BERCERMIN DARI PEMBANTAIAN MAY LAI VIETNAM
Pagi hari tgl.16 Maret 1968 Satu Peleton Kompi Charlie di bawah pimpinan Letnan William Calley memasuki Desa May Lai di Vietnam Selatan.
Malam sebelumnya Komandan Kompi Kapten Ernest Medina menerima taklimat dari Komando AS (kemungkinan Green Berrets) bahwa setiap pagi penduduk yang bukan Vietkong akan pergi ke Pasar atau ladang untuk beraktivitas, yang tinggal pastilah Vietkong, disarankan agar Desa itu dihancurkan karena sdh memberi perlindungan pada Vietkong yang kerap kali lolos saat dikejar Pasukan AS.
Selama ini Pasukan AS sangat frustasi menghadapi gerilyawan Vietkong, mereka berpakaian seperti rakyat sipil, berbaur,menyerang tiba tiba dan menghilang di bawah perlindungan penduduk desa.
Kadang jatuh korban dikalangan rakyat sipil karena tentara AS melampiaskan kekesalannya karena menganggap Vietkong bisa lolos karena bantuan mereka.
Seperti sudah di duga,Pasukan AS tidak menemukan Vietkong di Desa May lai selain penduduk sipil, dengan kejam mereka membantai penduduk itu. Tua,muda,perempuan dan anak anak tanpa belas kasihan, sebagian perempuan dianiaya dan diperkosa sebelum di bunuh.
Sebuah Helikopter pengintai US Army yg melihat kejadian itu menurunkan ketinggian dan Hovering diantara Pasukan AS yang sedang demam membunuh itu dan 11 orang penduduk sipil yg masih hidup.
Awak Helikopter itu mengancam Peleton Calley apabila mereka masih menyerang penduduk sipil itu maka mereka akan berurusan dengan Senapan Mesin M60 yg terpasang di Helikopter tersebut. Heli pengintai itu mengawal dan mengarahkan 11 orang sipil Vietnam itu ke safe zone, hanya 11 orang sipil itu saja yang selamat sedangkan lebih dari 500 orang lainnya tewas terbantai…
Dari penyelidikan diketahui bahwa penyebab pembantaian itu selain sikap frustasi Tentara AS juga ceteknya pengetahuan mereka tentang Konvensi Jenewa. Itu akibat dari sistem rekruitment mereka yang tergesa gesa mengikuti kebutuhan ketersediaan tentara di Vietnam sehingga pelatihan mereka singkat saja.
Dari peristiwa itu kita bisa melihat bahwa begitu bahayanya perang Gerilya bagi rakyat sipil. Tentara musuh tidak dapat membedakan mana Gerilyawan mana yang sipil, sehingga menyama ratakan semua.
Akibatnya saat mereka frustasi mereka akan berdalih semua adalah gerilyawan, toh mayat tak bisa bicara juga, katakan saja mereka Gerilyawan. lagi lagi rakyat yang menderita.
Rakyat Sipil dalam konvensi jenewa adalah Non Combatant yang harus dilindungi oleh pihak pihak yang bertikai.
Sama seperti Combatant yang terluka dan tidak mampu mengangkat senjata lagi termasuk Non Combatant yang harus dilindungi dan di rawat kedua belah pihak. Tindakan penganiayaan, intimidasi dan eksekusi tanpa alasan yang jelas pada mereka adalah kejahatan perang. Ini adalah kaidah perang yang harus di taati oleh kedua belah pihak yanng bertikai.
Masalahnya juga kadang rakyat sipil yag tidak memiliki hak bertempur ikut serta dalam peperangan. Yag dimaksud rakyat sipil adalah mereka yang tidak bersenjata,tidak berseragam yang membedakan mereka dengan non combatant dan tidak memiliki pengetahuan tentang bertempur termasuk hukumnya.
