“Sekilas tentang Marinir TNI AL dan penerimaannya”

13

Artikel ringan “Sekilas tentang Marinir TNI AL dan penerimaannya”

Metode perekrutan prajurit Marinir langsung diambil dari masyarakat. Namun menjadi seorang Marinir tidaklah mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi. Seseorang yang berminat dan bercita-cita menjadi Marinir harus melewati beberapa tahap pendidikan dan seleksi yang ketat dan cukup berat.

1533923_1581462412075574_5170663642083591388_n

Tahap pertama, mereka harus lulus seleksi penerimaan calon prajurit TNI AL. Tahap kedua, adalah lulus pemilihan menjadi calon Marinir dari semua calon prajurit TNI AL itu. Sedangkan tahap terakhir adalah lulus dan selamat dari pendidikan khas Marinir di pusat pendidikan Marinir.

Mereka yang ingin menjadi Perwira Marinir dapat melalui akademi TNI AL dan khusus dari Sarjana lewat Komando Pendidikan TNI AL. Sedangkan bagi mereka yang ingin menjadi Bintara melalui pendidikan Calon Bintara. Dan untuk menjadi Tamtama Marinir melalui pendidikan Calon Tamtama yang kedua-duanya di bawah Kodikal.

Khusus untuk Calon Perwira Marinir yang dididik lewat Akademi TNI AL, 25 persen dari yang terpilih menjadi Taruna Korps Marinir akan merasakan dunia Marinir tatkala mereka dilantik menjadi Kopral Taruna. Pada tahap inilah para Taruna Korps Marinir mulai digembleng, ditempa dan dibentuk menjadi calon-calon Perwira Marinir yang handal dan profesional.

Pada pangkat Sersan Taruna, mereka mulai dibekali mata kuliah kejuruan Marinir Tahap I. Pada saat ini, mereka diwajibkan untuk mengikuti antara lain : pendidikan Komando di Puslatpur Baluran-Banyuwangi untuk mendapatkan Brevet Komando serta mengikuti pendidikan kwalifikasi menembak senapan dan pistol untuk memperoleh brevet senapan maupun menembak pistol. Pada pangkat Sersan Mayor Taruna mereka dibekali mata kuliah Kejuruan Marinir Tahap II, dimana diantaranya mereka diwajibkan untuk mengikuti pendidikan Para Dasar untuk mendapatkan Brevet Para Dasar.

Usai pelantikan menjadi Perwira Marinir dengan pangkat Letnan Dua Marinir, para lulusan Akademi TNI AL ini masih digembleng lagi sebagai Perwira Siswa (Pasis) guna mendalami ilmu-ilmu ke Mariniran selama setahun.

10301936_1581462348742247_8743553404444140047_n

Usai lulus dari pendidikan Pasis, barulah mereka resmi dikirim ke satuan-satuan tempur yang ada di Korps Marinir dengan jabatan awal sebagai Komandan Peleton. Disinilah awal pengabdian mereka sebagai Perwira Korps Marinir.

Untuk Calon Bintara dan Tamtama Korps Marinir, setelah melewati tahap Pendidikan Dasar Kemiliteran selama tiga bulan di Komando Pendidikan TNI AL Surabaya, sekitar 30 persen diantara para calon yang terpilih masuk ke kejuruan Korps Marinir segera dikirim ke Pusat Pendidikan Korps Marinir di Gunung Sari Surabaya untuk mengikuti pendidikan tahap kejuruan Marinir.

Di Pusdikmar inilah para calon Marinir akan dihadapkan pada model pendidikan khas Marinir yang terkenal keras dan tak kenal kompromi. Dan disini pulalah mereka harus memilih antara dua pilihan, mundur atau maju menjadi Marinir. Bagi yang bermental baja dan menganggap Marinir sebagai pilihan kata hati maka mereka akan maju terus menghadapi semua tahap pendidikan. Namun bagi mereka yang tidak siap, Korps Marinir akan mengembalikan mereka kembali ke masyarakat.

Model pendidikan khas Marinir yang di hadapi para calon diawali dengan sebuah tahap yang dikenal dengan pekan orientasi. Pada tahap ini, mereka harus melewati beberapa problem yang semuanya difokuskan untuk menguji kesiapan mental, disiplin, ketahanan fisik maupun intelijensi mereka.

Dibawah tangan-tangan para pelatih yang bertemperamen khas Marinir mereka harus siap menahan ujian mental, fisik khas Komando Marinir. Mereka harus rela tidur di sembarang tempat, baik di pohon, di sungai maupun di rawa-rawa. Mareka juga harus sering menutup mata bila rekan mereka yang kurang siap mental dan fisik digotong oleh petugas kesehatan yang akan menjadi pengantar mereka untuk kembali ke masyarakat.

Setelah pekan orientasi terlewati, para calon Marinir kemudian mengikuti tahap pembelajaran yang meliputi teori maupun praktek. Di sinilah mereka akan mempelajari dan mendalami doktrin-doktrin operasi amfibi dan operasi darat serta materi penunjang lain yang berkaitan dengan profesi mereka sebagai prajurit.

Tahap berikutnya yang merupakan tahap terberat adalah tahap pendidikan komando yang dilaksanakan sekitar dua bulan. Pada tahap yang harus diikuti pula oleh para Taruna Korps Marinir dari Akedemi TNI AL ini, semua calon harus menerapkan semua materi yang diperolehnya dalam bentuk skenario latihan pertempuran yang lengkap, terjadwal dan terus-menerus. Tahapan yang harus dilewati para calon Marinir ini terdiri dari : Tahap Komando, Tahap Laut, Tahap Hutan, Tahap Gerilya Lawan Gerilya dan Tahap Lintas Medan dimana semua siswa harus mampu melaksanakan jalan kaki sejauh 450 km dari Banyuwangi – Surabaya melewati berbagai bentuk medan seperti pengunungan, lembah, jurang, medan berbatu, berpasir dengan memotong empat gunung yaitu pegunungan Ijen, Argopuro, Tengger dan Bromo.

