internasional, dan begundal2nya. Dari golongan kiri, gol merah, neo liberal, sekular, atheis, materialis, anti religius, yang menginginkan negeri ini kacau dan rusak. Di tunggu kontribusi positif nya.

  3. Saya gagal faham, apakah di jakarta khususnya orang orang sudah tidak bisa berfikir sehat dan konstruktif, mereka yang anti tidak mau move on…mungkin punya UUD sendiri dan Dasar Pemikiran sendiri…kali…ya..

    Dari teropong seperti nya itu lagi eta deui..kelompok yang sama ..

    Ya Alloh berikanlah kami kekuatan dan perlindungan untuk kelangsungan berbangsa dan bernegara, semoga para patriot selalu dalam lindungan Nya…amiin

  4. Di dunia ini pasti ada yang pribumi dan non pribumi dan itu adalah suatu kenyataan. Kenapa perlu dipersoalkan, kecuali bagi mereka yang berjiwa kolonial yang suka menindas maka ketakutan akan kebangkitan pribumi pasti akan menghantui mereka. Banyak para pemimpin selain anies yang memanfaatkan kata pribumi untuk mendapatkan keuntungan karena memang secara konstituen jumlah mereka lebih 90% dari rakyat indonesia. Kenyataannya memang pribumi walaupun jumlahnya 90% hidupnya masih rendah berkali lipat dibandingkan warga pendatang atau non pribumi. Bila anies berniat ingin memajukan kehidupan pribumi seharusnya diberi apreasiasi karena berarti dia berniat untuk mengurangi kesenjangan sosial yang sangat tajam saat ini disamping untuk mengentaskan kemiskinan. Pribumi memang harus menjadi tuan di saat zaman kemerdekaan ini karena merekalah yang bersusah payah merebut dan mempertahankan kemerdekaan dibanding warga pendatang baru tiba. Jika kita melihat reklamasi dan meikarta dimana banyak warga pribumi terusir dan tidak bisa mencari nafkah karena mata pencariannya sudah hilang rata dengan tanah maka memang betul kenyataannya bahwa banyak warga pribumi masih belum merasa menjadi tuan di negeri sendiri.

  5. istilah pembauran dg pribumi tdk cocok lg bg pemikiran chinese, untuk itu mindset chinese terhdp pribumi hrs di rubah yaitu kawin silang dg pribumi, cowok chinese kawin sm cewek pribumi dan yg di wajibkan cewek chinese kawin sm cowok pribumi

  6. Orang itu klo memang dasarnya sdh gak suka, apalagi benci, jangan kan kita salah, bener skalipun dianggap salah, dan mladeni mereka sama seperti mladeni org mabok dan org gila

  7. Asing dan aseng berusaha mendongkel kewibawaan garuda dn merusak nkri, mereka berusaha utk mengangkat pembantaian orang2 pki paska65 atau menggoreng yg sudah basi. Seandainya mereka ada bukti, ada point utk membantah dan mempermalukan mereka…
    1. Sisi keadilan. Pki telah dan banyak melakukan pembantaian pra65 dan 48 ketika mereka berjaya dan mempunyai kekuatan. Apakah itu tidak diusut juga.
    2. Ini merupakan perang yg genderangnya ditabuh duluan oleh komunis pki. Mereka melakukan pemberontakan dan pembunuhan dahulu, dan mempersiapkan kekuatan dan senjata. Bahkan pada kekalahannya (peristiwa banyuwangi dan biltar selatan) mereka masih bisa membantai dan membunuh rakyat. Karena dalam konsep tri panji parti komunis salah satunya adalah perjuta (perjuangan bersenjata).
    3. Pilih : Membantai 500rb+hancurnya pki atau dibantai puluhan juta lebih+hancurnya nkri. Karena ini perang, dengan ketentuan dasar dibunuh atau membunuh. Sebagai dasar mempertahankan hidup.
    ———————-
    Apakah mereka tidak memperhatikan korban kekejaman komunis internasional hingga 72juta mungkin hingga ratusan juta.