Saat mereka mengangkat senjata pada Pihak lain yang secara resmi menunjukkan jati dirinya sebagai Combatant maka Konvensi Jenewa tidak lagi dapat melindunginya. Dia dapat di cap sebagai kriminal bahkan penjahat perang sah sah saja ia di bunuh karena dianggap teroris.
Itulah tuduhan yang dilontarkan Belanda saat melancarkan Agresinya. Belanda menamakan aksinya Politionale Actie (Aksi Polisional) karena menganggap gerilyawan yang tdk beruniform standar itu sebagai teroris. Penamaan aksi ini juga memberi legitimasi bagi Belanda karena seakan akan bertindak di wilayahnya sendiri sebagai Polisi yg menangkap penjahat bukan agresi atas wilayah negara lain. Karena yang dilawan tidak dapat menunjukan jati dirinya sebagai tentara resmi suatu negara.
Untuk menghindari tragedi seperti di atas maka saat melawan musuh yg menyerang negara kita maka kita harus bersikap seperti militer Profesional. Didiklah rakyat kita dalam wadah Wamil yang memberi pendidikan bersikap dan bertindak sebagai seorang tentara suatu negara.
Sehingga saat berperang kita dapat bergerak dalam suatu formasi tentara Profesional yang jelas jati dirinya dan mampu bertindak sebagai seorang ksatria, dengan begitu tidak ada alasan bagi musuh untuk mengkambing hitamkan rakyat kita sehingga menambah penderitaan mereka sebagai Korban Perang.
Dan yang paling penting perkuatlah TNI agar mampu menghancurkan kemauan perang musuh jauh sebelum menyentuh wilayah kita.
Sehingga mereka tidak mampu membawa bara api perang ke tanah air kita dan membuat rakyat kita menderita…
PERANG MEMANG KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN…
TAPI APABILA HARUS DILAKUKAN LAKUKANLAH DENGAN PROFESIONAL TANPA HARUS MENGORBANKAN YANG TIDAK BERDOSA…
By Patsus Whermarcht biro Lampung
Gambar by Google , Patsus Citox dan Patsus Dede Sherman
43 Komentar
NKRI harga mati..
Any question? ☺
artinya kita sedapat mungkin menghindari taktik perang gerilya, karena akan membahayakan ratusan juta penduduk sipil
Gerilya boleh Bung Peter…tp jangan kita sembunyikan identitas kita sbg TNI dgn memakai pakaian sipil…itu memancing musuh untuk bertindak di luar batas…tp sebisa mungkin kita harus bisa menghalau musuh keluar dr perairan kita…jika memang terpaksa kita hancurkan mereka di darat…sebisa mungkin jangan ada lagi perang Gerilya…
bingung nihh mau komen apa????
Jenderal Besar Soedirman.
gerilya akan berhasil…. jika rakyat mendukungnya.
sepertinya telah dicontohkan oleh penduduk May Lai, luar biasa dukungan mereka kepada perjuangan bangsanya.
Kalau kekuatan kita memadai dan rakyat kita terlatih,itu sdh mematahkan kemauan musuh untuk menyerang kita…apalagi negeri ini terkenal dgn militansinya….asal tahu saja,negara yg matang militernya dewasa ini akan menghindari perang gerilya…karena perang jenis ini akan menguras energi dan sumber daya mereka…lihat saja Irak…jumlah tentara mereka yg tewas disana sdh melebihi yg tewas di perang Vietnam…dan tak kunjung beres juga…
Gerilya memang salah satu tehnik tempur yg sulit di cari anti dotnya,gerilyawan hafal dengan daerah operasinya dan sudah menyiapkan bbrp rencana kalo sudah beraksi. Liat saja bbrp buronan negri yg dicap pengaacau keamanan,mereka jg gerilya dgn negri ini,setelah beraksi masuk hutan/menyamar jadi warga biasa
Betul…yg pegang inisiatif dlm perang gerilya adalah gerilyawan…tp harus diingat tidak ada perang yg dimenangkan dgn gerilya…bahkan Pak Nas dlm buku pokok pokok gerilyanya mengatakan bahwa gerilya hanya bs memeras darah musuh…untuk mengalahkannya dibutuhkan kekuatan yg cukup besar untuk menumpas habis kekuatan musuh…intinya itu gerilya membeli waktu….memberi pesan pada musuh TNI itu masih ada bkn hancur seperti propagandanya…
Ujung2nya tetap rakyat sebagai ibunya TNI yang menderita. TNI sebagai anak dari rakyat indonesia yg sdh berumur sdh seharusnya di masa depan tidak sembunyi lagi di ketiak ibunya…jangan sampai kita berharap perang besar di surabaya dulu terulang lagi d masa depan yang memakan korban jiwa banyak dari sang ibu. TNI kedepannya harus profesional, kuat dan gahar di lengkapi alutsista modern dan canggih dan bahkan harus bisa melindungi ibunya di masa akan datang bila terjadi perperangan…pada intinya jangan sampai sang ibu harus turun tangan lagi membantu sang anak kecuali tentunya bila memang sang anak sdh tdk sanggup lagi melawan musuh2nya.
