SEMAR MBANGUN KAHYANGAN

10

ADA APA DENGAN JAWA TIMUR

deddy47

Bukannya saya ini “egosentris kedaerahan”, tapi menganalisa aspek kesejarahan. Jadi saya harap tidak ada yang tersinggung.

Pernah suatu saat di situs Patirtan Jolotundo di lereng Gunung Penanggungan yang dahulu bernama Pawitra, saya mengobrol kajian sejarah dengan Gubernur Jawa Timur : Pakde Karwo. Tentang ada periode sejarah dimana kepemimpinan Nusantara oleh : KAHURIPAN – DHAHA PANJALU – SINGHASARI – MAJAPAHIT … dimana keempatnya berlokasi di Jawa Timur.

Kami sepakat bahwa hal itu karena : Karakter kepemimpinan gaya Jawa Timur bisa diterima oleh Nusantara, pendahulu kita mempunyai pemikiran inovatif dan kerja keras yang jauh didepan lainnya dan yang lebih penting lagi pasti ada semacam pendidikan kepemimpinan berkesinambungan yang mampu melahirkan sosok pemimpinnya.

Dalam kesimpulannya didapatkan 5 cluster utama budaya Jawa Timur yang mungkin dimasa lalu jadi basis kuat proses pendidikan kepemimpinan itu. Dan semuanya dilingkungan gunung yang berderajat kedewaguruan : Pawitra (Penanggungan), Pawinihan (Wilis), Arjuna (Arjuna) Wukir Mahendra (Lawu) dan Hyang (Argopuro).

Ternyata gubernurku banyak tahu lokasi nylempit (tersembunyi) karena dahulunya adalah Mahasiswa Pecinta Alam, jadinya ya cocok diajak ngrumpi yang unik-unik itu.

Kami juga sepakat untuk HERAN …
Karena dengan adanya puluhan dan bahkan mungkin ratusan perguruan tinggi di Jawa Timur, ternyata sangat minim melahirkan pemimpin tangguh seperti pendahulunya. TERUS INI SALAH SIAPA …

Nggak ada jawaban dari kami berdua, sebab pak Gubernur ngudud sambil menerawang … entah apa yang ada dalam pikiran beliau, dan sayapun ngudud juga sambil ikut-ikut melamun … di lereng Gunung Pawitra …

KITA INI TIDAK LAHIR DARI BATU

Bahwa sebuah dinasti itu ada bukanlah lahir sekonyong-konyong dari batu, tetapi melalui proses panjang kesejarahan dari pendahulunya atau leluhurnya. Demikian pula saat Kerajaan WILWATIKTA atau MAJAPAHIT berdiri, bukan nongol tiba-tiba walau tanpa persiapan sebelumnya.

Pendiri MAJAPAHIT : RADEN WIJAYA adalah ksatrya dari Dinasti DHAHA dan keempat istrinya adalah puteri raja terakhir SINGHASARI adalah penyokong kekuasaan MAJAPAHIT yang berasal dari Dinasti JENGGALA.

Leluhur kedua belah pihak mempunyai akar silsilah yang sama. Kakek dari Raden Wijaya adalah penguasa Istana DHAHA dan kakek dari isterinya adalah penguasa Istana TUMAPEL. Kedua penguasa sepakat melakukan pemerintahan bersama karena merasa lahir dari rahim yang sama : SANG NARESWARI KENDEDES.

Dinasti DHAHA dan JENGGALA sendiri dahulunya berpayung pada satu kebesaran yang sama : KAHURIPAN. Karena pertikaian keluarga SRI AIRLANGGA akhirnya memutuskan membagi kerajaan menjadi dua yang sama besarnya guna diserahkan kepada anak-anak dari dua istri berbeda. Sejak itulah keluarga terpecah dalam dua dinasti berbeda.

Konon ada kerinduan untuk menyatukan kembali hubungan keluarga itu lewat perkawinan lintas keluarga setelah mengalami pertikaian panjangnya. Upaya demi upaya dilakukan, terekam dalam “Cerita Panji Inu Kertapati – Galuh Candrakirana”. Merupakan puncak penyatuan kembali dua dinasti dalam satu keluarga.

