MENGENAL Menkopolhukam
Laksamana (Purn.) Tedjo Edhy Purdijatno (lahir di Magelang, Jawa Tengah, 20 September 1952; umur 62 tahun[.. adalah Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Republik Indonesia yang menjabat sejak 27 Oktober 2014. Pak Tedjo juga pernah menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Laut periode 2008-2009. Setelah Sri Sultan Hamengkubuwono X mengundurkan diri dari organisasi massa (ormas) Nasional Demokrat (Nasdem) sebagai Ketua Dewan Pembina (Wanbin), Pak Tedjo Edhy Purdijatno ditunjuk untuk mengisi posisi yang ditinggalkan Sri Sultan Hamengkubuwono X. Selanjutnya ia ditunjuk sebagai Pejabat Sementara Ketua Umum organisasi massa (ormas) Nasional Demokrat (Nasdem)
Pendidikan dan karier
Pak Tedjo menamatkan pendidikan militernya di Akademi Angkatan Laut (AAL) angkatan 21 tahun 1975. Selain itu pendidikan militer lainnya yang pernah diikuti adalah Kursus Perwira Remaja, Dikbang ABRI, Sus Prostis, Diklapa 2, Seskoal Angkatan 29, Sesko ABRI, dan Lemhanas KRA 34.
Karier
Dalam karier militernya, Pak Tedjo pernah selama 14 tahun mengabdi di Satuan Udara. Kemudian mulai tahun 1982 bertugas di KRI, antara lain, sebagai Palaksa KRI Teluk Penyu (513) Satuan Amfibi Armatim. Kemudian Komandan KRI Teluk Lampung (540) Satlinlamil Surabaya, Komandan KRI Teluk Semangka (512) Satfib Armatim, dan Komandan KRI Multatuli (561)Satfib Armatim
Selanjutnya Pak Tedjo Edhy ditugaskan di Mabes AL sebagai Paban VI Binkuat Sopsal Kasal Mabesal, Komandan Satfib Armatim, Asrena Mako Armatim, Kapok Sahli A Kasal Bidang Wilnas, Komandan Guskamla Armabar, Kepala Staf Koarmatim, Wakil Komandan Seskoal. Lalu Sahli Tingkat III bidang Hubintek Mabes TNI, Staf Ahli Manajemen Nasional Lemhanas, Panglima Koarmabar, Asisten Perencanaan Kasal, dan Dirjen Perencanaan Pertahanan Dephan, Komandan Sesko TNI, Serta Kepala Staf Umum TNI .
beliau dilantik pada tanggal 1 Juli 2008 oleh Presiden RI, menggantikan Laksamana TNI Sumardjono yang memasuki masa pensiun. Sebelumnya pak Tedjo Edhy menjabat sebagai Kepala Staf Umum TNI.
Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno secara resmi digantikan sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Laut oleh Laksamana Agus Suhartono pada tanggal 13 November 2009.
Penghargaan
Bintang Dharma
Bintang Yudha Dharma Pratama
Bintang Yudha Dharma Naraya
Bintang Jalasena Utama
Bintang Jalasena Pratama
Bintang Jalasena Naraya
Bintang Kartika Eka Paksi Utama
Bintang Swa Buana Paksa Utama
Bintang Bhayangkara Utama
Pingat Jasa Gemilang (Dari pemerintah Singapura)
grand cross knight to the order of crown of Thailand (Dari Kerajaan Thailand Bendera Thailand
Panglima Gagah Angkatan Tentra (Kehormatan) (Dari Kerajaan Malaysia)
Satya Lencana GOM IX/RAKSAKA DHARMA
Satya Lencana Kesetiaan VII
Satya Lencana Kesetiaan XVI
Satya Lencana Kesetiaan XXIV
Satya Lencana Dwidya Sistha
Satya Lencana Kebaktian Sosial
Satya Lencana Dharma Nusa
Kisah Heroik Bapak Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno
KRI TELUK LAMPUNG
Kisah yang satu ini adalah salah satu kisah heroik Beliau saat Bertugas di KRI TELUK LAMPUNG, kisah yang pernah terjadi ini dikarenakan ada satu hal yang mungkin bisa kita semua tiru yaitu mengenai sebuah bentuk tanggung jawab tanpa pamrih.
KRI Teluk Lampung, salah satu dari kapal type Frosch yang dipurchase dari Jerman Timur dalam perjalanannya dari Jerman kembali ke Indonesia diperairan Perancis telah mengalami terjangan badai yang sedemikian rupa hebatnya, sehingga pintu rampa depan terbuka dan air masuk kedalam ruangan ruangan dikapal.
Kapal mengalami trimm (miring) kedepan yang luar biasa besarnya dan mengalami kondisi probabilitas untuk tenggelam yang tinggi tetapi pada kenyataannya tetap tidak tenggelam.
Kenapa?
