Lirik Kuno Navajo (21) : Murka Rubinstein
==========================================
“Nakai… kerumahku sekarang juga. Sangat penting.”
“Tapi aku akan siaran sebentar lagi .”
“Justru karena itulah kamu harus kesini terlebih dahulu.”
Setelah menutup telponnya, Charanimo mengangsurkan telepon genggamnya kepada Peter.
“Ini. Kamu bisa menggunakannya. Telponlah kakakmu dan kabari keadaanmu.”
Peter pun segera memanfaatkan alat itu.
“Ide bagus. Telponnya tidak akan dilacak oleh tuan Rubinstein.”, pikirnya.
Sebuah asumsi yang memang benar namun tidak sepenuhnya aman.
Namun Peter ternyata tidak menghubungi Alexander sebagaimana yang diminta oleh Charanimo. Sebagai gantinya, dia menekan nomor tujuan milik Shannon istrinya. Kerinduan yang teramat besar kepada istri dan anak-anaknya mendorongnya melakukan itu.
Panggilan itu segera terlihat di layar telepon genggam Shannon. Sayang sekali, panggilan itu tidk digubris Shannon karena dia tidak mengenali nomor tersebut. Di samping itu kesibukannya menyiapkan makan malam bagi anak-anaknya membuat Shannon tidak memiliki waktu untuk menerima telepon dari “seorang asing”.
Namun Peter terus mencoba dan berharap Shannon mau menjawab panggilannya.
“Ayolah sayang… angkat telponnya!”
Tapi Shannon tetap tidak menjawab panggilan itu. Bahkan pada panggilan ketiga, dia menekan tombol untuk memutus panggilan itu.
“Siapa lagi ini? Ini pasti salah satu pasien genit yang pernah aku rawat. Darimana dia mendapat nomorku?”, Shannon berkata dalam hati dengan kesal.
Peter akhirnya mengambil kesimpulan, Shannon tidak mau menerima panggilan itu karena nomor milik Charanimo tidak dikenal oleh istrinya. Karena itu Peter kemudian memutuskan untuk menulis pesan kepada Shannon dan akan mengirimkannya. Namun sebelum dia sempat menyelesaikan pesannya, Nakai telah tiba di rumah Charanimo. Peter pun menunda untuk mengirimkan pesan tersebut. Dia kemudian menceritakan semua yang dialaminya kepada Nakai. Tidak lupa Peter bertanya darimana dia tahu tentang keberadaan dirinya di dalam lab itu. Semuanya menjadi jelas bagi Peter ketika Nakai, bergantian dengan Charanimo, menceritakan bagaimana Alex datang kepada mereka dan meminta tolong untuk mencari keberadaan dirinya.
**********************************************************************
Ruang kendali CoilCore :
“Jadi bagaimana situasinya saat ini?”, tanya tuan Rubinstein lewat fasilitas video konferensi membuka pertemuan itu.
“Ada yang melihatnya melintas di pertigaan menuju Pajarito dan menghilang di ruas tersebut.”
“Sudah di konfirmasi?”
“Kamera jalanan pada arah itu tidak menangkap adanya pergerakan mobilnya di jalan itu.”
“Jadi kita kembali ke titik nol lagi?”
“Itu atau dia masuk ke area pepohonan di sekitar situ.”
“Terakhir kalian mengatakan hal yang sama sewaktu di Quzenito. Saya butuh data penguat sebelum memobilisasi Praetorian ke area itu.”
**********************************************************************
“Oke, aku siarkan saat ini juga. Radioku memang dekat tapi kamu tidak perlu ikut. Istirahat saja dulu sampai keadaanmu benar-benar pulih.”, demikian yang dikatakan Nakai kepada Peter dan disaksikan oleh kepala suku Charanimo ketika dia meninggalkan rumah sang kepala suku.
“Pendengarku pasti sangat kaget mendapatkan informasi yang sangat berharga ini.”
Nakai pun meninggalkan Charanimo dan Peter untuk menuju ke stasiun radio tempatnya akan melangsungkan siaran.
