Lirik kuno Navajo (2) : Lagu yang aneh
===============================
“Wah… Martin! Sebanyak ini barang yang engkau berikan?”
“Ah ini bukan apa-apa. Maksudku… mereka akan lebih berguna disini.”
“Tapi barang-barang ini bagian dari warisan untukmu kan?”
“Ya… hanya saja tidak ada lagi tempat di apartemenku untuk barang-barang antik ini. Jadi saya pikir lebih baik barang ini bisa berguna di tempat lain.”
“Terimakasih sekali Martin. Kedaiku akan terasa istimewa karena tema tentang pribumi Amerika akan terasa sangat kuat disini.”
Martin Spearwood adalah putra ketiga dari pasangan yang berayah keturunan Amerika pribumi dan ibu kulit putih. Keluarga Spearwood adalah satu dari sedikit keturunan Amerika pribumi yang berhasil masuk ke jajaran elit Amerika modern. Meskipun jumlah mereka tidak banyak namun sebagian besar di antara mereka menjadi orang-orang yang sukses.
Salah satu diantaranya adalah ayah Martin, Alexander Spearwood atau yang biasa dipanggil Alex, yang merupakan seorang pengacara terkenal. Reputasinya terutama pada pembelaan hak-hak sipil masyarakat pribumi Amerika atau biasa disebut Indian. Selain sebagai pengacara sukses, Alex juga adalah seorang kolektor barang-barang antik bertemakan Indian. Alex mengoleksi begitu banyak koleksi bertema Indian mulai dari item-item kecil seperti gelang, sabuk dan ikat rambut hingga yang memakan tempat cukup besar seperti tenda, topi dan jubah bulu binatang. Barang-barang tersebut kini diwariskan secara merata kepada Martin dan kedua saudarinya sesudah wafatnya Alex 2 bulan sebelumnya.
Setelah selesai menempatkan koleksi barang-barang Indian baik di kedai maupun motel sesuai arahan Martin dan Shannon, para pemindah barang pun meninggalkan mereka.
“Oke… kamu sudah punya kedai yang sangat bertema pribumi Amerika, apa lagi yang kita perlukan?”
“Aku ingin melakukan sedikit perbaikan disana-sini. Aku rasa aku perlu ke toko untuk membeli beberapa peralatan.”
“Baik, aku akan mengantarmu dan membantumu jika memang diperlukan.”
“Terimakasih Martin. Aku tidak perlu menunggu Buck kalau begitu.”
Pria yang di maksudkan oleh Shannon adalah adiknya yang tinggal di rumah itu membantu mengerjakan segala urusannya.
“Eh iya jam berapa Buck pulang?”
“Dia masih menyebar flyer di kota sampai siang setelah itu dia akan menjemput anak-anak di sekolah. Mungkin selepas makan siang baru dia sampai rumah.”
Di parkiran toko yang cukup besar, mereka melewati seorang Indian tua yang duduk bersila sambil menyanyikan dengan pelan lagu-lagu dalam bahasa yang asing. Nampaknya dia seorang pengemis yang mengisi waktunya dengan menyanyikan lagu-lagu Indian. Di depannya terdapat sebuah kantung untuk menerima recehan atau uang kertas dari para pejalan kaki yang lewat dihadapannya. Dia nampak tidak perduli dengan keadaan sekitar dan kebanyakan orang yang melintas dihadapannya juga tidak memperhatikannya.
Namun, begitu Shannon melewatinya, tiba-tiba Indian itu menyanyikan lagu yang lain dengan agak lebih keras. Martin agak terperanjat dengan perubahan sikap pengemis itu yang tiba-tiba. Namun melihat Shannon yang tidak memperdulikannya dan berlalu begitu saja, Martin pun tidak menanggapi dan hanya menatap Indian itu sebentar lalu meninggalkannya.
“Kenapa dia?”
“Tidak usah diperdulikan! Dia hanya seorang Indian tua yang gila.”
“Seorang gila?”
“Ya.. ketika aku pertama kali pindah kesini, aku juga pernah mencari informasi darinya. Dan dia hanya meracau kata-kata yang aku tidak mengerti.”
“Dalam bahasanya atau bahasa kita?”