Saat serangan oemoem 1 Maret juga begitu…TNI harus mengumpulkan kekuatan dulu dan membuat lengah musuh baru bs memukul mereka secara telak….
Vietnam juga begitu…setelah mengumpulkan kekuatan dan memperoleh bantuan senjata dari Rusia dan Cina mereka mulai Ofensive…dimulai dari Tet Ofensive sebagai ujicoba sampai jatuhnya Saigon….sebelumnya mereka gerilya dulu…
Pendatang baru. Mohon diperkenankan ikut nyimak.
Dalam peperangan gerilya menurut saya penting sekali kemampuan melumpuhkan lawan secara senyap dan terancang dgn rapi serta sistematis., sehingga bisa maksimal hasilnya.
Untuk Indonesia..bisakah keadaan perkotaan yg penuh gedung namun kurang pepohonan mencapai hasil yg maksimal jika terjadi perang gerilya ataukah sebaiknya lawan dipancing utk berperang di luar kota? Terimakasih.
semoga disusul posting solusi jg. Artikel diatas mmg trsisip pesan dan sy baca solusi alakadarnya. Awam akan memandang bhw utk berperang kuncinya adlh sista super gahar, prajurit brsenjata lengkap dan jk perlu ckp dg satu keputusan, atom !!!
Sy lbh melihat ekses minus strategi gerilya yg ditonjolkan tp tak melihat bgaimana geriya itu lahir dan mnjadi momok perang yg lbh menghantam psycologi sbuah pasukan dg sista gahar skalipun. Sejatinya mmg tak ada bangsa yg benar2 bs ditundukkan oleh bangsa lainnya, smangat juang dan nasionalisme(militan) adlh mutlak jk hendak memanggul senapan. Rakyat adlh ruh tentara, wajar utk mmbunuh militer mk kelemahannyalah yg dirongrong. Selama rakyat msh mnyokong tentara mk perang msh siap dinyalakan disegala medan. Perang menuntut tumbal mk sah pula jk rakyat mnjadi tumbal perang, bg trah pejuang tntu perang adlh jihad dan syahid.
Btw…
Tulisan diatas cukup jeli memahat inspirasi utk sekuat kuatnya mengakuisisi alutsista yg sangat cukup mumpuni utk memagari keselamatan ruh negara dan tentara, ya rakyatlah yg memang hrs dijaga. Perang adlh kiamat, perang itu kekacauan dan perang adlh identitas, zona perang tak bs dibatasi, sy setuju rakyat hrs mengenal bela negara mski sy yakin stiap warga garuda adalh otomatis ksatria digdaya.
Sebatas opini, dan semoga mendulang asis diskusi yg sehat dan menyegarkan, salam….
