PERTEMPURAN YANG (SEMAKIN) BERBAHAYA DI ERA DRONE

28

“Pertempuran Darat yang (Semakin) Berbahaya di Era Drone”

 

DRONE DRONE 2

FD Roosevelt (Presiden AS ke 32, masa jabatan 4 Maret 1933 – 12 April 1945) pernah berkata, “Hitler membangun benteng yang sangat kuat di seluruh Eropa. Namun dia lupa memasang atap diatasnya”. Tentu bukan atap dalam arti sesungguhnya yang dimaksud. “Atap” disini adalah berarti kekuatan udara atau pertahanan udara yang cukup untuk mengimbangi atau menahan gempuran udara pihak Sekutu. Perang Dunia II memang menjadi ajang pembuktian pertama dalam sejarah perang umat manusia tentang begitu pentingnya superioritas udara. Keunggulan Jerman diawal PD II pun juga karena didukung oleh armada udara Luftwaffe-nya yang sangat ditakuti musuh-musuhnya.

Prinsip penguasaan udara itu yang masih dijalankan hingga kini dalam berbagai pertempuran pasca PD II. Seiring dengan perkembangan teknologi, berbagai teknologi terus dikembangkan demi menjaga prinsip tersebut. Dimulai dari memaksimalkan kecepatan dengan mesin jet, kemampuan terbang semakin tinggi, stabilitas bermanuver, perang elektronik, penyamaran terhadap gelombang radar dan, yang relatif baru, drone atau pesawat nir-awak.

Khusus tentang drone, banyak negara yang mengembangkan teknologi ini terutama negara-negara yang menjaga kemampuan kompetitif militernya. Dengan bujet yang jauh lebih rendah dibanding pengembangan pesawat berawak, drone juga sangat mengurangi jumlah korban pilot tempur. Penggunaan drone juga membuat faktor keterbatasan fisik manusia, terutama dalam mengatasi gaya gravitasi, tidak menjadi masalah berarti. Dan dengan semakin majunya teknologi pendukungnya, -seperti teknologi radar, penginderaan, telekomunikasi, audiovisual, penuntun dan senjata-, maka drone pun bisa sama mematikannya dengan pesawat berawak atau bahkan lebih.

Paling tidak itu yang terdata dari perang di wilayah pegunungan (bahasa Russia : Nagorno) Karabakh antara Azerbaijan dan Armenia.

Ratusan video yang dirilis oleh Azerbaijan menunjukkan berbagai serangan dari udara terhadap berbagai kendaraan tempur, senjata berat, pasokan dan konvoi bala bantuan milik Armenia. Serangan udara tersebut diduga kuat dilakukan lewat drone. Jika mengutip sumber-sumber tidak resmi, drone yang menjadi sistem tempur utama militer Azerbaijan dalam konflik tersebut adalah drone Bayraktar TB2 buatan Turki dalam jumlah yang tidak diketahui. Drone canggih ini dapat melakukan serangan yang presisi dari ketinggian yang relatif aman menggunakan rudal mikro berpemandu laser kecil, atau membantu mengarahkan serangan artileri yang mematikan.

Berdasar kuantifikasi visual yang dilakukan Oryx (pengamat perang dan persenjataan) terhadap ratusan video yang dirilis oleh militer Azerbaijan, kerugian yang diderita kekuatan darat Armenia sangat signifikan. Di hari pertama serangan drone, militer Azerbaijan memfokuskan pada kendaraan pertahanan udara Armenia di Karabakh. Armada buatan tahun 70-an dan 80-an di era Soviet tersebut tidak mampu mendeteksi kedatangan drone yang mampu menyerang dari jauh dan dari ketinggian yang berada diluar jangkauan resolusi hanud tersebut. Hasilnya, armada tersebut dihancurkan dengan mudah nyaris tanpa perlawanan. Bahkan baterai rudal udara S-300 dan 2K12 yang lebih kuat dengan radar jarak jauhnya juga ikut diserang.

Setelah beberapa hari pertama dimulainya serangan drone, fokus serangan ditujukan pada kendaraan, fasilitas, dan artileri di belakang atau yang mendekati garis depan. Berikut ini adalah daftar tidak lengkap kendaraan Armenia yang rusak, hancur atau dirampas. Secara keseluruhan, jumlahnya setara dengan kehancuran sekitar lima batalyon kekuatan lapis baja.

