CATATAN ISENG MAHLUK HALUS JILID 8

51

CATATAN ISENG MAHLUK HALUS
JILID 8

PENERBAL

Dengan diakui prinsip Negara kepulauan oleh PBB, maka sejak itu Indonesia menjadi Negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas laut mencapai 5,8 juta Km2. Selain laut yang demikian luas, perairan Indonesia juga memiliki nilai yang sangat strategis, baik di lihat dari aspek pertahanan maupun dari aspek ekonomi. Hal itu terutama disebabkan oleh posisi geografisnya yang menghubungkan dua samudera dan dua benua, ditambah dengan adanya pergeseran pusat pertumbuhan ekonomi dunia ke wilayah asia pasifik sejak lahir abad XX. Dari aspek pertahanan, perairan Indonesia berada diantara dua samudera yang sejak lama dijadikan wilayah perebutan pengaruh oleh Negara-negara besar. Dari aspek ekonomi, perairan Indonesia merupakan salah satu jalur perdagangan yang paling ramai di dunia, selain juga merupakan gudang berbagai sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua Negara.

Salah satu konsekuensi dari posisinya sebagai Negara kepulauan yang demikian strategis, Indonesia harus memiliki kemampuan untuk mengamankan dan mengendalikan perairannya, baik dimasa damai maupun di masa perang. Sebagaimana di Negara-negara lain, tugas tersebut dibebankan kepada angkatan laut dengan bantuan berbagai instansi lainnya. Untuk melaksanakan tugas tersebut, TNI Angkatan Laut telah membangun kekuatan dan kemampuan, satu diantaranya adalah kemampuan penerbangannya. Pembangunan penerbangan angkatan laut merupakan satu keharusan bagi angkatan laut modern, karena pesawat udara memiliki berbagai kemampuan yang tidak dimiliki oleh unsure laut lainnya dan sangat dibutuhkan dalam operasi laut.

10945518_1438317983125284_4662729957027819234_n

Agar pembangunan kemampuan udara TNI Angkatan Laut tidak tumpang tindih dengan kekuatan udara angkatan lain, maka disusun fungsi yang harus
diemban, yang dijadikan sebagai petunjuk, sekaligus menjadi koridor bagi pembangunan kemampuan selanjutnya. Fungsi penerbangan TNI Angkatan laut tersebut adalah: pengintaian udara taktis, anti kapal selam, anti kapal permukaan, pendaratan pasukan lintas helikopter, dukungan logistic cepat dan pengamatan laut terbatas.

Mengingat kompleksitas yang ditemui dalam pelaksanaan keenam fungsi tersebut, maka perlu disusun buku petunjuk taktik Penerbangan TNI Angkatan Laut agar dapat dijadikan referensi bagi awak pesawat, staf perencana maupun para komandan yang memiliki kewenangan mengoperasikan unsur udara.

Negara-negara pantai yang maju hampir semua dari mereka memiliki satuan penerbang di dalam angkatan lautnya. Keputusan untuk membangun kekuatan penerbangan angkatan laut tersebut tentu telah melalui kajian yang mendalam, karena selain penerbangan angkatan laut, sudah dapat dipastikan mereka telah pula memiliki angkatan udara. Tampa mengadopsi alasan mereka dalam membangun penerbangan angkatan laut, secara logika TNI Angkatan Laut juga memmiliki alasan tersendiri akan perlunya pembangunan penerbangannya didalamnya. Alasan tersebut diantaranya adanya perkembangan persenjataan udara, adanya perkembangan tehnologi pengawasan lalu lintas laut melalui udara, didmilikinya karateristik yang spesifik oleh pesawat udara, beaya operasi pesawat udara yang relative murah dan lain sebagainya.

