RIWAYAT RADIO PEMBERONTAKAN BUNG TOMO

16

Riwayat Radio Pemberontakan Bung Tomo

dedenew150

SEBUAH rumah di Jalan Mawar Surabaya berdiri rapuh di atas tanah seluas 2.000 meter persegi. Pilar-pilar dari bambu menyangga atapnya. Di ujung kanan pelataran, berdiri sebuah bangunan berdinding anyaman bambu. Suasananya begitu sepi. Tak terdengar lagi suara berapi-api yang dulu membangunkan semangat para pejuang di media pertempuran Surabaya.

Sebuah plakat di dinding menjadi penandanya, bertuliskan: “Rumah Tinggal Pak Amin (1935). Tempat Studio Pemancar Radio Barisan Pemberontakan Republik Indonesia (RPPRI) Bung Tomo. Di sini Ktut Tantri (warga negara Amerika) menyampaikan pidatonya sehingga perjuangan Indonesia bisa dikenal di luar negeri Jl. Mawar 10-12 Surabaya.”

Sebelum jadi markas radio, rumah ini sempat menjadi asrama Nederland Indische Landbouws Maaschapij (NILM), perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan. Seorang penduduk Surabaya bernama Aminhadi kemudian membelinya dan kemudian mewariskan kepada anak-cucunya. Nyaris tiap tahun, rumah ini dikunjungi untuk napak tilas 10 November, pertempuran heroik yang menelan ribuan korban jiwa dan kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Nahas, rumah bersejarah itu telah rata dengan tanah untuk lahan parkir sebuah plaza. Padahal, ia telah ditetapkan sebagai cagar budaya berdasarkan Surat Keputusan Walikota Surabaya pada 1998.

rumah radio

Mendirikan Radio

Rumah di Jalan Mawar ini tak bisa dilepaskan dari sosok Bung Tomo, aktor penting dalam Peristiwa 10 November 1945. Menurut sejarawan Benedict R.O’G. Anderson, sepintas Bung Tomo bukanlah seorang yang mungkin menjadi lambang utama gerakan pemuda di Jawa. Sebelum perang, dia memperoleh pendidikan yang baik di sekolah menengah Belanda dan terkenal dalam gerakan pandu di Jawa Timur. Dia kemudian bekerja sebagai wartawan dan pada zaman Jepang menjadi pegawai kantor berita Domei di Surabaya.

“Ketika dia kembali dari Jakarta pada tanggal 12 Oktober 1945, dia membawa gagasan yang membuat ia terkenal: mendirikan stasiun pemancar radio, yang dinamakannya Radio Pemberontakan, sebagai sarana untuk menciptakan solidaritas massa dan memperbesar semangat perjuangan pemuda,” tulis Anderson dalam Revolusi Pemuda.

Kala itu, Radio Republik Indonesia (RRI) sudah berdiri di beberapa kota besar di Indonesia. Namun RRIadalah lembaga penyiaran resmi yang membawa suara pemerintah. Artinya, RRI tak bisa fleksibel untuk menyuarakan perlawanan. Karena itu, saat bertemu Presiden Sukarno dan Menteri Penerangan Amir Sjarifuddin di Jakarta, Bung Tomo melontarkan gagasan pendirian Radio Pemberontakan, yang bisa dibilang radio gelap. Amir menyetujuinya. “Asal bukan milik resmi pemerintah,” tulis Barlan Setiadijaya dalam 10 November Gelora Kepahlawanan Indonesia.

Sesampai di Surabaya, Bung Tomo bergegas menuju RRI Surabaya di Jalan Simpang. Kepada kepala RRI Surabaya, dia menyampaikan pesan Amir. “Karena pemancar yang aku maksudkan itu masih harus dibuat, menteri penerangan tidak keberatan kalau sementara aku memakai pemancar Radio Surabaya,” kata Bung Tomo dalam bukunya Pertempuran 10 November 1945.

Kepala RRI Surabaya tak keberatan, asalkan ada izin dari Ketua Komite Nasional Indonesia (KNI) Surabaya Doel Arnowo atau Residen Surabaya Sudirman.

Malam harinya, Bung Tomo mengundang beberapa kawannya untuk berembug di sebuah rumah di Jalan Biliton No 7 Surabaya. Pertemuan itu menyepakati pembentukan Barisan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI), organisasi kelaskaran yang terkenal berani mati. Selain itu mempersiapkan operasi Radio Pemberontakan.