– 144 T-72A dan T-72B MBT
– 35 BMP-1 dan BMP-2 tank infantri
– 19 MT-LB APCs, banyak diantaranya dilengkapi senjata berat
– 310 truk, jip dan berbagai jenis kendaraan ringan

Ingat, daftar ini hanya berdasarkan dari video yang dirilis oleh militer Azerbaijan. Kerugian sebenarnya tentu akan lebih besar jika terdapat serangan yang tidak didokumentasikan.

Kerugian artileri Armenia juga sama menyedihkannya. Tercatat pada 22 Oktober 2020, kehancuran artileri mereka

setara dengan penghancuran enam atau tujuh batalion artileri yang jika dirinci secara keseluruhan:

– 49 122-mm dan 152-mm howitzer derek dan senjata lapangan
– 12 2S1 dan 2S3 howitzer self-propelled berlapis baja
– 52 peluncur BM-21 Grad 122-milimeter roket berpeluncur banyak
– 3 BM-30 dan WM-80 heavy multiple rocket launchers

DRONE 2

Setelah itu, mulai sekitar pertengahan Oktober, rekaman drone menunjukkan serangan difokuskan pada posisi pasukan infanteri, terutama yang berada di dekat garis depan.

Namun perlu diingat, karena Bayraktar menggunakan amunisi MAM-C 20 pon dan MAM-L 50 pon (dibandingkan dengan rudal anti-tank Hellfire 105-110 pon), serangan terhadap tank mungkin tidak selalu mengakibatkan kehancuran atau kerusakan berat. Dengan demikian, bisa saja beberapa kendaraan yang ditargetkan dapat dikembalikan ke kondisi operasional — kecuali jika berhasil dirampas oleh pasukan darat yang bergerak maju. Juga patut diperhatikan bahwa kondisi medan perang di Karabakh adalah pegunungan yang minim dengan perlindungan vegetasi. Hal ini tentu memudahkan pengamatan, penentuan target dan peluncuran rudal dari jarak yang cukup aman bagi drone penyerang.

Tetap saja ini menunjukkan semakin ganasnya drone dalam perang modern, terutama bagi pasukan darat. Dengan biaya yang jauh lebih murah, drone bisa menyebabkan kehancuran yang fatal bagi kendaraan tempur lainnya yang mungkin saja jauh lebih mahal. Jika melihat gambar diatas, harga drone tak berawak buatan Turki itu sekitar $ 5 juta USD. Harga untuk versi terbaru dari tank tempur utama M1 Abrams adalah sekitar $ 20 juta USD, belum termasuk nyawa para prajurit di dalamnya. Dan jika gambar di atas merupakan indikasi, setiap drone dapat membunuh dua tank. Per sekali misi.

Jadi apakah drone adalah salah satu penentu akhir nasib pasukan darat dalam perang di masa depan?

Ya dan tidak. Tergantung perspektifnya.

Dalam pertempuran di Karabakh, pasukan darat Azerbaijan juga tetap berperan besar. Bahkan jumlah korban di pihak AD Azerbaijan juga banyak, meski tidak pernah di rilis jumlahnya. Drone, sebagaimana alutsista udara lainnya, adalah untuk memastikan bahwa wilayah udara aman dari penguasaan musuh serta memudahkan gerakan pasukan darat. Selanjutnya untuk mengamankan teritorial, tetap saja harus dilakukan oleh pasukan di darat. Bagaimanapun, pasukan Azerbaijan sedang berjuang merebut kembali wilayah mereka sendiri yang memang diakui oleh dunia internasional sebagai milik mereka.

Dan, seperti juga alutsista lainnya, drone adalah bagian dari peralatan militer yang dijalankan selama pertempuran yang belum tentu mendefinisikan hasil akhir perang. Lihatlah gerilyawan Afghanistan yang tidak henti-hentinya diserang oleh drone tentara pendudukan AS. Toh pada akhirnya gerilyawan tersebut gagal ditaklukkan sepenuhnya hingga terjadinya pembicaraan damai dengan AS beberapa bulan lalu. Keinginan kuat untuk mengusir penjajah tidak membuat para pejuang tersebut berhenti berperang, terlepas dari apapun yang menyerang mereka.

Karena sehebat apapun kemampuan lawan, semangat juang dan keyakinan berada di jalan yang benar harus selalu hadir di sanubari setiap pejuang. Meski perang memang menjadi semakin membahayakan bagi mereka yang berjuang di darat.

Bogor, 13 November 2020

Share.

28 Komentar

  1. sangat menarik bung, bagaimana dengan pengembangan drone kita baik di dalam maupun di LN? apakah gagak hitam di timur bisa dilibas dg drone & meminimalisir pasukan darat? dengan jenis drone pemburu , mumpuni tek. infra red utk menembus vegetasi & malam hari?