Historis Penerbangan TNI AL

Perang Dunia ke dua memberikan pengalaman berharga bagi eksistensi dan perkembangan penerbangan angkatan laut di dunia. Demikian pula dengan berbagai penemuan di bidang teknologi penerbangan dan keangkatanlautan telah memberikan sumbangan berharga bagi pengoperasian unsur-unsur penerbangan angkatan laut selanjutnya penempatan pesawat-pesawat udara tidak lagi didominasi oleh kapal-kapal induk dan kapal-kapal amfibi raksasa, karena kapal-kapal kombatan semacam fregat, perusak (destroyer) dan penjelajah (cruiser) mampu membawa helikopter untuk menambah kemampuan tempurnya. Peran yang sangat penting dari helikopter tersebut adalah penggunaannya dalam peperangan anti kapal selam dan peperangan ranjau. Begitu pula pada operasi-operasi laut masa kini yang dilakukan oleh berbagai negara seperti Angkatan Laut Inggris pada Perang Malvinas dan Angkatan laut Amerika Serikat pada Perang Teluk, semakin meneguhkan keyakinan betapa kehadiran kesenjataan udara yang menjadi bagian integral dari sebuah Angkatan Laut sangat signifikan. Apalagi kalau mengingat karakteristik geografis negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dimana bagian terbesarnya lautan, maka kehadiran Penerbangan Angkatan Laut sesungguhnya bersifat mutlak.

10931477_1438317303125352_8107613388324372841_n

Termotivasi oleh hadirnya unsur-unsur udara Angkatan Laut di dunia saat itu dan adanya kepentingan strategic sejalan dengan kondisi geografis Nusantara, sejak terbentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) Laut, para putra bahari telah menuangkan gagasan jauh ke depan untuk membentuk penerbangan Angkatan Laut yang diprakarsai oleh para tokoh BKR Laut di Lawang Jawa Timur dengan rencana untuk mendirikan Pemuda Penerbangan Angkatan Laut (PPAL) sebagai pengganti Kaigun Kokusyo yang sebelumnya dibawah kekuasaan Jepang. Gagasan tersebut belum dapat diwujudkan karena terbentur pada kepentingan yang lebih mendesak, yaitu perjuangan mempertahankan kemerdekaan RL Lima tahun kernudian barulah para pemimpin ALRI dapat merealisasikan pembentukan penerbangan sebagai senjata bantuan Armada Angkatan Laut. Pada tanggal 4 Februari 1950 dibentuk Staf Penerbangan, yang kemudian disempurnakan dengan dibentuknya Biro Penerbangan di Staf Angkatan Laut pada tanggal 17 Juni 1956. Sebagai Kepala Biro Penerbangan Angkatan Laut yang pertama diangkat Kapten Pelaut RM Moedjono Poerbonegoro. Kebutuhan akan sumber daya manusia untuk mengawaki organisasi dirasakan mendesak, maka sejak bulan April 1957 dikirim personil secara berturut-turut ke Singapura, India, Inggris dan Amerika untuk dididik menjadi personil pengawak organisasi
Penerbangan, antara lain: penerbang, navigator, ATC, teknisi, listrik, radio, radar, telegrafis udara termasuk juga persenjataan udara. Salah satu hal penting yang patut dicatat adalah mengirim beberapa Perwira ALRI lulusan Koninklijke Intitule Marine (KIM) Belanda untuk dididik menjadi penerbang AL ke Royal Air Force (RAF) inggris, kemudian disusul dengan pengiriman secara teratur beberapa Kadet ke RAF untuk jurusan Penerbang dan Navigator. Selain perwira, bintara juga dikirim untuk menjadi teknisi pesawat udara dan pengatur lalu lintas udara (ATC). Sementara belum memiliki pesawat udara untuk memelihara kemahiran terbang setelah kembali ke tanah air, para perwira penerbang ALRI berlatih di Angkatan Udara Rl (AURI) yang memberi kesempatan untuk menerbangkan pesawat-pesawat Dakota dan Vampire. Pada waktu itu telah diambil dua keputusan penting yang menjadi tonggak sejarah perkembangan. Penerbangan TNI AL, pertama, menentukan jenis pesawat pertama untuk Angkatan Laut ; kedua, membangun Pangkalan Udara Angkatan Laut di Waru. Sebagai kelanjutan dari keputusan penting tersebut dikeluarkan Surat Instruksi KSAL No. A 19/1/4 tertanggal 29 Desembcr 1958 tentang Pembentukan Kesatuan Persiapan Penerbangan Angkatan Laut (KPPALM) berkedudukan di Pangkalan Penerbangan Angkatan Laut Morokrembangan Surabaya. Selama persiapan, semua tenaga administrasi diperbantukan kepada Akademi Angkatan Laut. Tugas KPPALM adalah, menampung dan mendidik para anggota Penerbangan untuk disiapkan sebagai pengawak organisasi Penerbangan Angkatan Laut, menyelenggarakan pemeliharaan peralatan penerbangan yang sudah ada, serta membangun berbagai sarana dan prasarana pendukung operasionaisasi Penerbangan Angkatan Laut. Masuknya pesawat AKS jenis Ganet ke jajaran ALRI yang diawali dengan kontrak pembelian pesawat Gannet AS-4 dan T-5 oleh Kasal dengan pihak Fairey Aviation Ltd (Inggris) pada tanggal 27Januari 1959 di Jakarta, dan penanda tanganan kontrak pembuatan Proyek Waru dengan pihak CITE dari Perancis pada tahun I960, merupakan keberhasilan awal dari KPPKLM dalam membangun Penerbangan AL. Tidak lama kemudian yaitu pada tanggal 1 Maret I960 melalui Surat Keputusan KSAL Nomor A19/1/1 tanggal 25 Januari I960 diresmikan berdirinya Pangkalan Penerbangan Angkatan Laut Morokrembangan (PPALM).