Tetapi dua generasi berikutnya kembali terpecah. Penyebabnya adalah sama, RADIKALISME AGAMA dan KEKUASAAN. Dimana Dinasti DHAHA teguh memeluk agama HINDU dan KEJAWEN, sedangkan Dinasti JENGGALA teguh dalam agama BUDHA dan KEJAWEN.

Ada fase dimana didapatkan jalan keluar bagi kedua belah pihak, dengan mengesampingkan pengaruh agama dalam pemerintahan. Bahkan ada ide “sangat berani” dengan melebur ke 3 keyakinan dalam 1 keyakinan baru yang disebut SYIWA BUDHA BHAIRAWA. Era tersebut dinamakan DHAHA PANJALU.

Tetapi itu belum menyelesaikan konflik kekuasaan sekalipun pertikaian keagamaan sudah mereda. Baru lah di era kepemimpinan kakek pendiri MAJAPAHIT, kedua belah pihak sepakat melakukan pemerintahan bersama dan mendeklarasikan agama baru SYIWA BUDHA. Istana DHAHA berfungsi sebagai kekuatan militer dan urusan luar negeri bergelar ANGGABHAYA, mempunyai lambang kebesaran NARASINGHAMURTI atau Singha suci bersayap dari kahyangan. Sedangkan Istana TUMAPEL berfungsi mengelola pemerintahan dan urusan dalam negeri bergelar NARAPATI, mempunyai lambang kebesaran NAGA MURDHAJA atau Naga suci bersayap penguasa arah Tenggara. Gabungan kedua istana ini yang kemudian kita kenal dengan Kerajaan SINGHASARI.

Maka perkawinan kedua dinasti dalam tubuh kerajaan Majapahit, sesungguhnya adalah pengulangan dari “Cerita Panji”. Juga penyatuan dari anak keturunan AIRLANGGA, juga pengokohan atas eksistensi Dinasti ISYANA dan kesempurnaan bagi Dinasti DHAHA KADIRI.

Jadi kalau mau belajar tentang MAJAPAHIT, anda juga harus belajar tentang TUMAPEL, DHAHA PANJALU, JENGGALA, KAHURIPAN, ISYANA dan DHAHA KADIRI. Karena memang itu semua keluarga besarnya.

deddy45

KARYA PURBA DARI WENGKER

Rupanya Ponorogo atau Wengker dahulu punya aliran sungai purba yang berhulu di kawasan Wilis dan bermuara kearah pesisir Selatan Jawa.

Seperti yang sudah menjadi pakem penyebaran peradaban, bahwa kehidupan senantiasa mendekati air baik mata air atau danau maupun lembah sungai.

Ada beberapa tanda lekukan bumi yang kini berubah menjadi kering ataupun jadi sawah bahwa dahulunya adalah sungai purba itu. Sungainya sendiri sudah berubah arah seiring pendangkalan karena alam atau hal lainnya.

Kebudayaan PURBA dibumi Wengker atau Ponorogo ini termasuk yang paling maju diantara beberapa cluster purba pesisir selatan yang ada di Jawa Timur. Semisal : Wajakensis, Mojokertoensis, Pugerensis, Bondowosoensis, dan lainnya. Hal ini bila saya pelajari dari cara guratan bentuk, struktur yang dibangun dan pemilihan lokasi komunitas purbanya.

Lebih gila lagi dalam 1 kabupaten Ponorogo akan didapati 4 cluster purba yang berbeda karakternya.

Sesungguhnya Jawa Timur cukup kaya akan arkeologi era prasejarah maupun sejarah. Hanya saja banyak akademisi dan pemerhati melewatinya, karena mereka tidak mampu mengangkat hal ini ke dunia ilmu pengetahuan dengan alasan “kekurangan referensi”. Nurut saya sih … ya bikin saja teori yang punya dasar logika dan rasa yang kuat … tidak bakalan ada yang menyangkalnya. Karena memang belum ada teori diatas situs itu.

deddy48

Ada 3 motif naga yang muncul di kompleks Candi Palah atau lebih dikenal sebagai Candi Panataran.

Yang PERTAMA adalah NAGA MURDHAJA yang berwujud Naga bermahkota dan mempunyai tudung seperti ular Kobra dan Bersayap. Konon adalah lambang kebesaran dari penguasa TUMAPEL. Berada diatas dinding teras ketiga dari Candi Utama.