    • Pejuang Shubuh on

      harusnya tanya yang baru pulang dari Turki bawa apa saja ya? Masa iya ga bawa oleh-oleh, sedangkan di Turki sendiri, ada 7 perusahaan pertahanan yang masuk daftar top 100 perusahaan pertahanan terbaik di dunia. Cuma jangan terlalu berharap banyak, karena kita sudah tau sama tau, kalau Pilpres di AS yang menang demokrat, ya alamat bakalan mandek MEF, ditambah Papua, Poso, LGBT, HAM, isu Agama, dan isu-isu lainnya (perang asimetris Non military) bakalan terus, waktu republic memimpin juga ada tapi ga terlau kenceng, karena basic republic pendukungnya Industry Military complex, beda dengan demokrat pendukungnya yang dagang obat, LGBT, HAM, dsb, plus main mata sama cina. Sempet ada celotehan di warkop Patriot garuda, kalau si biden menang Indonesia dibagi dua Barat punya cina, Timur punya AS, plus nanti bakalan rame lagi yang demo Papua merdeka, aduh… kelepasan…

      • tambah berat nampaknya asimetrisnya, kepalanya sudah pencet tombol si menda itu. isu lingkungan sawit juga bakal rame bung ps.

        paling tidak yang dibawa bikin kita sedikit di atas ajerbaijan bung ps. semoga bung ps sehat selalu

  2. Pemburu rajawali on

    Sebetulnya mau jitak dan tonjok sebuah negara yg dukung OPM itu mudah kok asal berani aja presidennya. 1. Panggil Dubes Inggris-australia. 2. Panggil perwakilan ekonomi-perdagangan Inggris-australia. 3. Stop impor dan ekspor Inggris-australia. 4. Panggil pulang Dubes kita dan persona non Grata Dubes mrk . 5. Putuskan hubungan diplomatik terbatas.. kira2 mikir ga tuh mrk. Efek bagi kita ada atau tidak ? Yg pasti ada lah. Tapi Nasionalisme dan ketahanan sbg bangsa itu harga mati.. itu klo pemerintah nya berdaulat penuh

    • Coba di viralkan penyataan OPM, sapa tau ditindak dengan. Cepat dan lugas…nganu …nganu biasanya yang viral cepat di tindak seperti sesuatu yg viral di masa lampau..

  3. Bagaimana kekuatan,kemampuan diplomat diplomat RI saat ini dalam meng..counter isu papua..?
    Mudah mudahn selevel saat kepemimpinan Alm. Bapak Mochtar Kusuma Atmaja.
    Jangan lupa..dibersihkan juga Aparat yg di daerah..supaya tidak terulang kembali peristiwa tim tim . Capek capek basmii seoaratis,,nggak taunya ada suplayer dari dalam. Getuk mangan getuk.

  4. Dukun nya blm kasih pencerahan harus gimana karena persyaratan dukun tsb kalau mau tahu jalan terbaik mengenai opm harus kasih sesajen pulau papua kepada rakyat papua sendiri :)…. Viva papua.

  5. Drone memang alutsista yang patut diperhitungkan dan dikembangkan. Dengan mobilitas dan pergerakkan cepat apalagi bila memuat rudal akan sangat mematikan pasukan yang ada di darat baik infantri maupun artileri yang tidak mempunyai pertahanan udara. Drone dan rudal patut menjadi program unggulan dan prioritas nasional. Mengenai isyu papua contohlah cina, tidak perlu dihiraukan, ” cukup perkuat militer dan ekonomi”, Apalagi papua secara de yure dan de facto ada dibawah NKRI. Cina saja cukup menunjukkan kekuatan militer di lcs walau di pengadilan arbitrase internasional kalah namun secara de factor mereka lah yang berkuasa. Belajar dari pengalaman di timor2 dimana saat itu, indonesia lemah secara ekonomi dan di embargo secara militer oleh barat dimana saat itu ketergantungan indonesia atas alutsista barat masih cukup besar maka cukuplah menjadi pelajaran berharga buat indonesia.

  6. Bapake menteri sosial ketangkap kpk maning.
    Maem bansos covid 19…nang ndi nurani anda bapake ?.
    Drone milik kpk manteep tenan.

  7. Jenggot bonar on

    Kok tulisan bung NAMRAENU ini sama persis dengan statemennya bapak marsekal fajar Prasetya.S.E. M.P.P, jangan” anda ini ajudan yang bawa map di belakangnya itu ya ……hehehe

Reply To mataram Cancel Reply