Hal ini adalah tidak lain dan tidak bukan berasal dari design “zwei kompartement schiffe”, (kapal dengan dua kompartemen) yang biasa digunakan oleh Angkatan Laut Negara Timur (Rusia). Design seperti ini biasanya memiliki sepuluh sampai dua belas ruangan, yang satu sama lain dipisahkan oleh dinding dan pintu kedap. Keseluruhan peralatan kapal yang memiliki pengaruh amat tinggi terhadap pengoperasian kapal (seperti system pendorongan, system pengendalian tempur dll) , dibagi dalam ruangan yang berbeda, yang dalam keadaan normal akan saling menujang, tetapi didalam keadaan darurat juga mampu berdiri sendiri.
Kapal yang memiliki design semacam ini dicanangkan akan tetap terapung dan bahkan akan tetap mampu bertempur juga apabila separoh dari keseluruhan ruangannya telah tergenang air akibat kebocoran.
Beberapa contoh kapal milik kita yang memiliki design ini adalah antara lain adalah kapal jenis MPK (Mally Protiwolodotsky Korabli, kapal perang kecil anti kapal selam) type Parchim, kapal LST highspeed type Frosch I dan II, serta juga kapal penyapu ranjau samudra type Kondor. (Kapal PFK Parchim, Frosch dan Kondor ini merupakan bekas kapal NVA, (Neue Volks Armee / Angkatan Laut Jerman Timur) yang telah kita “purchase dan upgrade” sebanyak tiga puluh Sembilan kapal sekaligus).
Dalam kondisi yang demikian parahnya itu kapal tersebut telah ditolong dan diselamatkan oleh sebuah kapal penyelamat Perancis, lalu diseret kesalah satu pelabuhan Perancis untuk mengalami perbaikan seperlunya dan kemudian meneruskan kembali perjalanan pulang ke Tanah Air dan tiba di Indonesia dengan selamat.
Pada saat keseluruhan awak kapal akan dievakuasi oleh team penolong dari Perancis, (karena keadaan kapal yang dianggap telah amat kritis) sang Komandan Kapal saat itu Mayor Laut Tedjo Edhi Purdiyatno, menolak untuk ikut dievakuasi dan memilih tetap tinggal dikapal dan bahkan bila perlu apabila kapal sampai tenggelam, memilih akan ikut tenggelam bersama kapalnya!
Karena itu mereview sejarah heroik tersebut dan tentu saja juga mereview keseluruhan kapabilitasnya yang lain, kelak dikemudian hari Beliau diangkat menjadi KSAL ;
“Jalesveva Jayamahe”
NB:
Pak Tedjo ini menjabat KSAL pada tahun 2008 menggantikan KSAL Pak Sumarjono yang adik licting pak Slamet Soebijanto KSAL sebelumnya yang diganti pada thn 2007
Pak Tedjo menjabat KSAL selama 1 tahun 3 bulan sedangkan Pak Sumardjono menjabat KSAL selama 8 bulan , KSAL sebelumnya pak Slamet Soebijanto menjabat selama 2 tahun 9 bulan dan terkesan pergantian secara mendadak
Pak Tedjo ini Lulusan AAL angkatan 21 ,sedangkan pak Sumardjono angkatan 20 dan pak Selamet Soebijanto angkatan 19 dan Pada saat Pak Tedjo menjabat KSAL (dilantik) di TNI AL ada 3 orang Bintang 4 yang aktif belum pensiun, hehehehe
Sebelum menjabat Kasal pak Teddjo adalah Kasum TNI dan mengalahkan Wakasal saat itu yaitu pak Laksamana Madya Yosaphat Didik Heru Purnomo,
Jabatan Kasal biasanya di promosikan dari para bintang 3 yang pernah memimpin komando armada
Suami dari Ibu Ana Tedjo Edi Purdijanto lah yang saat menjabat KSAL yang Memimpin wisuda Purna Wira Pak Selamet Soebijanto pada Oktober 2009
Di wikipedia Profil beliau telah dilengkapi (disunting) hari ini dan lebih lengkap datanya
DiRakum dari beberapa sumber Oleh Bapak Satrio Suroboyo dan Bapak Pocong Syereem 🙂
7 Komentar
Two Thumb buat Bung Satrio dan Bung PS
Siap Pak…
Hmm… berdedikasi tinggi ternyata beliaunya
udah jarang patrio sejati macam beliau ini.. saya kira cuman ada di kisah2 heroik novel ataupun film layar lebar aja.. ternyata kita punya patriot sejati yg melegenda juga…
Mantap infonya bung, selamat bertugas pak
Mungkin karena kisah Beliau, katanya Beliau adalah salah satu petinggi TNI yg tidak suka beli barang bekas, karena menyangkut keselamatan nyawa prajurit. Semoga benar adanya, sehingga sekarang dan kedepannya TNI tidak lagi membeli alutsista bekas krn alasan keterbatasan anggaran ( jadi seakan2 menyatakan kelebihan nyawa prajurit). Kombinasi Jokowi, Jk, RR dan TEP Insya Alloh akan membawa kejayaan TNI dan Kejayaan NKRI.
Kisah Heroik nya mengingatkan saya akan kisah Heroik serupa sebelumnya. Komodor Laut Yos Sudarso yg ikut tenggelam bersama KRI Matjan Toetoel. Bedanya Hanya KRI Teluk Lampung tdk sampai tenggelam.
Salute utk Pak Tedjo, kisah yg benar2 menginspirasi..