Mendengar bagaimana kerasnya usaha Alex untuk memperingatkannya, Peter merasa sangat bersalah terhadap kakaknya itu. Selama ini, dia memang kerap merasa bahwa kakaknya itu terlalu banyak mencampuri kehidupannya. Namun kini dia menyadari bahwa itu semua dilakukan kakaknya karena mengkhawatirkan kehidupannya dan keadaannya.
“Bagaimana… apakah engkau sudah menelpon kakakmu?”, tanya Charanimo ketika mereka telah berdua lagi.
“Eh… belum… aku tadi menelpon istriku tapi tidak diangkatnya.”
“Telponlah kakakmu. Dia telah bersusah payah mencarimu dan ….bagaimanapun juga dia adalah kakakmu.”
“Baik… aku memang baru saja akan menelponnya.”
Sayang sekali, upaya Peter menelpon Alex juga tidak berhasil. Pada saat yang bersamaan, Alex sedang menjalani sesi terapi oleh psikiater sehingga telepon genggamnya sedang tidak dipegangnya. Setelah lima kali menelepon tanpa hasil akhirnya Peter memutuskan untuk juga mengirimkan pesan kepada Alex. Namun sebelumnya, Peter terlebih dahulu menyelesaikan pesannya untuk Shannon dan mengirimkannya. Sementara itu Charanimo menyalakan radio dimana mereka bisa mendengarkan Nakai yang baru saja akan memulai siarannya.
**********************************************************************
Ruang kendali CoilCore :
“Tuan Rubinstein, dari pelacakan kami, istri Peter mendapat tiga kali panggilan dari nomer yang sama di telepon genggamnya.”
“Apa hubungannya dengan pencarian kita?”, tuan Rubinstein merespon dengan nada tinggi.
“Telepon itu dari daerah Pajarito tuan! Dan nomer itu juga berkali-kali menelepon ke Alexander Spearwood namun tidak diangkat. Tidakkah itu aneh tuan? Axe-Man menghilang di daerah itu dan kini ada panggilan dari area itu kepada istri dan kakaknya?”
Tuan Rubinstin terdiam sejenak sambil berpikir, “Kalian bisa lacak siapa yang meneleponnya?”
“Telepon itu terdaftar atas nama Charanimo Stonecold.”
“Hmm… oke… sadap seluruh komunikasi orang itu. Dan temukan dimana persisnya orang itu berada.”
“Satu menit tuan.”
Teknisi yang melaporkan itupun mulai melakukan penyempitan area pencarian berdasarkan titik-titik sinyal terdekat di area pemanggil.
Pada saat itu, seorang teknisi lain memanggil tuan Rubinstein dengan wajah penuh kekhawatiran. “Tuan …”
“Ya?”
Teknisi yang memanggil itu terlihat memikirkan sesuatu dan sepertinya ragu untuk meneruskan kata-katanya.
“Ada apa?”, tuan Rubinstein menjawabnya kembali.
“Siaran radio dari daerah itu tuan….”, jawab teknisi itu dengan gugup.
“Siaran radio apa? Ada apa?”
Teknisi itu kembali terdiam, namun dengan wajah cemas dia menyalakan dan menyambungkan saluran audio hingga terdengar di seluruh ruangan. Sejurus kemudian terdengar suara Nakai menggema di ruangan itu.
“… itu bukan kecelakaan. Bis itu didorong ke jurang oleh tim pembunuh bernama Praetorian atas suruhan tuan Rubinstein dari CoilCore. Para korban adalah tim Terra Quark dan Riset Quantum dari laboratorium bawah tanah raksasa di Los Alamos. Di dalam laboratorium itu, CoilCore membuat berbagai satelit penghancur dan perusak yang dapat digunakan sebagai senjata non-konvensional. Para ilmuwan itu dibunuh karena sudah tidak dibutuhkan lagi dan dianggap terlalu banyak tahu rahasia yang sensitif. Namun ada satu yang berhasil lolos yang kemudian mengabarkan kepada kami semuanya.”
Seluruh staf teknisi yang berada di ruangan itu mendengarkan dengan seksama namun penuh ketegangan.
“Tuan…”, teknisi yang tadi melacak telepon pemanggil ke Shannon istri Peter kemudian bersuara.