Yang KEDUA adalah NAGA BARUNA yang merupakan simbol suku bangsa Nusantara sebagai Penguasa Maritim di wilayah bumi selatan. Atau disebut sebagai Naga Laut Selatan. Terletak di lapik pendopo Paseban Agung dan pendopo Pisowanan Agung.

Yang KETIGA adalah NAGA BASUKI yang merupakan simbol kemakmuran. Diangkat tinggi oleh 9 Dewa, merupakan manifestasi kepemimpinan yang menjadi pakem ditanah Jawa. Terletak sebagai penghias pelipit atas Candi Naga yang dahulu sebagai tempat penyimpanan pusaka dan alat upacara keagamaan.

deddy44

CANDI PANGRUWATAN

Candi SUKUH yang dekat lokasinya dengan Candi Cetho, berada dilereng Gunung Lawu.

Juga merupakan punden PURBA yang dahulu dipakai oleh beberapa dinasti kerajaan kuno, dan terakhir direnovasi era Kerajaan Majapahit.

Disebut punden pangruwatan atau lokasi meruwat bagi manusia yang mengalami SUKERTA dan juga meruwat PENGANTIN agar mampu menjalankan tugasnya melahirkan generasi lebih baik.

Inti dari cerita relief yang ada, diperlukan ketulusan dan kerja keras guna bisa keluar dari masalah duniawi yang buruk menjadi hidup lebih baik (ruwat Bhatari Durga menjadi Bhatari Parwati).

Penciptaan mahluk lewat perkawinan suci yang tidak hanya bersifat ragawi tetapi juga harus jiwani. Karena perkawinan jiwani itulah yang menjadi karakter bagi kelahiran si Jabang Bayi (relief rahim Cupu Manik Astagina).

Pemahaman hubungan seksualitas dengan media visual, mengingat saat itu perkawinan biasanya dilakukan lewat perjodohan dalam usia muda. Sehingga calon pengantin tidak punya bekal cukup memahami tugas biologisnya, maka ada tokoh adat dan agama memberikan pedoman tata cara SARESMI atau hubungan badan yang sempurna secara ragawi dan jiwani (relief Lingga Yoni).

Pelajaran TRILOKA DHARMA atau berdharma di 3 alam kehidupan menjalankan takdir Tuhan secara benar. (Arca 3 kura-kura menarik piramid punden berundak).

Dan masih buanyyyyaaaaakkk lagi, datang sendiri saja kesana … masa saya harus cerita semua. Saat ini candi dalam restorasi total dan sayangnya YONI CANDI berupa KRISTAL dan PERMATA nya terpaksa diamankan ke BALAR YOGYAKARTA.

deddy43

GARUDHA YEKSA

Atau Sang Penunggang Garuda, merupakan sinkretisme dari Dewa Wisnu sang penjaga keseimbangan kehidupan semesta yang telah mampu menyatukan visi dan misinya dengan mahluk perkasa bernama Garuda dalam epik GARUDEYA.

Kali ini ada titik centrum utama yang ditandai oleh leluhur Majapahit di Candi Cetho Lereng Gunung Lawu. Sebenarnya bukan punden asli temuan Majapahit, tetapi merupakan punden purba yang direnovasi oleh beberapa dinasti kerajaan kuno dan terakhir disempurnakan oleh Majapahit.

Ada pictogram GARUDA yang tergelar dihalaman teras punden candi ini, dan bila anda duduk tepat dipunggung Garuda maka itu mengarahkan ke 3 gapura yang bila malam hari tepat segaris dengan rasi bintang ORION.