“Dalam bahasa kita. Namun aku tidak mengerti maknanya.”
Entah mengapa Martin memiliki firasat orang tua Indian tersebut mengetahui sesuatu yang penting. Dia berhenti dan mengeluarkan sebuah kartu dari dompetnya.
“Bi, gunakan kartu belanja ini. Nomor pin-nya dijepit pada kartunya. Itu dari almarhum ayahku untukmu. Limitnya lumayanlah jadi belanjalah sesukamu. Aku ingin berbicara sebentar dengan Indian itu.”
Shannon yang heran bercampur dengan rasa terimakasih menjawab dengan kebingungan “Eh… aku tidak bisa menerimanya Martin.”
Namun Martin tidak menanggapinya dan berbalik arah kembali ke arah orang tua Indian itu.
“Tapi Indian itu tidak memiliki informasi yang berguna…”, lanjut Shannon lagi setengah berteriak.
“Tidak apa-apa, aku hanya penasaran. Belanjalah! Aku akan menunggumu di parkiran…”
Shannon hanya memandangi kartu itu sebentar, mengangkat bahu dan meneruskan langkahnya masuk ke dalam toko besar itu.
Ternyata sejak tadi Indian tersebut terus memperhatikan mereka. Menyadari Martin kembali untuk menghampirinya, Indian itu mengangkat kantung dihadapannya dan menengadahkannya ke arah Martin.
Setelah memberikan Indian tua itu selembar dollar, Martin berjongkok dihadapannya dan bertanya, “Apa yang kamu ketahui tentang kecelakaan bus di Toppenish Creek 2 tahun lalu?”.
Sambil menggetuk-getukkan tongkatnya, Indian tua itu menjawab “Nakai tidak berbicara dengan orang asing.”
Seolah tidak memperdulikan keberadaan Martin, orang tua Indian yang bernama Nakai itu lalu mulai bernyanyi. Lagu yang dinyanyikannya adalah lagu folklor Navajo yang umum dikenal oleh semua orang yang pernah bersentuhan budaya dengan suku Indian Navajo. Merasa Nakai tidak memperhatikannya, Martin lalu berdiri dan bermaksud meninggalkannya. Sampai dia mendengarkan keganjilan pada lagu itu.
Sebagai seorang keturunan Navajo, Martin mengenal baik lagu itu. Ayahnya dulu pernah mengajarkannya dan bahkan merekamkannya ke dalam kaset sewaktu dia masih kecil.
“Engkau menyanyikannya tidak sepenuhnya benar. Beberapa kata-katanya tidak seperti itu…”.
Martin pun meninggalkannya dan kembali ke mobil untuk menunggu Shannon kembali berbelanja. Sebelum pergi, Martin masih sempat mendengarkan Nakai berkata, “Dua mata hitam yang jahat mengawasi. Berhati-hatilah.”. Martin menoleh dan menatap Nakai mencari penjelasan namun pria tua Navajo itu hanya meneruskan lagu yang sedang dinyanyikannya.
Sewaktu menunggu Shannon, dia melihat Nakai akhirnya meninggalkan tempatnya duduk. Nakai menyeberang dan berjalan ke arah lembah yang masih dipenuhi pepohonan.
Sepertinya dia pulang karena matahari telah mulai menyinari dengan terik di bagian tempat dia duduk sebelumnya.
******
Sambil membantu Shannon memuat belanjaan ke bagasi mobil, Martin menceritakan kejadian barusan.
“Kamu benar… dia cuma seorang tua Indian yang tidak tahu apa-apa. Aku bertanya dan dia tidak mau menjawab. Dia malah mulai bernyanyi dengan lagu yang aneh.”
“Lagu yang aneh? Aneh bagaimana?”
“Kamu tahu kami bangsa Navajo memiliki suku kata yang sangat banyak. Urutan yang berdekatan antar suku kata tersebut mirip pelafalannya satu sama lain.”
Dia berhenti sejenak untuk memindahkan sebuah barang yang cukup berat.
“Lalu?”, tanya Shannon kemudian.