“APAAA???!!!”, tuan Rubinstein menjawab dengan membentak sangat keras. Nampak jelas dia sangat marah.
“Nomor pemanggil itu dari daerah reservasi Navajo di Pajarito tuan. Dan memang benar nomor itu saat ini dipegang oleh si Axe-Man”
“Apa buktinya???”
Di tampilan layar visual kemudian terlihat pesan yang dikirimkan dari nomer milik Charanimo itu ke Shannon istri Peter.
“Sayangku ini aku. Aku menggunakan nomer Charanimo teman Alex. Aku berada dalam bahaya jadi harus menggunakan nomor lain. Telpon aku atau tolong angkat telponnya. (Peter)”
Sambil menggeratakkan giginya dengan geram, tuan Rubinstein memerintahkan sesuatu kepada anak buahnya.
“Oke.. kalian semua sudah melihat dan mendengarnya. Gunakan satelit ‘Frequency Blaster’ untuk mengacaukan sinyal gelombang di grid itu.”
Para teknisinya saling berpandangan sampai akhirnya salah seorang diantaranya menjawab.
“Satelit itu masih dalam tahap uji coba tuan. Belum terbukti kemampuannya. Dan disamping itu akan sangat membahayakan penerbangan di area itu.”
“Lalu apa ide kalian???”
“Saya bisa meretas sistem pembayaran penyedia jasa komunikasi yang digunakan Charanimo, Alexander dan Shannon sehingga layanan untuk mereka terhenti.”
“Oke… lakukan itu.”, jawab tuan Rubinstein, “Dan saya akan minta heli Praetorian untuk merubuhkan pemancar radio itu.”
“Tuan,” seorang teknisinya mengajukan usul, “Heli itu butuh waktu sekitar 5 – 6 menit untuk mencapai Pajarito.”
“Ya.. kamu punya ide lebih baik?”
“Radio itu tersambung ke grid tenaga listrik di titik ini tuan dan kita bisa mematikannya dari sini.”
“Bagus. Bagus sekali. Saya suka ide itu.”
**********************************************************************
“Hukum harus ditegakkan. Orang-orang cerdas ini dikhianati dan dibunuh ketika mereka telah …”
BZZZT!
Seluruh lampu di dalam rumah Charanimo tiba-tiba mati secara bersamaan. Rumah itu menjadi gelap gulita. Radio yang sedang menyiarkan siaran Nakai pun langsung membisu.
“Mati lampu.”, kata Navva istri Charanimo dari ruang tengah. “Aku akan menyalakan lilin.”
Charanimo meraih senter yang berada di atas lemari. Dia membuka jendela dan menyorot keadaan di luar yang juga gelap gulita. Sambil memperhatikan sekitar nampaknya dia merenungi sesuatu.
“Ini pertanda buruk.”, ujarnya pelan.
“Maksudmu?”, tanya Peter.
Charanimo tidak menjawab namun dari pantulan senter di jendela pada wajahnya terlihat rautnya sangat tegang. Peter langsung menyadari adanya bahaya yang mengintai. Rasanya bukan suatu kebetulan komplek penampungan Navajo itu tiba-tiba mati lampu saat Nakai sedang membawakan siarannya yang membuka tabir konspirasi kejahatan yang dialami Peter.
“Ini bukan mati lampu yang wajar?”, Peter menanyakan kekhawatirannya kepada Charanimo.
Charanimo menatapnya dengan wajah sangat serius, “Coba telpon kembali Alex atau istrimu. Kabari situasimu.”
Peter pun mencoba menelepon kembali istrinya. Saat melakukannya, Peter berpikir dengan heran mengapa Shannon tidak menelpon balik ke nomer Charanimo. Seharusnya ketika istrinya itu telah menerima pesannya, sudah menjadi jelas siapa orang yang berada dibalik nomor misterius yang “mengganggunya” di malam ini. Ketika akhirnya panggilan Peter menyambung ternyata tidak mengarah ke Shannon tapi ke layanan pelanggan penyedia jasa telekomunikasi yang digunakan Charanimo.
“Anda memiliki tagihan yang belum dibayarkan. Hubungi layanan pelanggan kami untuk menyelesaikan ketidaknyamanan ini.”