Terimakasih opininya Bung Trahlor…Perlu saya ketengahkan strategi yg sy kutip dr buku Vom Krieg (Dalam Perang) karya Karl Von Clausewitz….Bapak Taktik perang Modern yg jd rujukan Militer Modern:
Untuk melakukan Strategi Ofensive (menyerang) daya tembak kita harus 3:1….Hal ini untuk mengantisipasi musuh yang lebih mengenal daerahnya atau bertahan pada posisi yg bagus (mis di atas bukit)…
jika hal itu tidak dapat dipenuhi maka strategi yg harus dilakukan adalah Defensif (bertahan) sampai kita mampu mengumpulkan kekuatan…kecuali jika kita memiliki keunggulan Komparatif (penyeimbang) atas musuh misalnya data intelijen atas kelemahan musuh maka kita dapat mengubah strategi kita menjadi Ofensif…
Jika kita tidak mampu bertahan maka kita harus mundur dari front kita dannmengubah strategi menjadi Gerilya (perang memeras darah musuh) sampai kita dapat kembali mampu bertahan dan kemudian menyerang untuk merebut kemenangan telak…
dr uraian di atas dapat kita lihat bahwa gerilya adalah pilihan terakhir melihat kondisi…pada posisi gerilya kita memang mampu menyerang musuh yg tadinya ofensif dan saat ini menjadi Defensif…tp kita tdk bs mengalahkannya….untuk dapat mengalahkannya kita harus mengikuti urutan strategi di atas…
semangat memang penting….tp kita jg harus tahu diri seperti Vietnam yg meskipun terdoktrin baik dan bersemangat harus bersabar sampai urutan strateginya dilalui…
hati hati beda dengan pengecut sebagagaimana berani beda dengan ceroboh…
Maaf, tapi menurut saya dalam perang apapun dan dimanapun, pasti rakyat sipil tetap akan jadi ajang pelampiasan dari pihak musuh. mau dikondisikan seperti apapun, pihak musuh pasti akan selalu cari alasan buat menyakiti rakyat sipil. lihat apa yang dilakukan amerika pada jepang di pd 2? padahal tentara jepang tetap menunjukkan perlawanan sebagai ksatria, tapi yang dilakukan amerika malah menjatuhkan bom atom di dua buah kota yang menyebabkan ratusan ribu rakyat sipil terbunuh… jadi yang terbaik menurut saya adalah mendidik rakyat kita agar dapat bertahan dalam kondisi paling sulit sekalipun. perang termasuk dalam kategori bencana kemanusiaan, tapi sejujurnya pendidikan manajemen bencana di negeri kita masih blm jelas hingga sulit dibayangkan apa yang akan terjadi jika sewaktu2 timbul perang di negeri kita? akankah rakyat kita bisa bertahan dalam kondisi darurat seperti itu? mari kita renungkan bersama…hanya pendapat pribadi saya…
Setuju Bung Bocah Kucing…untuk itu kita harus mencegah perang dengan cara mengurungkan niat musuh untuk menyerang kita…banyak cara non militer kok…misalnya dgn akrab dan tidak mencari masalah dgn berbagai bangsa…
Setuju bung…biar bagaimanapun perang harus bisa semaksimal di cegah..salah satunya mungkin dgn memiliki gudang arsenal yg banyak, modern dan canggih sehingga membuat musuh yg mau macam2 pada mikir 2x atau bisa juga dengan wamil bg pemudanya..saya kadang mikir bagaimana lulusan SMA dan perguruan tinggi sebelum melanjutkan jenjang pendidikannya terlebih dahulu wamil sekalian buat memupuk jiwa patriot dan nasionalis penerus bangsa ini kedepannya yang akan jadi penerus dan calon2 pemimpin bangsa ini. Menurut saya melihat era globalisasi dan serangan budaya2 yg tdk sesuai dgn kepribadian bangsa ini pola penataran P4 macam dahulu mesti di aktifkan lagi dan wamil mestinya di adakan. TNI dan Lemhanas harus bekerja sama dengan dunia pendidikan dari tataran SD sampai jenjang pendidikan atas.