“Nah… pada bebarapa frasa lagu dia menggunakan suku kata yang dekat dengan kata yang sebenarnya pada lagu namun bukan kata itu sendiri. Sepintas tidak ada yang tahu bedanya jika tidak memperhatikannya dengan seksama. Namun aku tahu…”
“Ada yang bedanya 2 urutan, ada yang 1 urutan dan ada juga yang …. “, Martin melanjutkan penjelasannya namun tiba-tiba menghentikan omongannya.
“Ya?”, Shannon kebingungan melihat Martin yang memutus begitu saja ucapannya sendiri. Expresi Martin pun memperlihatkan dia sedang memikirkan sesuatu.
“Kecuali kalau … “, Martin seolah berbicara sendiri sambil berpikir keras.
“Kecuali apa Martin? Ada yang salah?”
“Apakah dia setiap hari berada di tempat itu?”, tanya Martin kemudian.
“Indian tua itu? Ya… sepertinya begitu. Kenapa?”, jawab Shannon.
“Aku akan kembali lagi besok mencarinya.”
“Keberatan menjelaskan ada apa?”
“Tidak Shannon bukan begitu! Aku cuma takut aku salah menafsirkan. Kita lihat saja besok.”
============================================================
Ya udah ok deh. Kita lihat saja besok ya rekan-rekan sekalian. Hehehe…
Bersambung ke bagian (3)
PERINGATAN : Masih sama dengan yang kemaren.: [ Membaca terlalu banyak dongeng menyebabkan kecanduan. Apalagi jika dalam dongeng tersebut melibatkan rahasia sebuah satelit, kisah pelarian seorang ilmuwan, kode-kode bahasa Indian kuno dan upaya perlindungan sebuah keluarga dari konspirasi jahat yang mengintai mereka.]
By Patsus Namraenu biro jabodetabek
Gambar by Google
63 Komentar
Uno
2 hari lagi artikel ke 3 di posting… asyik… semoga makin seru…
Semoga artikel sambunganya cepat keluar
Sedang disiapkan bung Gie. 🙂
Salam hangat untuk anda.
Salam Hangat bung NAMRAENU, tulisan bung NAMRAENU mengobati dahaga sementara atas kerinduan artikel2 dari para PATKU dan PATSUS yang mungkin sedang sibuk bertugas, semoga beliau2 selalu dalam Kesehatan dan dalam Kebaikan. Amiiin
Seri Lirik kuno Navajo jilid 3 baru dimuat minggu depan sabar ya 😀
Memeberikan kesempatan kepada penulis menyelesaikan seri ke 4 dulu
Makasih
Siap bung NAGA SAMUDRA, salah hangat untuk bung.
Siappp…. !!! ditunggu kelengkapan ceritanya bung NAMRAENU… 😀
Gagal paham -___-
Moga makin jelas pada edisi berikutnya ya bung Potret.
Salam hangat untuk anda.
sepertinya indian itu ingin menyampaikan sesuatu dalam bentuk kode morse 😀
Hehehe… 😀
Kita lihat bagaimana selanjutnya ya bung Dudung. 😉
Salam hangat selalu. 🙂
Artikel PatGa skg dibanjiri tentang
KONAPIRASI.
Mantap……
Ditggu artikel berikutnya
Terimakasih bung Timur Nusakambangan.
Lanjutannya sedang disiapkan kok.
Salam hangat untuk anda.
Dug dug serr..nunggu sambungannya..
Kaya suara gendang dong bung Bugh. 😀
Lanjutannya sedang disiapkan kok.
Salam hangat untuk anda.
hehe.. masih samar.. belum terlihat wujudnya.
Hehehe 😀 Maklum lampunya belum semuanya bung Ndane
Moga makin jelas pada edisi berikutnya ya bung. 😀
Salam hangat untuk anda
tapi dari foto yang ditampilkan, apakah ada hubungannya? 😀 seorang indian tua, dan ukiran tengkorak kepala manusia milik suku…? 🙂 cuma menebak-nebak, apakah indian navajo memiliki hubungan dengan nusantara? … entahlah 🙂
Itu tengkorak milik nenek moyang suku dayak kalimantan
Kalau soal itu saya terus terang tidak tahu bung BocahKucing.
Mungkin rekan-rekan lain ada yang lebih paham?