  8. Pengamat Dadakan on

    Gue penasaran APAKAH MABES POLRI akan memproses laporan “orang2 pintar itu ya”….kwkwkwkw…. dengan gagah perkasanya mereka adukan gubernur baru jakarta…bahkan ada yg nyebut Rasis hahaha….. kadang orang kalau dendam di hati akibat kalah pilkada bisa2 oon bloon jadinya…. main lapor aja tanpa mendalami konteks isi pidatonya…yg lucu media2 ikut2 an hahahaha….. sepertinya sih media pendukung yg kalah itu ya kwkwkwk…. eh si victor orang nasdem gimana tuh …seram mana pidatonya sama pidato anis…..

    • Media media skrng memang mayoritas dimiliki China atau Barat bung, contoh lah tu Metro, MNC group, Trans TV, Trans 7, Kompas, Sindo, CNN. Belum lagi menyebut website2 berita gak jelas yg tiba2 muncul sedemikian banyaknya demi membela satu golongan. Bahkan Google pun melanggar peraturan mereka sendiri (tdk menampilkan iklan politik) dgn black campaign yg ditujukan kpd pasangan no 1.

  9. Koq..bahas pribumi dan non pribumi??pemikiran lu sama kaya hindia belanda dlu..seperti “kasta” di india..membeda bedakan keturunan..gini aja deh..jgn buat artikel2 yg memprovokasi..kaya 98..klo lu pribumi tapi faham lu komunis gimana??jd gksah bahas2 soal pribumi seperti jaman belanda..tanpa ditanya dan tanpa harus koar2 dimedia..kita semua juga tau..kita keturunan apa..suku apa..agama apa.masalahnya bukan istilah pribumi atau non pribumi..tapi didlm otak dan hati lu..lu nasionalis apa kaga???!!.gtu!! Lu liat noh amerika serikat!!! Tau gak sejarahnya?org2 Amerika serikat merupakan kumpulan dari bangsa2 lain..dr benua lain..campur aduk dstu..yg asli cuma org indian..tapi mereka sangat nasionalis dan patriotik..menciptakan keamanan dan kemajuan negaranya.sehingga jadi negara adidaya..hari gini masih bahas pribumi..bego lu min!!!! Patriot garuda koq kaya begini…jgn muat artikel2 yg bikin panas lah..kerja aja yg bner..buat anak bini..buat kemajuan bangsa…jancuukk lu min..

    • lah…USA kok dijadikan contoh. ketahuan kan lu siapa? orientasi nya kemana,

      jelas aja orang indian gak mau berkaor2 lagi soal pri dan non pri, karena ….orang2 indian sudah tidak punya kekuatan dan dalam keadaan berbahaya bila seperti itu. mereka kan ada dalam posisi teancan genoside yang kesekiam kali nya …kali berani ngutik2 itu2 lagi….mirip2 dengan suku pribumi aborigine australia….. mana mungkin mereka bersuara lantang masalah pri dan non pri.

      100 juta pribumi indian dan 25 juta orang pribumi aborigin telah terbantai (genoside) nenek moyang orang2 eropa barat.
      beda dengan pribumi disin (indonesia)i..mumpung masih ada kesempatan dan dalam posisi mayoritas dan punya kekuatan militer serta politik yang dominan…kenapa tidak selama semuanya belum terlambat.

    • Amerika?kemana indian yg notabene suku pribumi disitu?terpinggirkan,negara penghasut,licik dan menghalalkan segala cara kamu pakai buat patokan?gobl*k dipiara,sini ketemuan sama saya,biar tak ajarin gimana caranya menghargai perbedaan…..