Bebarapa peradaban purba dan kuno diseluruh dunia memuja ORION sebagai bagian STAR GATE yang mampu menghubungkan pada kehidupan multidimensional. Maka tinggal tergantung anda, apakah punya cukup energi guna melakukan QUANTUM LEAP melewati STAR GATE di Cetho ini. Karena rupanya leluhur kita sudah punya perangkat dan teknologi spiritualnya …

 

HIDUP HANYA PERLU SATU KALI …

Maka jalani semuanya dengan penuh arti…
Harus berani dan teguh membela kebenaran sejati …

Tak guna hidupmu reinkarnasi berulang kali …
Bila tetap saja kelakuanmu hina di mata Yang Maha Tinggi …
Bukannya derajatmu naik tinggi, bahkan semakin rendah jauh amblas ke dasarnya bumi …

Hidup itu untuk dijalani …
Bukan untuk disesali …
Karena kita ini hanya alat Tuhan, menjawab kebesarannya di masa kini …

Dalam setiap darahku yang mengalir …
Ada semangat dan harapan pendahuluku ikut bergulir …
Agar meneruskan perjuangan panjang yang tanpa akhir …

Bila yang lain punya mimpi …
Kami disini juga punya jatidiri …
Menjadi berguna bagi keluarga, adat, bangsa dan agama kami …
Walau hidup kami hanya cukup satu kali …

deddy41

Pengageming para KSATRYA TAMA :

KADIGDAYAN
KAPRAWIRAN
KABECIKAN
KAWASKITAN
KAWIBAWAN
KAUTAMAN
KASAMPURNAN

Sapa sira kang nglenggahi SAPTA WAHYU bakal tinemu mukti-wibawa-langgeng pinayungan Karsaning Hyang hurip ring jagad gumelar …

deddy39

CERITA FIKSI JALASUTRA

Konon ketika penguasa gaib semesta Nusantara keluar dari kraton Jalasutra di pesisir Selatan Jawa, beliau Ratu Kencanasari akan menaiki kereta kencana yang ditarik 8 ekor kuda dan diiringi 21 dayang kinasihan dibelakang keretanya. Itu format resminya.

Kalau format tidak resminya bagaimana ? … beliau memilih berjalan diatas gelombang lautan yang membesar dan deburnya masuk hingga jauh ke daratan. 8 kuda nya dilepas mengiring nya dan 21 dayang menjauh dibelakang, karena itu format BELIAU LAGI MURKA. Konon kuda-kuda pilihan yang bisa lari secepat anginpun dibuat terperangah karena kalah cepat geraknya oleh langkah gemulai sang ratu.

Apa sesungguhnya yang membuat kemurkaan seperti itu muncul mewakili semesta … BANYAK ALASANNYA

Mungkin kita terlalu banyak berbohong dan membiarkan angkara murka tumbh disekitar kita. Masa bodoh pada kepalsuan dan kejahatan yang terjadi, tidak memandang sedikitpun pada yang lemah untuk ditolong. Tidak berani berkata benar untuk sebuah benar, menganggap lumrah korupsi … dan banyak lagi …

Maka doa mereka yang teraniaya pada Tuhan, telah memenuhi rongga semesta. Membangunkan yang bertapa untuk bertindak sebagai alat Tuhan, menghukum yang pantas dihukum dan memuliakan mereka yang pantas dimuliakan.

TERMASUK GOLONGAN YANG MANAKAH ANDA SAAT INI ??? …

Katur hormat bagi 2 dayang kinasihan pengiring beliau yang membesarkan ksatrya brang wetan : NYI AGENG LADRANG KUNING dan NYI AGENG SEDAH MIRAH …

deddy40

SEMAR MBANGUN KAHYANGAN

Ketika semua aturan yang lazim porak poranda oleh kepentingan kekuasaan, kekayaan, ketenaran dan keserakahan … maka dunia ini gelap karena tidak ada lagi aturan yang bisa dijadikan pedoman.

Ketika penguasanya sewenang-wenang, ketika prajuritnya mencari kekayaan dengan menggadaikan pangkatnya, ketika ulamanya justru mencari tenar dan nikmat duniawi berselimut ayat pembenaran, ketika guru menjual ilmunya hingga murid tak mampu membelinya, ketika rakyat makan dari berhutang jadi sebuah kelumrahan. Dan bahkan para dewa-dewi hanya mau turun kepada umat yang memberi sogokan.

Owalah … mbergegeg ugeg-ugeg sak dulito (kehidupan seperkasa apapun itu sesungguhnya hanya sekejap saja).