Pada tanggal 7 Pebruari 1960 rombongan pertama pesawat pertama Gannet tiba di tanah air. Begitu pula para personel yang selesai menempuh pendidikan di luar negeri. Pada tanggal 2 April 1960 jabatan PPALM dirubah menjadi Pangkalan Udara Angkatan Laut Morokrembangan (PUALAM), dan pada tanggal 4 April I960 PUALAM diresmikan penggunaannya oleh Perdana Menteri Ir. Djuanda di Morokrembangan, mewakili Presiden RI. Pangkalan Udara Angkatan Laut Waru (Pualwa) sebagai pengganti PUALAM, diresmikan pemakaiannya pada bulan Agustus tahun 1964. Sejak itu kedudukan Pangkalan Udara Angkatan Laut serta Komando Jenis Udara dipindahkan dari Morokrembangan ke Waru Sidoarjo Jawa Timur. Langkah penting lain yang ditempuh Pencrbangan Angkatan Laut adalah pembentukan Skuadron-Skuadron yang didahului kontrak pembelian sejumlah pesawat udara dan pendirian sekolah penerbangan angkatan laut. Selama tahun 1964 ALRI menerima berbagai jenis pesawat terbang dan helikopter yaitu 12 buah pesawat udara IL-28 pembom torpedo dan 14 buah helikopter MI-4 dari Uni Sovyet. Dari sejumlah helikopter tersebut sembilan buah merupakan tipe helikopter anti kapal selam, lima buah helikopter angkut sedang dan helikopter VIP. Selain dari Uni Sovyet, ALRI juga mendapatkan sejumlah pesawat udara dari negara-negara barat yaitu tiga buah helikopter angkut serba guna Allouette dari Perancis dan sebuah pesawat angkut sedang Dakota C-47 dari Belanda. Beberapa jenis pesawat udara juga dibeli dari Amerika Serikat yaitu sebuah pesawat angkut VIP Grand Comander 500, tiga buah Dakota-47 dan empat buah pesawat latih dasar Darter Comander-100 serta dua buah Dakota C-47 dari Australia, serta dua buah pesawat ampibi Albatros UF-2. Dengan masuknya pesawat-pesawat udara tersebut, Penerbangan Angkatan Laut membentuk sejumlah Skuadron sesuai dengan fungsinya. Skuadron-Skuadron tersebut adalah Skuadron Udara-100/Anti Kapal Selam dengan unsur-unsur pesawat Gannet, Skuadron Udara 200/ Angkut VIP dengan unsur-unsur pesawat Grand Commander 500, Skuadron Udara-300/ Angkut Taktis dengan unsur pesawat-pesawat Albatros, Skuadron Udara 400/ Pendaratan Vertikal dengan unsur Helikopter Mi-4, Skuadron 500/ Pembom Torpedo dengan unsur-unsur pesawat IL-28, Skuadron-600/ Transport dengan unsur-unsur pesawat Dakota C-47, dan Skuadron 900/ Perawatan. Pada tanggal 16 Agustus 1961 tujuhbelas kadet (calon penerbang) Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) yang rata-rata berusia 20 tahun-an, serta puluhan bintara teknisi-mekanik, diberangkatkan ke Almaata atau Almaty, ibukota Kazakhstan. Mereka merupakan rombongan pertama kadet penerbang helikopter ALRI yang nantinya menjadi pelopor Penerbangan TNI AL, yang akan mengawaki helikopter Mil Mi-4 Hound yang dibeli dari Uni Soviet. Pendidikan bagi para personal Penerbangan Angkatan Laut juga dikembangkan sejalan dengan tuntutan profesi. Tahun 1964 dirintis Sekolah Penerbangan Angkatan Laut (Senerbal) di bawah Komando Pengembangan Pendidikan Angkatan Laut (KOBANGD1KAL). Sekolah ini bertugas menyiapkan para bintara dan tamtama Penerbangan Angkatan Laut untuk dididik menjadi teknisi pesawat udara.