Pada 15 Oktober 1945, melalui suratkabar Soeara Rakjat, Bung Tomo mengumumkan bahwa Radio Pemberontakan mulai hari itu akan mengudara perdana dengan gelombang 34 meter. Residen Sudirman dan Doel Arnowo hadir untuk memastikan peminjaman pemancar RRI Surabaya. Bung Tomo minta diputarkan musik mars sebagai pembuka. Karena tak bisa menyediakan dalam waktu dekat, RRI Surabaya menawarkan lagu hawaian Tiger Shark Peter Hodgkinson. Lagu inilah yang kemudian dipakai sebagai pembuka dan penutup siaran.

Dalam pidatonya, Bung Tomo melukiskan kembali dan menumpahkan segala kejadian yang dia alami di Jakarta. “Aku lupa bahwa aku sedang berada sendirian di dalam studio. Seolah-olah di hadapanku ada beribu-ribu, bahkan puluhan ribu orang yang mendengarkan pidatoku. Seakan-akan para pendengarku itu seorang demi seorang kudekati dan kupegang bahunya, kuajak waspada, bersiap menghadapi bahaya yang menghadang. Tak dapat kulukiskan betapa gembiranya hatiku ketika aku selesaiu membaca. Hampir tak kubersihkan peluh yang membasahi wajahku, kalau tidak ada kawan yang memperingatkan akan hal itu,” ujar Bung Tomo.

Usai siaran, Doel Arnowo berpesan agar urusan pemancar Radio Pemberontakan segera dirampungkan. Beruntung, Menteri Pertahanan drg. Moestopo memberi bantuan pesawat pemancar bergelombang pendek bekas Jepang yang dimiliki Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pesawat pemancar itu kemudian dikembangkan oleh teknisi radio dan anggota BPRI seperti Hasan Basri, Ali Oerip, dan Soemadi.

Radio Pemberontakan mengudara setiap Rabu malam dan Minggu malam. Siarannya bukan hanya dalam bahasa Indonesia, tapi juga bahasa daerah, bahkan bahasa asing terutama Inggris. Atas prakarsa dr Sugiri, seorang Amerika yang bersimpati pada perjuangan Indonesia, Miss Deventery atau lebih dikenal dengan nama Bali Ktut Tantri, menyediakan diri menjadi penyiar bahasa Inggris. “Target utama dari siaran berbahasa Inggris adalah pendengar di luar negeri untuk mengumpulkan dukungan luar negeri terhadap kasus yang menimpa Indonesia,” tulis Timothy Lindsey dalam The Romance of K’Tut Tantri and Indonesia.

Di dalam negeri, hampir semua RRI memancarluaskan siaran Radio Pemberontakan –sebaliknya, Radio Pemberontakan juga mengambil bahan siaran dari RRI Surabaya, Malang, Solo, dan Yogyakarta. Beberapa suratkabar juga mengutip isi siarannya.

surabaya membara 6

Pertempuran Surabaya

Tak lama setelah Radio Pemberontakan mengudara, tentara Inggris yang tergabung dalam Allied Firces Netherlands East Indies (AFNEI) mendarat di Surabaya. Mereka bertugas melucuti senjata tentara Jepang, memulangkan tentara Jepang, serta membebaskan tawanan perang. Tentara Netherlands Indies Civil Administration (NICA) membonceng dengan tujuan mengembalikan Indonesia ke administrasi pemerintahan Belanda. Terjadilah perlawanan.

Setelah insiden bendera di Hotel Yamato, meletuslah pertempuran pertama melawan tentara Inggris pada 27 Oktober 1945 yang menelan banyak korban jiwa. Dua hari kemudian disepakati gencatan senjata. Sukarno mengumumkannya melalui Radio Pemberontakan, karena RRI Surabaya mengalami kerusakan akibat terbakar.

Namun gencatan senjata tak menurunkan ketegangan. Bentrokan senjata masih sering terjadi, yang memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby. Tak terima, Inggris mengultimatum agar pihak Indonesia meletakkan senjata dan menghentikan perlawanan. Karena dianggap sepi, Inggris melakukan serangan besar-besaran. Pertempuran berkobar di seluruh kota.

Radio Pemberontakan memainkan peranan penting. Pada 10 November pagi Bung Tomo menganjurkan semua pemuda Surabaya, di mana pun berada, segera kembali ke Surabaya. Kiai Mashoed menggunakan corong radio ini untuk menyerukan para kiai dan rakyat Indonesia menuju Surabaya. “’Di Surabaya terbuka pintu surga’,” tulis Barlan. Begitu pula seruan sejumlah kesatuan dan kelompok terhadap kawan sepejuangan mereka.