Salam hangat selalu.
pemerintah belanda pernah mengadakan penelitian tentang hubungan suku indian dg salah satu suku di sumatra sekitar th 50an,he he he soalnya orang indian mempunyai kesamaan dg saudara kita suku yg di sumatra tsb,yaitu bila terkena sinar matahari pipinya langsung merah.hasil penelitian sengaja tidak dipublikasikan,dan satu lagi penduduk asli hawaii cara berhitungnya mirip sekali orang jawa.banggalah kalian semua,bangsamu ini bangsa yg besar,berbudaya luhur,ksatria yg tangguh,walau sekarang sedang kehilangan kesadarannya karena diracun para kurawa,tapi sdh menjadi kodrat jaman,kita akan kembali bangkit memimpin dunia,bersiaplah kalian semua wahai generasi muda.pekikkan semangatmu berbaktilah pada bangsa dan negaramu.nusantara raya jaya!!!
Salam hangat juga untuk anda, bung Namraenu, ditunggu artikel selanjutnya. semoga lebih terang lagi clue misterinya
.
masih meraba raba…selamat pagi para patriot garuda. Salam kenal
Jangan sampai salah raba ya bung GagakRimanx. Hehehe… 😀
Salam kenal dan jabat erat bung. Salam hangat selalu.
menyenangkan dan tidak bosan”nya membaca cerita konspirasi sambil belajar menganalisa, maju terus patga di tunggu kelanjutannya dan tak lupa salam hangat buat bung @namraenu.
Terimakasih bung Myun. Betul, cerita ini dibuat selain untuk selingan juga untuk belajar menganalisa. Terimakasih untuk doanya bagi PatGa. Salam hangat untuk anda bung Myun. 🙂
Asemmmmmmm tenan sampean iki …. wes tak baca pelan2, kok tiba2 terhenti begitu saja.
masa clue-nya cuman “2 mata hitam” … haha
Hahaha 😀
Jadi penasaran tho’? Hehe…
Salam hangat untuk anda bung MasBB. 🙂
Masih penasaran kalau baru 2 jilid ceritanya bung. Ngomong2 soal sandi bahasa dari macam2 bahasa Indian mamarika, kita pun ga kalah banyak dgn ribuan bahasa suku2 di Indonesia. Ambil contoh dari bahasa Jawa ada (gimana = kepriben, kepripun, kepriwe, keprimen) dan contoh bahasa Sunda ( banyak = ngayah, se’er, Loba) sedangkan kita memiliki ratusan Suku2 di NKRI ini. Lanjutkan bung cerpennya, salam hangat.
Saya setuju dengan anda bung Gunung Jati. Menurut saya, kekayaan bahasa kita di Nusantara jauh lebih beragam, kaya dengan begitu banyak kata dan memiliki sejarah yang begitu panjang.
Ditunggu lanjutan ceritanya ya bung. 🙂
Salam hangat selalu.
seri ini adalah penghubung antara cerita pembuka dan seri lanjutan yang isinya tetap misterius.. selamat menikmati dengan kepenasaran
Hehehe… 😀
Salam hangat bung Sennopati
Waduh gak berasa udah ketemu ‘ Bersambung ke Bagian 3’…ini novel yang meng kepokan….bung Namraemu…
terimakasih….sukses, sehat dan bahagia selalu…
Hehehe.. 😀
Saya suka istilahnya bung Priangan, “Meng-Kepo-kan” 🙂
Terimakasih kembali bung.
Salam sukses, sehat dan bahagia untuk anda selalu juga ya.
Engga sabaran ingin tau akhirnya nih, Bung. Cari di goggle dengan kata kunci “Alexander Spearwood” dan “Toppenish Creek” , engga dapet-dapet juga. Saya pikir ini cerita saduran dari Bahasa Inggris, hehehehehe. Sepertinya bukan foklor yah, Bung?
Ini memang bukan folklore bung Ngloram dan jelas bukan saduran dong.
Ini serial khusus dibuatkan untuk PatGa.
Hanya web PatriotGaruda.com yang memuat serial ini. Hehehe… 😀
Salam hangat untuk anda. 🙂
asem,Bersambung ternyata
Hehehe… 😀
Tunggu sambungannya ya bung PGS.