Musuh indonesia saat ini bukan moncong senjata tapi moncong pipa atau moncong alat berat milik asing/aseng yg siap mengeruk SDA negeri kaya ini
perang melawan gerilyawan adalah -momok-paling menakutkan bagi para tentara dimanapun adanya.,bukan karena senjata/alusistanya lebih canggih ataupun -kebal peluru-namun keberadaan musuh yang menyatu dalam diri rakyat/masyarakat.
…ketidak jelasan dalam membedakan lawan diantara rakyat/masyarakat ..berdampak pada pola pikir yang-tegang terus-pada diri para tentara yang bertugas..dan pada akhirnya sering melahirkan kekerasan pada pihak sipil/rakyat dan bahkan ta jarang karena kepanikannya(emosi) ta terkendali …pembantaian massal-bukanlah cerita baru ???
…jika melihat uraian -kisah diatas-bisa dikatakan merupakan pesan tertulis yang bahwasanya pemerintah harus melakukan pencegahan dini terhadap para -kelompok bersenjata anti pemerintah-agar tidak menyatu dengan masyarakat agar korban pada pihak ta bersalah bisa dihindari ???
nasehat diatas tidak bisa dilaksanakan dalam peperangan terutama utk pertahanan semesta yg kita terapkan. dan bkn indonesia saja vietnam termasuk diantaranya. klo perang ya rakyatnya ikut perang. beda dgn rakyat USA profesional klo tentara nya perang ya rakyatnya bisa senang2 di las vegas. sing perang ben perang sing seneng2 bene seneng2. utk indonesia nasehat diatas no way
Itulah yg saya maksud bung…TNI harus cakep..berotot..kuat..punya berbagai macam senjata bahkan kalo perlu nuklir sekalipun…selain itu Negara dan TNI harus punya sahabat2 yg baik dan kuat yang siap membantu tanpa pamrih bila peperangan sdh tdk bisa di hindari lagi…misal aja bung ambil contoh kegalauan AS dan sekutunya ketika mau serang ibukota suriah ketika rusia secara blak2an siap membantu si assad hehehe..bahkan rusia dgn gagah berani mengirimkan alutsista dan pasukannya ke suriah…apakah negara ini punya teman seperti itu..yang tau jawabnya adalah petinggi negara dan TNI kita…hehehe…ternyata kalo punya teman negara adidaya juga faktor pencegah perang…mungkin…hehehe
Tambahan.
Musuh kita juga dollar USA.
Hehehe..dollar itu cuma alat..yang menguasai dollar itulah mungkin musuh sebenarnya negara2 di dunia ini. Dollar kok di musuhi..saya aja kalo di kasih gratis mau kok..ahahhaa
Ha ha ha…….
Persetan dengan jenewa”mereka bikin peraturan biar mereka yg menaatinya….
Ingat sejarah mengenang pemenang bukan caranya……he he he
Perang apapun caranya yg penting menang…
Asu aja pake nuklir…..masalah buat kita…..ha ha ha
siap dalam keadaan damai…lebih siap ketika perang datang.
Mau damai harus siap perang. Mau menang harus pakai nuklir. Gk usah gerilya katanya negara kaya kok mau perang gerilya SDA beejibun gk punya nuklir mending nyunsep d laut aja. Nuklir itu solusinya….
tapi besok yg mencet tombol luncur ente yah..
berapa ribu bayi, anak2, manula, wanita n orang yg kagak tau apa2 yg mati langsung n mati kena radiasi serta yg cacat..gugel..
ntu pake bom atom dgn kekuatan segeto di jaman ntu, cemana kalo pake nuklir dgn kekuatan yg sekarang..gugel..
belon akibatnya pasca serangan nuklir..
ente mau mikul sendiri beban berat sebage seorang pemusnah kehidupan, trus ntar ente mo jawab apa kalo ditanya ma malaikat mungkar nakir 😀
gerilya boleh, tapi fihak lawan saja, kalo gerilya di sini, tandanya berarti kekuatan penempur kita sudah hancur
wehrmaaaaach..