  10. Putrakarawang on

    TAI…!! Lu ADUL…. Jongos cina lu ya..??jongos komunis,liberalis,sekuler lu..
    Sok tau lu.. Tanya langsung ke orang indian gmn nasib mereka..
    Tanya ke orang Aborigin gmna nasib mereka..

  11. pemburu rajawali on

    Maaf mau luruskan sedikit bung adul. Native american itu hanya suku Indian sedangkan suku indian itu dari dulu hingga sekarang msh “di jajah” secara total oleh mrk yg di sebut bangsa kulit putih. Mrk bukan tdk nasionalis tp mrk terpaksa hidup nasionalis. Federasi Amerika itu merdeka dr siapa?

    Maksud kata “pribumi” di artikel tsb hrs di cerna secara luas jg dalam. Jika Bung Adul sdh paham maka mudah mencerna apa kalimat PATRIOT GARUDA itu sendiri.

    Banyak anak muda yg cerdas seperti Bung tp banyak pula yg Gagal Paham. Kita memang sdh Merdeka jg Berdaulat tapi belum 100%.

    #kalimat “LU” mencerminkan apa ya?

  12. Pribumi itu hak dan pbb pun mengakuinya. hanya orang liberal yg punya hident agenda yg bilang orang berbicara pribumi itu bicara kasta,rasis or sara

    Amerika bolehlah maju,dan jadi negara adidaya,ausie boleh maju dan modern,singapore boleh kaya dan modern tapi sebuah pertanyaan simple adalah bagaimana kehidupan suku indian di amrik,suku aborigin di ausi dan suku melayu di singapore sebagai pribumi. jawabnya adalah terpinggirkan.

    Pribumi ga butuh jadi adidaya kalo tanah air indonesia milik orang lain punya

    Wajar kalo bangsa indonesia berbicara pribumi secara pelan tapi pasti hak pribumi di reduksi dan dikooptasi,dari masalah presiden ga harus indonesia asli sampe reklamasi dan uu pro luar negri.

  13. Jadi,klo saya bilang saya suku Jawa,apa saya di anggap rasis oleh suku lain ???
    Klo saya bilang saya orang Sumatera,apa saya di bilang rasis oleh orang Kalimantan ???
    ada pribumi – ada non pribumi
    ada penduduk asli – ada pendatang
    ada tuan rumah – ada tamu
    Trus ada yang bertanya begini” kok di beda-bedain?” ya..emang kita berbeda ( emangnya kembar siam) hehehe…..santai dulu,

  14. maaf,..keluar dr topik….ada yg punya info trkait panglima TNI ditolak msk negara amrik??…apakah ini ada kaitannya dgn sepak trjang panglima selama ini, yg trkesan dekat dgn ormas2 muslim trtentu di sini imbasnya,..makin populerny nama GN di rakyat sini, khususnya umat Islam??…namun tdk disukai oleh pihak2 trtentu di amrik sono??

    atau ada kesemwrawutan di kalngan pemerintahan sono,…pdhal yg ngundang pihak sono,..tapi malah dicekal dr sono jg. Walau dr berita trakhir, katany washington deh mngijinkan GN tuk dateng. Tapi kaya’nya, gara2 kejadian ini, panglima ogah kesono, kecuali ada perintah dr presiden tuk pergi.

  15. Kenyataannya sesama pribumi lah yang menjunjung tinggi nilai toleransi, pembauran dan bhineka tunggal ika walau berbeda suku, agama, budaya, adat, dan bahasa, sebaliknya kebanyakkan non pribumi kalangan tertentu begitu eksklusif tidak mau membaur dan toleransi dan sangat memandang rendah kaum pribumi yang dianggapnya miskin, kurang pendidikan, dan kumuh.

    • Sampai Di Kubur pun, harus terpisah.
      Cak Nun “quoted ”
      Ada segolongan penduduk Indonesia yang mereka merasa masih sebagai tamu, meskipun mereka sudah Di bumi nusantara berabad abad yang lalu, mereka hidup memisahkan diri,
      Hanya bergaul dengan gologannya sendiri, sampi dikubur pun harus dalam golongan sendiri.