Salam hangat. 🙂
Sudah bisa ditebak kisah ini arahnya kemana..tp harus sampai akhir seri baru bisa faham betul isi ceritanya…hehehe..Yo pasti toh..
Maaf bercanda..kangen pingin comment di Patga.
Hehehe… 😀 Gitu ya?
Salam hangat selalu bung Preman
Mungkinkah cerita ini terkait jim geovedi bung ..?
Terkait sih tidak bung RJ tapi profil tokohnya ada sedikit kemiripan lah.
Salam hangat… 🙂
https://www.pinterest.com/offsite/?token=746-141&url=https%3A%2F%2Fs-media-cache-ak0.pinimg.com%2Foriginals%2F56%2F2a%2F82%2F562a82ba88de8d0e46fa7f5219d63801.jpg&pin=457467274623014605
https://www.pinterest.com/peyotebirdnow/american-indian/
Mirip ya dengan pakaian adat di Indonesia 😀 , Young Navajo indian
Bung Namraenu, cerita diatas apakah ada hubungannya dengan nusantara? jadi penasaran….
Bung @ Namraenu
Awas aja ya besok lanjutannya taunya si bapak tua Indian itu tau2 mati dibunuh atau tau2 si Martin itu kecelakaan juga
Pokoknya gk boleh kentang bung
hhehehe
Salam kenal
Salam kenal juga bung Mancunian.
Hehehe… 😀 Saya jamin endingnya nanti gak akan seperti itu kok 🙂
Salam hangat selalu ya
Bung Iskar R
Mantap penjelasannya.
Terimakasih atas pencerahannya ya bung.
sama sama bung namraenu,selamat malam dan jabat erat selalu semua saudaraku sebangsa dan setanah air.
Semoga ditempat anda tidak sering mati lampu bung, biar artikel berikutnya cepat selesai.
Hahahahhaa….
Hahaha… 😀
Mati lampu sih jarang bung TNK, tapi kadang ketemu mood dan waktunya yang kadang susah meskipun plot cerita dari awal juga sudah ada. 🙂
Yaiyaiyeeee yaiyayiya yeee yeee yaiyayaiya yeee…
Udah kayak nyanyian orang Indian kah ?
Xixixixi…
Edisi : meniru orang Indian nyanyi
Eh ada bung TUKANG NGITUNG, PHD, salam hangat bung.
Hehehe… 😀
Sambil nari-nari manggil hujan ya? 😀
wah bung phd ada jg disini hahah
bagi teman-teman mari kita bantu bung Namraenu dengan kisahnya ini, mudah-mudah garis besar cerita beliau dapat menjadi cerita yang menarik dan dapat diterbitkan menjadi sebuah novel. saya sudah bosan dengan novel-novel asmara apalah-apalah yang selama ini terbit dan difilmkan. semoga bung Namraenu dapat menjadi pembuka bagi pengarang lainnya untuk terjun didalam penulisan cerita misteri.
yang penting bung Namraenu bisa menjaga rythm dari cerita agar tetap menarik, sekurang-kurang-nya ada dua puluh pembaca yang kontinyu membaca, itu sudah mengindikasikan cerita ini menarik.
salam bung Namraenu.
Terimakasih ya bung Dudung. Saya akan berusaha sebaik mungkin untuk menjaga agar serial ini tetap menarik dan “informatif”. 😉
Salam untuk anda bung.
yaa.. bersambung. sebaiknya nunggu pencerahan dari Bung Trahlor juga ahh, siapa tau beliu punya clue lainnya yang mungkin ada kaitan benang merahnya..
salam buat bung bung lainnyayang ikut nimbrung dimari yang dulu pernah betah berlama lama cangkrua’an di warung sebelah..
Barang antik yang dititipkan….
Duhh gagal klimaxs ane bung..udh mulai seru eehh selesai..mudah2 edisi 3 cpt keluar ya bung..tiap jam ane pantau nih patga.sangat informatif artikelnya.
Salam bung
Jadi inget film Windtalkers…hehe
aduh jaka sembung, seru2 nya di cut.. serasa smkin klimaks menuju titik soal nya..
serasa naik roller coasternya Dan Brown.
Assalamu’alikum wr wb….Bung Nameiru…masih belom dung kemana arahnya. Salam.
Menunggu ceriya selanjutnya bung