dimana ente woeeee..
mana ada dalam posisi di invansi rakyatnya kagak di utak atik, dgn invansi dah otomatis banyak colateral damagenya..
kagak memakai seragam militer dalam situasi perang ntu termasuk strategi n kamuflase buat penyelamatan diri, kalopun aturan jenewa diterapin ya tetep aja jatuh korban sipil..
mereka kagak bakal nurunin pasukan ngehadapin pasukan yg berjumlah lebih banyak, mereka pasti bombardir dolo buat ngelemahin kita..mereka kagak pilih2 korban..
dgn di invansi, kerugian n penderitaan rakyat negara yg di invansi dah sangat besar..ntu belon kalo negara yg di invansi ntu kalah..
mereka yg menginvansi cuman kehilangan prajurit yg kia dimedan tempur, sedang yg di invansi kehilangan segalanya..bapak ibu anak kakak adik sodara keluarga teman serta ketenangan mencari nafkah, rutinitas nganter anak bini sekolah n kerja, kebahagiaan bercengkrama, kegembiraan ngeliat tawa anak2, menikmati hari tua ngeliat anak menginjak dewasa nikah n gendong cucu, semua ntu dirampas pihak agresor..sedang keluarga mereka mangsih bisa ngelakuin kehidupan biasa dinegaranya..kehidupan kita hilang terperkosa..
fak konvensi jeneva, ane berniat n bertekad jika negri enih diserang n dijajah sekali lagi, jangankan tentara musuh angkat tangan, palang merah mereka pun ane babat..
mereka ngerusak masa indah hari kelonan ane, maka ane kasih rasa dongkol yg kagak mereka kira 😀
no kasihan no tawanan, ane janji..
Ha ha ha…..
Setubuh bung……..
Ga perlu pake kehormatan ngelibas setan……
Kalo holocaust itu terjadi dimari,akan semakin membuat darah saya mendidih,saya juga nggak peduli yg ada logonya palang merah sekalipun akan saya babat,saya benci perang.tapi demi kewajiban dan tugasku sebagai merah putih,demi kehormatan bangsa dan negaraku apapun akan kulakukan,hidup mulia atau sahid.
Posisi saya memakai Seragam Komandan Kompi dan memimpin dua peleton berkekuatan penuh dalam tugas menyekat musuh yang sedang dalam pelarian menuju kapal transport mereka di Pantai Ndan Kem ekeekekekekek….
jika memang kesatria saya gak akan melepas seragam saya dan bersembunyi diantara rakyat Ndan Kem…saya lebih baik mati dalam seragam saya ketimbang pengecut melepasnya cm demi menyelamatkan selembar nyawa dan membiarkan musuh membantai rakyat karena frustasi tdk menemukan saya dan kawan kawan saya…
klop, ane setuju kalo posisinya kek ntu..
tapi apakah ente akan ngelarang kalo ada sipil yg mo angkat senjata n ente sedang kekurangan pasukan..seragam bisa dicariin, tapi apakah bisa segera n serta merta..pabrik seragamnya aja kagak beroperasi..
beda kalo kita yg invasi negara laen ato melakukan tindakan militer kek di aceh ma papua, ato kek dolo waktu numpas di/tii permesta ma rms, semua kebutuhan militernya akan dipenuhi termasuk seragam..
tapi karna ente ngomongin vietnam, berarti ente beranggapan posisi kita lagi dijajah..waktu ntu roda ekonomi terhenti, pabrik seragam juga,.mereka takut kalo ditanya tentara asing waktu lagi ngejahit kain loreng..