Kalau semua sistemnya memang gagal, ya mesti ada perubahan besar yang harus dijalankan. Terketuk sang SEMAR sebagai pamong ksatrya sekaligus guru para rakyat untuk membenahi keadaan. Bahkan dimatanya Bhatara Guru pun sudah terkontaminasi penyakitnya manusia, padahal beliau rajanya para Dewa.

Tak terima aturan dijungkir balikkan, segera SEMAR melompat terbang ke inti kahyangan. Melupakan samarannya menjelma menjadi Sang BHATARA ISMAYA. Tujuannya satu menghadap sumbernya para dewa : SANG HYANG WENANG, guna melaporkan keadaan di jagad gumelar.

Setelah mendapat restu dari SANG HYANG WENANG, menuju Guruloka (Kahyangan Bhatara Guru) guna menunjukkan SK pengangkatannya sebagai PLT RAJA DEWA. Tak mampu menampik SK milik penguasa tertinggi, Bhatara Guru menyerahkan singhasana dan kekuasaannya pada SANG BHATARA ISMAYA. Dasar winasis gung binathara, membaca gundah hati sang penguasa lama … SEMAR berbisik di telinga Bhatara Guru bahwa tugasnya menegakkan aturan sebagaimana harusnya saja. Setelah itu kekuasaan akan dikembalikan kepada Bhatara Guru, seperti yang sudah tersurat dalam SK sebelumnya. Mantab hati Bhatara Guru atas kabar itu, karena tahu sang ISMAYA sangat teguh memegang janji. Dan siap membantu melakukan perbaikan aturannya semesta.

Konon BHATARA ISMAYA melakukan penertiban besar-besaran dalam 1.000 hari kekuasaannya. Aturan kembali dapat ditegakkan jadi pedoman semesta dan kekuasaan kahyangan dikembalikan kepada Sang Bhatara Guru.

Ada 3 pokok aturan atau PRANATAN yang berhasil dikembalikan pada porsinya : TATA RASA – TATA CARA dan TATA LAKU. Gabungan ketiganya telah menjadi PERILAKU UTAMA atau kita kenal sebagai TATA KRAMA.

Begitu konon ceritanya wayang yang saya lihat malam ini … jauh diatas langit sana …

Jaya – Jaya – Wijayanti

By Patsus Deddy Endarto Wilwatikta untuk SEMAR MBANGUN KAHYANGAN
Gambar Patsus Deddy Endarto Wilwatikta

Share.

10 Komentar

  1. Gunung Jati on

    mantap bung Dedy…… btw saya masih rancu atas asal usul Raden Wijaya, diatas tertera keturunan dari Jawa Timur tetapi ada yg bilang dari Jawa Barat, kira2 asal usul yg benar itu darimana ya menurut sejarah yg benar ?

  2. Alhamdulillah
    Bersyukur rasanya, karena Patga memiliki banyak sesepuh dan guru yg tidak segan” turun gunung untuk berbagi ilmu dengan kami kaum papa ilmu ini. Terimakasih Patsus Deddy yg tak kenal lelah belajar sejarah bangsa ini, dan memberikan butir” hikmah ttg kejayaan masa lalu Indonesia untuk menjadi pijakan demi masa depan Nusantara jaya.
    Salam Patriot !

  3. Merinding bacanya
    Benar kajian yang wow, lebar sekaligus dalam. Dari sejarah wilwatikwa, kebesaran leluhur hingga orion n quantum leap. Takniah patku

  4. matur nuwun pencerahannya patsus deddy. sebuah artikel yg sangat menggugah rasa nasionalisme kita yg makin terkoyak oleh keganasan alam dan jiwa jiwa yg pongah haus kuasa. semoga dengan menoleh kembali sebentar ke belakang kita mampu menatap dengan mantap masa depan. usul saya saja sebagai warga dinasti jenggala agar jg bisa di buatkan analisa dan artikel tentang jenggala karena setahu saya kisah tentang dinasti jenggala sangat minim referensinya.

  5. Terima kasih babaran ilmunya Bung Deddy. Uraiannya sangat provokatif untuk memicu pikiran saya ikut mengembara ke masa itu. Wawasan mengenai budaya luhur nenek moyang seharusnya bisa jadikan bekal untuk meningkatkan rasa percaya diri agar Nusantara kembali jaya.

Leave A Reply