  16. Si Adul ini sepertinya dari kalangan yg suka treak2 mencap orang lain sebagai sumbu pendek…
    Padahal kaum sumbu pendek ya dia sendiri..

  17. M Arief Pranoto
    *SEKEDAR MENGINGATKAN,* Majelis Umum PBB (UNGA) tanggal 13 September 2007 telah mengeluarkan DEKLARASI ”Declaration on the rights of indigenous peoples” (Deklarasi tentang hak-hak warga PRIBUMI) dimana 143 negara PRO (termasuk Indonesia), 4 negara “menentang” (Australia, Canada, New Zealand dan United States), serta11 negara “abstain” (Azerbaijan, Bangladesh, Bhutan, Burundi, Colombia, Georgia, Kenya, Nigeria, Russian Federation, Samoa dan Ukraina). Deklarasi tsb merupakan tindak lanjut dari Resolusi PBB no. 2/2006.
    http://www.ohchr.org/EN/Issues/IPeoples/Pages/Declaration.aspx
    Isi DEKLARASI PBB TENTANG HAK-HAK *PRIBUMI* tsb a.l.:
    “Concerned that indigenous peoples have suffered from historic injustices as a result of, inter alia, their colonization and dispossession of their lands, territories and resources, thus preventing them from exercising, in particular, their right to development in accordance with their own needs and interests,”
    _(Prihatin bahwa warga pribumi telah mengalami ketidakadilan historis, sebagai akibat dari a.l. penjajahan dan pengambilalihan tanah, wilayah-wilayah dan sumber daya alam mereka, sehingga mereka dihalang-halangi utk mengelolanya, khususnya, tidak diberi hak untuk melakukan pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan mereka sendiri,)_
    “Recognizing the urgent need to respect and promote the inherent rights of indigenous peoples which derive from their political, economic and social structures and from their cultures, spiritual traditions, histories and philosophies, especially their rights to their lands, territories and resources,”
    _(Mengakui kebutuhan mendesak untuk menghormati dan menjunjung tinggi hak-hak yang melekat pada warga pribumi yang berasal dari struktur politik, ekonomi dan sosial mereka , serta dari budaya, tradisi spiritual, sejarah dan filsafat mereka, khususnya hak mereka atas tanah, wilayah dan sumber dayanya,)_
    “Recognizing also the urgent need to respect and promote the rights of indigenous peoples affirmed in treaties, agreements and other constructive arrangements with States,”
    _(Mengakui juga kebutuhan mendesak untuk menghormati dan mengedepankan hak-hak warga pribumi ditegaskan dalam perjanjian, kesepakatan dan pengaturan konstruktif lain dengan negara,)_
    Isi Deklarasi PBB selengkapnya dapat dibaca disini:
    https://documents-dds-ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/N06/512/07/PDF/N0651207.pdf?Ope
    nElement

  18. Oleh : *Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra*

    Pilihannya ada pada anda semua warga muslim sebagai pemilih di seluruh Indonesia Wallahu a’lam.

    Bagi kita mungkin tidak, tapi kelak anak cucu kita akan menjalani hidup yang berat, mengapa ?

    Saudaraku seiman, negeri ini sedang diserang 5 kekuatan besar sekaligus dalam waktu bersamaan :
    1. Komunis

    2. Nasrani

    3. Yahudi

    4. Syiah

    5. Munafikun

    Penyerangan telah dimulai sejak 18 tahun yang lalu dengan sangat sistematis, kini mereka telah berhasil masuk ke berbagai bidang :

    1. Pemerintah

    2. Ekonomi

    3. Politik

    4. Media

    5. Pertanian

    6. Kesehatan

    7. Pendidikan

    8. Pesantren dsb nya..

    Mereka juga telah menguasai struktur birokrasi,

    DPR, MPR, KPK, POLISi

    bahkan TNI sudah nyaris dilumpuhkan.