“this loreng you tailor for what haaa !” kan berabe wehr 😀
tapi wehr..
secara keseluruhan ane setuju ma ente, pembantean pada non kombatan sebisa mungkin dihindari..
ane jadi teringat wawancara dgn veteran tentara belanda di acara reuni pasukan yg diterjunkan di indonesia..
mereka bercerita kondisi waktu ntu sangat gawat, petani pedagang yg lagi nyangkul tiba2 ngambil senjata n nyerang mereka..n kata mereka lagi, bila tentara belanda yg ketangkap, mayatnya kagak utuh lagi..titit tangan ato isi perutnya dikeluarkan ma tentara indonesia..menjadikan mereka takut n over acting ngwbunuh tiap orang yg dijumpai..
nurut bisa cuman alesan mereka aja ato emang begeto sikonnya waktu ntu, ane kagak tau..
keep posting wehr, ane selalu nunggu artikel ente soal peperangan..soalnya cuman ntu yg ane sedikit tau..
hehh bung@lare dongkol juga. Makanya klau malaikat mungkar nangkir tanya kenxapa lo nuke asu. Jawab dong dia yg mulai. Gue gk bisa tdr senang gk bisa ihik ihik ma bini. ank bini gue haknya d perkaos…… Hehe. Peace…. Salam knl.
greliawaan moderen saat ini yg mengadopsi vietnam dan indonesia ada di palestina dng mengunakan terowongan dan penyergapan untuk melumpuhkan tentara musuh dng keterbatasan yg luar biasa.
apakah sudah waktunya kita merasakan perang….persetan dg aturan yg bikin barat…yg penting habisi musuh
ijin ikut koment ndan…!
bagi saya yg sipil berkorban demi negara bukan lah masalah kalo memang saya tdk pantas berlaga di medan terdepan maka saya dan keluarga serta lingkungan akan bahu membahu membuat dapur umum buat TNI bahkan kami akan senang sekali jika bisa andil “menyembunyika” para ksatria negri ini dngan baju sipil kami…kalo pun musuh prustasi dan main babat aja…saya dan smua rakyat Indonesia pasti akan rela dan dengan senang hati melakukannya…
bagus..
karna ane yakin pasukan perlawanan kita kagak bakal bisa berseregam semua, mereka penjajah pasti frustrasi n ngebante membabi buta kek yg dikawatirin ma bang wehr..
Bila terpaksa Berperang, berperanglah dg elegan. raih kemenangan dg kerugian minimal.
cnth plng kini adlh perang suriah.. sipil militer cmpur aduk g karuan. sulit mnjga tk ad jth korban sipil, kcuali d ms dpan, perang diwakilkan oleh para mesin.
Jika Indonesia harus perang, Indonesia harus memiliki kemampuan menyerang dan menghancurkan negara musuh dan kalaupun tidak mampu menginvasi jauh kenegara musuh setidak nya dapat menghancur kota2 mereka dengan ICBM.
Karna klu tidak, belajar dari perang Iraq dan sekarang Suriah, bukan hanya korban jiwa yg harus dikalkulasikan, tetapi juga keseluruhan infrastruktur yg butuh berpuluh2 tahun lama membangun nya akan turut hancur dlm sekejap.
Infrastruktur2 yg ada adalah hasil keringat bahkan darah rakyat Indonesia terhitung dr semenjak bangsa ini belum merdeka, dan jikalau harus hancur bersama gugur nya patriot patriot bangsa, maka setidak nya Indonesia harus mampu melakukan hal yg sama pada musuh2nya hingga mereka dan anak cucu mereka tak akan pernah mampu bangkit kembali melakukan kerusakan di bumi nusantara ini. Salam
Mhon ma’af bkan berarti ada keinginan mau menyekat tentara dgn rakyat ya bung?
Bagi yg dijajah wajib mengusir penjajah dengan CARA APAPUN,termasuk penyamaran, jadi orang baik susah menang, misalkan kita sudah kalah teknologi trus penjajah sudah pake satelit+UAV+rudal apa yg bisa tetap harus dilakukan agar musuh lebih banyak terbunuh dan meninggalkan tanah air, apalagi sudah hukum alam bangsa yg lebih rendah peradabannya selalu di jajah yg lebih tinggi