Setelah tahap ini terlewati, semua siswa harus mengikuti latihan pendaratan amfibi. Di sinilah masa awal mereka dikenalkan dengan penggelaran operasi amfibi yang sebenarnya.

Usai pendaratan merupakan tahap yang paling menegangkan dan juga menyenangkan bagi para calon Marinir. Di bawah terpaan gelombang pantai sebatas pinggang, bagi yang dinyatakan lulus akan mengikuti upacara sakral pembaretan. Disinilah akhir pendidikan yang merupakan masa awal mereka menjadi prajurit Marinir sejati.

Setelah resmi masuk menjadi keluarga besar Korps Marinir, para Marinir muda ini kemudian dikirim ke satuan-satuan tempur yang ada untuk menambah dan memperkuat jajaran Korps Marinir. Di Kesatuan yang baru ini, para Tamtama, Bintara Remaja Marinir yang baru lulus pendidikan, termasuk para Perwira Remaja Marinir tetap dibina dalam suatu sistem pembinaan yang terpadu, terprogram dan berlanjut sehingga mereka dapat menjadi prajurit yang profesional.

“Kami bukan yang terbesar, Tapi kami berusaha menjadi yang Terbaik dan Kami tidak memiliki apa-apa selain Kebanggaan menjadi Marinir” ~JALESU BHUMYAMCA JAYAMAHE~

Share.

13 Komentar

    • maaf numpang urutan 1 ya bung Goel 🙂

      OOT nih (mancing mania) :
      Coba perhatikan penggambaran peta Indonesia..
      Setiap penggambaran peta di lambang-lambang negara, wilayah kalimantan sisi Utara selalu ikut tergambar sedangkan Papua New Guinea yg sama-sama berbatasan darat tidak..

      tanya.. mengapa?

  1. semoga dengan pergelaran Marinir di Papua akan mengurangi kecemasan kita terhadap penempatan pasukan ASU di Darwin yang secara kasat mata memang ditujukan kepada kita. Papua dan SDAnya memang menggiurkan, maka Korps Marinir tentu harus diperkuat alutsistanya baik kuantitas maupun kualitasnya. Salam NKRI.

  2. “Tahap Komando, Tahap Laut, Tahap Hutan, Tahap Gerilya Lawan Gerilya dan Tahap Lintas Medan” <—

    Kenapa disebut "Tahap Komando"?
    Apakah melahirkan prajurit-prajurit berkualifikasi komando seperti di Kopassus dan Korpaskhas?

    Sedangkan pendidikan kecabangan infanteri yang meraih brevet Yudha Wastu Pramuka tidak dilabeli "komando", ya?
    Apakah ada perbedaan yang mencolok?

  3. marinir ditempa hidup dari alam tampa ada sokongan logistik dan harus mampu melewatinya dan bertahan hidup,termasuk diuji untuk menahlukkan mahluk takkasat mata.
    pendapat pribadi kalau salah maafkan daku.

  4. cita – cita pengen masukin anak ke TNI tapi rada takut liat latihannya..apa kuat apa kaga walau anak skrng SMP kelas 2 tapi dari postur bisa masuk tingginya skrng aja 170 cm takut ga kuat.

  5. Dibentuk pertama kali 1945 dgn nama Corps Marinier. Ini mungkin mengikuti Marinir Belanda.
    .
    Kemudian diubah namanya jadi Korps Komando Operasi / KKO.
    Nah ini yang saya masih belum tahu kenapa dinamai seperti itu.
    .
    Pada zaman orba, diubah lagi namanya jadi Korps Marinir.
    .
    Apakah nama “KKO” dgn “komando”-nya itu ingin mengikuti marinir Inggris (Royal Marine Commando) yang memang berkualifikasi komando dan infanteri ringan?
    .
    Kalau saya lihat sepertinya juga mulai mengadopsi marinir AS (USMC) yang lebih kepada pasukan konvensional gerak cepat, didukung bantuan tempur berat seperti tank dan artileri berat.
    .
    Batalyon intai amfibi marinir pun sepertinya mengacu pada force recon dan reconnaissance battalion MEF (Marine Expeditionary Force) USMC yang lebih menekankan pada tugas intai tempur untuk memberikan data pada satuan marinir besar di belakangnya.
    .
    Sedangkan RMC lebih ke light infantry untuk tugas2 khusus komando, dan didukung oleh satuan lain untuk bantuan tempur seperti meriam2 kapal laut AL Inggris dan bom2 pesawat tempur AU Inggris.

  6. Yang jadi pertanyaan, PERTAMA : kenapa komandan korps Marinir kita cuma bintang dua .. kok ndak bintang tiga, terlebih nanti Divisi III yang di Sorong telah rampung.
    Sedangkan Pangkostrad yang membawahi dua divisi saja, berbintang tiga …
    KEDUA : kira-kira kapan ya Panglima TNI kita berasal dari KORPS MARINIR … kok kayaknya nggak pernah tuh …
    terlebih pemerintahan sekarang katanya berorientasi MARITIM.
    kedua pertanyaan diatas selalu saja mengganjal di benak saya .. semoga aja para sesepuh memberikan jawaban yang manstabz ….

    • Lha jangankan panglima TNI bung, untuk KASAL saja kayaknya didominasi pelaut bukan marinir, ini kayaknya lo just IMSO (in my sotoy opinion) :mrgreen:

Leave A Reply