Sejak masuknya pesawat-pesawat Darter Commander (DC-100), Senerbal mulai mendidik para perwira Angkatan Laut menjadi penerbang dengan wadah Sekolah Perwira Penerbangan Angkatan Laut (SPPAL). Sejalan dengan penyempurnaan pokok-pokok organisasi dan prosedur ALRI, Biro Penerbangan ALRI berubah menjadi Komando Penerbangan Angkatan Laut (Konerbal). Pada tingkat organisasi Armada RI, Komando Jenis Udara (Kojenud) berubah menjadi Komando Udara Armada (Kudarma) pada 29 Maret 1966. Pada tahun 1970, Konerbal dirubah menjadi Staf Urnum Angkatan Laut-7/ Udara (SUAL-7 Udara). Tiga tahun kemudian istilah ini diganti lagi menjadi Staf Khusus Kasal Bidang Penerbangan TNI AL (Susnerbal). Melalui reorganisasi TNI AL tahun 1976, Susnerbal berganti lagi menjadi Dinas Penerbangan TNI AL (Disnerbal), Kudarma diganti menjadi Satuan Udara Armada (Satudarma) dan Pangkalan Udara Angkatan Laut Juanda (Puakla) diganti menjadi Pangkalan Udara TNI AL (Lanudal) Juanda. Mulai tahun 1976 s/d 1983 sejumlah pesawat patroli maritim Nomad N-22 buatan Australia memperkuat jajaran Penerbangan TNI AL. Kehadiran pesawat-pesawat ini cukup penting untuk mengganti pesawat-pesawat udara yang sudah tua dan tidak lagi mendapatkan suku cadang terutama pesawat-pesawat udara buatan Uni Soviet. Pesawat-pesawat Nomad N-22 tersebut selanjutnya diorganisasikan dalam Skuadron 800.