Perwakilan dari sejumlah negara juga bersuara atas serangan Inggris melalui Radio Pemberontakan. Rusia, misalnya, dikutip Warta Indonesia, 14 November 1945, menyebut pertempuran itu merupakan pembunuhan besar-besaran dan berharap pemerintah Rusia menyampaikan protes atas nama kemanusiaan.

Di luar dugaan Inggris, perlawanan di Surabaya tak bisa ditaklukkan dalam tempo tiga hari. Pertempuran skala besar ini mencapai waktu hingga tiga minggu sebelum Surabaya akhirnya jatuh ke tangan Inggris.

Sumber Majalah Historia
Gambar by Google ,dan Patsus Dede Sherman

Share.

16 Komentar

  1. Sejarah pertempuran utk mempertahankan kemerdekaan Indonesia yg masih berumur 3bulan..3minggu Inggris memerlukan waktu utk menundukkan banteng-banteng muda Indonesia..dengan tumbal jenderal mallaby..rawe-rawe rantas malang-malang tuntas..

  2. Teruslah di kumandangkan berita tentang radio pemberontakan bung tomo….karena bangsa asing yang ber kolaborasi dengan bangsa sendiri secara langsung menghapus sejarah . Kejayaan. Kebesaran .keberanian bangsa indonesia…..proxy sedang di jalankan…..patsus surabaya dan sekitarnya galangdukungan….lawan proxy ini…..Mrrdeka.

  3. pasukan dari cirebon di bawah pimpinan kiai buntet, membawa serombongan pasukan “bakiak” dengan kata lain pasukan di luar hal2 nalar normal pada umumnya….maaf hanya denger ceritanya….

  4. sinar rembulan on

    Jangan sampai jadi bangsa yang lupa diri bisa KUALAT rumah bung karno sudah terjual sekarang rumah peninggalan radio bung tomo juga mau dijual ahli waris ayo dong pemerintah beli jadikan prasasti supaya generasi penerus tahu siapa jati diri mereka…geregetan dengar berita kayak gini miris…

  5. Luar biasaa…pasukan afnei yg notabene selesai front asia pasifik…kewalahan mnghadapi semangat pemuda bangsa…
    “Pintu surga terbuka di surabaya” luar biasa kalimatnya..

    Bung jenggo org cirebon ya…hehe..benar bung bhkan sampai skrg makam kiai buntet selalu dikunjungi para pejabat

  6. Mungkin klo boleh sumbang saran bung NS, judulnya menjadi Riwayat Radio Perjuangan Bung Tomo karena kita bkn pemberontak tetapi kita memperjuangkan kemerdekaan yg merupakan hak kita. CMIIW+IMHO

  7. Patsus Surabaya dan sekitarnya mari bergerak,,,bentangkan spanduk PATGA di sana…. minta dukungan masyarakat untuk mengembalikan radio pemberoontakan bung tomo……lawan agenda untuk melupakan kebesaran perjuangan para pahlawan. Lawan proxy ini….ini diduga ada unsur kesengajaan.

    • Wong Ganteng on

      jangan lupa seret semua oknum yang bermain.

      bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan jasa pahlawannya.

  8. Salam Patriot !
    Artikel yang menarik bung !
    Sayang objek bernilai sejarah tinggi tersebut tidak bisa dipertahankan, duka bagi kita semua…!

    Izin menyampaikan pertanyaan bung, maaf jika sedikit out of topic
    Yaitu mengenai penyebaran atribut PKI, seharusnya hal itu mulai kita wasapadai
    Sayangnya, dari berita yang saya baca menunjukkan adanya perbedaan dalam menyikapi peristiwa ini, yaitu antara pihak istana dengan TNI POLRI

    http://www.faktamedia.net/2016/05/abaikan-perintah-istana-tni-dan-polri.html

    Perlukah kita waspada apbila beberapa institusi pemerintahan tidak sejalan dalam bersikap ?
    Mohon pencerahannya bung dan sesepuh PATGA sekalian
    Terimakasih !

  9. Membaca ini saya sangat kesal, namun apalah arti kesal ini jika sebatas tulisan semata, sebenarnya kearah mana perjalanan bangsa ini setelah kemerdekaan tercapai? Lihat kawan bangunan sejarahnya saja dirubuhkan demi area parkir semata, habis berapa sih sogokannya? Aku rasa disogok 50juta pasti lebih lah hahahaha, ular itu ngakunya pun NKRI HARGA MATI tapi dirubuhkan juga bangunan sejarahnya.

Reply To Ady Cancel Reply