    Kiyai Pesantren dan Tokoh Akademisi Reformasi sudah mulai mendukung mereka,

    penawaran bersifat duniawi sangat aktif mereka lakukan.

    Paling parah adalah mereka telah berhasil mengubah konstitusi UUD 45, bahwa kini Presiden bisa dijabat oleh seorang warga negara dengan KTP Non Pribumi.

    Beberapa tokoh yang berupaya mengembalikan kemurnian konstitusi UUD 45 justru kemarin ditangkap dan dicurigai sebagai makar, tanpa alasan yang dapat dibuktikan.

    Fakta kasat mata adalah Reklamasi Jakarta, dengan luas 800 Hektar akan mampu menampung lebih dari 20 juta penduduk imigran Cina.
    Seluruh imigran secara otomatis akan menjadi WNI dan memiliki KTP seumur hidup, mereka akan jadi penyumbang suara tetap setiap kali PILKADA dilangsungkan. Dengan 200 juta suara maka PILKADA akan mudah dimenangkan etnis Cina, sehingga Gubernur se Indonesia dapat dipastikan akan selalu mereka raih, untuk selamanya.

    Setelah semua Pilkada dikuasai maka berikutnya 200 juta imigran akan kembali masuk mengisi berbagai pulau negeri ini hingga tahun 2020, maka PILPRES pun akan mudah sekali mereka menangkan.

    Kini semua tergantung upaya kita

    , tak bisa lagi kita berharap pada DPR dan MPR

    bahkan TNI untuk menghalau ancaman ini.

    Bila sahabat Muslim tak peduli dengan kondisi ini, maka semua proses destruktif ini tak bisa dihentikan, dan tak ada jaminan anak cucumu terbebas dari murtad.

    Pada saat itu, setiap hari akan menjadi hari yang berat untuk dilalui, penindasan dan perang sudah pasti tak terelakan.

    Buka mata buka hati wahai saudaraku, beberapa negara Muslim sudah mengalaminya, kini hancur lebur negaranya, kita adalah target mereka berikutnya.

    Kondisi mungkin akan segera berubah dalam hitungan bulan, dalam kusrun 1 atau 2 tahun, semua proses sudah berjalan. Lakukan sesuatu wahai saudaraku, beritakan ini pada sahabat dan pada setiap Muslim di negeri ini, sampaikan dengan pelan, dengan kadar yang saudara kita mampu menerimanya. Sungguh Allah Maha Melihat upayamu, hingga kelak Allah akan selamatkan anak cucumu karena upayamu hari ini, semoga kita semua Husnul Khotimah, Aamiin.

    Kondisi sebenarnya.
    Hanya mengingatkan … Akankah peduli?

    [Mohon agar dapat disebar-luaskan dengan cara yang arif lagi bijaksana, mudah-mudahan bermanfaat bagi segenap kaum Muslimin NKRI]
    ___________
    *Cendikiawan Muslim Indonesia

  19. baca artikel diatas, saya jadi jadi menertawai sekaligus menangisi diri sendiri seperti lirik collective soul : “and i laugh for my self, while the tears goes down”. Berarti istri saya “sipit pribumi” karena sehari harinya dia menggunakan boso jowo, bahkan kromo dan mempraktekkan budaya jawa dalam pergaulannya sehari hari (dia lahir dan besar di jawa). Sedangkan saya berarti jawa non pribumi karena selain tidak bisa berbahasa jawa, lahir dan besar di jakarta membuat saya tidak/jarang bergaul dengan tetangga (eksklusif).
    Artikel yang mencerahkan…

  20. Salam kenal buat semua patriot garuda dan sesepuh. semoga selalu sehat…baca artikel di sebelah di tembaga pura sedang terjadi penyanderaan warga oleh KKB. Apakah beritanya benar sesepuh

Leave A Reply