Pada tahun 1977 Penerbangan TNI AL kembali memperkuat armadanya dengan memperoleh pesawat-pesawat helikopter BO-105 yang ditempatkan di Skuadron Udara 400. Pada tahun 1978 Skuadron Markas dibentuk yang bertugas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di lingkungannya. Perkembangan berikutnya Skuadron ini mcnjadi Skuadron 200 yang berfungsi tetap sebagai Skuadron Latih. Selama tahun 1976-1983 merupakan tahap penting bagi penerbangan TNI AL yaitu dengan bertambahnya pesawat-pesawat baru seperti 12 Nomad N-22 buatan Australia, enam helikopter BO-105 angkut ringan serba guna, empat pesawat angkut Casa CN-212. dua helikopter Super Puma AS-332 buatan IPTN Bandung, dan sepuluh helikopter ami kapal selam WASP AH-12 A dari Belanda. Untuk meningkatkan kemampuan dukungan logistik udara di daerah operasi, TNT AL membangun sejumlah stasiun udara TNI AL (Sionudal) yaitu di Sabang, Tanjung Pinang, Matak, Manado, Ambon, dan Kupang. Stasiun-stasiun udara tersebut sejak reorganisasi TNI AL di tahun 1985 diubah namanya menjadi Pangkalan Udara TNI AL dengan pembagian kelas sesuai kemampuan dukungan logistik terhadap unsur/ satuan udara TNI AL. Selama tahun 1984-1989 sejumlah pesawat buatan IPTN memperkuat jajaran penerbangan TNI AL yaitu dua buah helikoppter Super Puma Nas-332, empat buah helikopter N Bell-412, dan empat buah pesawat angkut Casa CN-212. Selain itu, Penerbangan TNI AL juga mendapat tambahan dua pesawat latih Bonanza F-33A buatan Amerika Serikat dan empat buah Tampico TB-9 buatan Perancis. Pada dasawarsa 1990-an, Penerbangan TNI AL semakin menyempurnakan organisasi dan meningkatkan kekuatan serta kemampuannya. Pada tanggal 16 April 1994 diresmikan berdirinya Satuan Udara Armada RI Kawasan Barat (Satudarmabar). Penerbangan TNI AL memperoleh 2 (dua) buah pesawat angkut sedang Buffalo DHC-5D, 20 pesawat patroli maritim Nomad N-22/N-24, dan sebuah helikopter Survey dari Badan Survey dan Pemetaan Nasional (Basurtanal). Penambahan pesawat ini membutuhkan penambahan personel penerbang dan teknisinya. Sementara sumber perwira lulusan AKABRI sebagian besar ditugaskan di KRI sejalan dengan penambahan jumlah kapal TNI AL. untuk memenuhi kebutuhan perwira penerbang dilakukan penerimaan melalui program Secapa Penerbang dan Sekolah Penerbang Prajurit Sukarela DinasPendek(PSDP).

10933900_1438316989792050_5249280933237277777_n

Kehadiran Penerbangan Angkatan Laut merupakan jawaban rasional terhadap perkembangan strategi dan taktik operasi laut sejalan dengan kemajuan teknologi militer. Unsur utama penerbangan angkatan laut yaitu pesawat udara, mempunyai keunggulan dalam aspek kecepatan, fleksibilitas, dan daya gempur yang sangat mendukung tugas-tugas kekuatan utama angkatan laut yaitu kapal perang. Berdasarkan berbagai keunggulan tersebut penerbangan angkatan laut mampu diproyeksikan untuk mengemban berbagai penugasan seperti pengintaian dan patroli laut, peperangan anti kapal permukaan, peperangan anti kapal selam, serta bantuan tembakan udara, penerjunan pasukan pendarat dalam operasi amfibi dan lain sebagainya.

PEMBENTUKAN AWAL SKUADRON :

– SKUADRON 100/AKS (GANNET AS-4)

– SKUADRON 200/ANGKUT VIP (GRAND COMMANDER 500)

– SKUADRON 300/ANGKUT TAKTIS (ALBATROS UF-2)

– SKUADRON 400/PENDARATAN VERTIKAL (HELI MI-4)

– SKUADRON 500/PEMBOM TORPEDO (IL-28)

– SKUADRON 600/TRANSPORT (DAKOTA C-47)

– SKUADRON 900/PERAWATAN

TUGAS POKOK

Pusat Penerbangan TNI AL (Puspenerbal) adalah BALAKPUS TNI AL yang berkedudukan langsung di bawah KASAL.

Melaksanakan pembinaan kekuatan penerbangan TNI Angkatan Laut pada fungsi:

1. Pengintaian Udara Taktis.

2. Aati Kapal Selam.

3. Anti Kapal Atas Air.

4. Pendaratan Pasrat Lintas Heli.

5. Dukungan Logistik Cepat.

6. Pengamatan Laut Terbatas.

10354075_1438317723125310_2923741411942336284_n

10868089_1438317403125342_6245252094691735478_n

By : PatKU Pocong Syereem

 

Share.

51 Komentar

    • Bung TS bisa kasih bocoran pespur yg masuk tahun ini? Di warung sebelah dah pada ramai tuh? Plus deal Tot nya kalo bisa

  1. ndan sesepuh patga.. alutsista yg ud datang ap aj nih ya?? revisi pengadaan pesawat amphibi mempengaruhi banyak akan renstra tni au?? mohon pencerahannya sesepuh patga.

  2. Hemmm…gak ada fungsi anti serangan udara musuh ya…berarti masih jauh Penerbal punya jet tempur dan tentu saja kapal induk :mrgreen:

  3. Di warung sebelah ada rumor Skuadron 600 mau di aktifin lagi…dengan di isi pesawat tempur, apa betul dan jenis pesawatnya apa ndan PS ?

    • padahal nicknya Kunto ,
      Kalau admintnya pintar kan tidak menuduh nick tersebut sama dengan Inisal “N”
      Wartawan antara ada juga yang bernama Kunto

      Gak habis pikir, menuduh Nick Orang lain dengan Inisal “N” selalu bikin provokasi

      • biasa bung orang gila hormat , pengen dihormati jadi sesepuh, udah gitu td ane mampir katanya mau share artikel buat para dosen AAU lg, kayak yah yao waeee nek wong pekalongan bilang, paling artikel begitu mau disharing ke dosen AAU , kelihatan begonya tu orang, AAU mah gk butuh materi begituan, materinya udah jauh ninggalin (diatas) pengetahuan si JL ini

        • He..he..he…betul bung JULE, kesannya kayaknya lebih pinter dari user/TNI…Jenderal aja di debat…kenapa nggak sekalian jadi Panglimanya…..

  4. Selamat malam rekan-rekan,

    Tidak menyangka sudah pada pindah ke sini ternyata dan baru kali ini ada waktu untuk melihat blog ini. Bagaimana kabar dari Komandan PS dan Komandan SS ? Salam hangat dari musim dingin di utara Komandan.

  5. Saya berharap kedepannya PENERBAL bisa mengoperasikan 3 skuadron penuh pesawat Sukhoi su-34 yang dipersenjatai dengan rudal anti kapal brahmos untuk pengamanan wilayah laut NKRI bagian timur, tengah dan barat dengan pembagian 1 kogabwilhan memiliki 1 skuadron.
    Selain su-34, untuk PENERBAL perlu ada penambahan helikopter angkut, helikopter AKS dan helikopter serang.
    Juga penambahan drone, pesawat intai maritim dan pesawat angkut.
    Penempatan su-34 adalah di Natuna, Surabaya dan di Kupang/Papua.

  6. meneruskan sepak terjang Garnet, Seyogyanya TNI kedepan tlah mempersipakan diri melengkapi alutsista pesawat tempur anti kapal selam.. misal sklas S3 Viking

  7. akhirnya gentayangan juga artikelnya tapi kok makhluknya ga ikut gentayangan juga ya?
    Apa lg ikut suting acara paranormal yang lg rame itu ya? 😀
    selamat malam sedulur sak NKRI

  8. selamat pagi warga blog43 semoga,semoga kedepanya dengan menguatnya poros maritim dan didukung penguatan alutsista tni al maka akan tercipta pasukan nala modern yg mumpuni,jelesveva jayamahe

    mature suwun untuk patku ps atas artikelnya :shakehand

  9. Kepada para nara sumber, mungkin ada cerita terkait pertempuran Laut Aru……buat ndan PS, apa mungkin mengenal sosok alm. Panjahatan Gultom (terakhir berpangkat Laksamana Pertama) dulu beliau bertugas di KS ketika pertempuran Laut Aru….
    Terima kasih buat para Patga.

  10. mohon maaf sebesar besarnya untuk semua yang ada disini sungguh ga ada niat buat nge jelek jelekin, bila admin berkenan buat baned silakan saya terima
    sekali lagi saya mohon maaf

    • wkwkwkwk….. ndan PS nya belum nanggapin komen temen2 di sini. Sy jd males ikut komen. Mungkin beliau lg full kesibukannya.

  11. smga sesepuh d patga, tdak d kriminalisasi, krena membuka sdikit info tentang alutsista tni, ingatlah kami rakyat Indonesia yg setia akan pancasila, kerna tni adalah alat senjata pembela pancasila. jayalah nusantara.

  12. Bagusnya memang setiap angkatan laut harus diback up oleh kekuatan udara dalam hal ini penerbal. Kapal perang akan kewalahan bila diserang oleh pesawat tempur dari beberapa penjuru yg lengkap dengan persenjataan rudalnya beserta kapal tempur. Tanpa ada bantuan dari udara, kapall perang kita akan menjadi bakmi goreng.

    Dalam ulasan ini hantu laut = ghoib laut, perkiraan saya ya.

Leave A Reply