“Tidak mungkin! Kamu lihat sendiri saya menelpon Nakai tadi.”, Charanimo membantah klaim sepihak itu ketika Peter memberitahukan masalah yang terjadi.
“Ya. Saya tahu. Dan saya tahu apa yang terjadi.”
“Kita tahu apa yang terjadi.”,
Charanimo menambahkan, “Peter… mereka mengejarmu. Kamu sudah tidak aman disini. Menurutku sebaiknya kamu meninggalkan tempat ini. Ini demi keselamatanmu sendiri.”
“Ya. Aku tahu. Tapi bagaimana dengan kalian? Kalian pun akan menjadi sasaran mereka.”
“Jangan khawatirkan kami. Kami sudah lama hidup dalam penindasan mereka. Dalam sebuah jalan perjuangan biasanya akan selalu ada kisah akhir yang seperti ini. Pergilah selama masih ada waktu.”
Pada saat itu di kejauhan terdengar suara helikopter yang semakin mendekat.
“Itu mereka.”, kata Peter.
“Ya. Pergilah! Bawa senter ini! Selamatkan dirimu.”
Peter pun keluar untuk kembali menuju Hummer yang diparkirnya. Sebelum keluar, di depan pintu masuk rumah, Peter mengeluarkan sesuatu dari kantongnya dan memberikannya kepada Charanimo.
“Apa ini?”, tanya Charanimo.
“Ini sebuah lirik lagu kuno Navajo. Engkau pasti kenal lagu ini. Jika aku tidak selamat atau menghilang, nyanyikan ini dihadapan Alex atau Martin anaknya.”
“Hanya menyanyikannya?”
“Ya.. hanya menyanyikannya. Tapi ulangi jika diperlukan sampai mereka tahu perbedaannya.”
“Baik… semoga aku punya kesempatan untuk bertemu dengan mereka.”
“Makin sedikit yang tau keberadaan lirik ini makin baik. Dan jangan pernah katakan apapun tentang lirik lagu ini kepada Rubinstein maupun kaki tangannya.”
“Oke…”
Berjanjilah!”
Charanimo mengangguk dan berkata, “Ya! Saya berjanji.”
“Janji seorang Navajo?”, tanya Peter memastikan.
“Janji seorang Navajo.”, jawab Charanimo dengan sungguh-sungguh.
Peter pun berlari meninggalkan rumah Charanimo dan menuju tempat Hummer yang dibawanya di parkir. Langkahnya sempat terhenti menyaksikan sebuah menara radio yang terbakar dua blok dari rumah Charanimo. Menara itu ditembaki dengan senapan mesin dari sebuah helikopter yang mengudara di dekatnya. Terdengar suara teriakan ketakutan dari warga Navajo di sekitar menara radio itu. Peter tahu bahwa itu adalah menara radio tempat Nakai memancarkan siarannya namun dia tidak mampu berbuat apa-apa. Dia bahkan harus kembali melarikan diri dari para pengejarnya demi menyelamatkan hidupnya.
Dalam kegelapan malam yang pekat dan suasana gaduh penuh kepanikan, Peter sempat kebingungan menemukan dimana Hummer itu diparkir. Ternyata mobil itu telah dipindahkan ke area pepohonan yang sepi, tersembunyi dan cukup jauh dari tempatnya yang pertama. Dengan bantuan senter, Peter pun menuju mobil itu ditengah suasana penampungan yang gelap. Dari terasnya, Charanimo hanya memperhatikan dari jauh sorot senter yang dipegang Peter menuju mobil Hummer tersebut. Charanimo baru saja merasa lega ketika Peter akhirnya berhasil mencapai Hummer itu tanpa terlihat oleh sebuah helikopter yang melintas diatasnya. Namun berselang dua menit kemudian ….
“BLAAAAAAAARRRRR!!!!”
Sebuah ledakan sangat keras begitu mengagetkan seluruh penghuni penampungan itu. Bahkan Charanimo terlempar ke belakang akibat kerasnya ledakan itu. Suara ledakan tersebut berasal dari Hummer yang dikendarai oleh Peter sebelumnya. Hummer tersebut meledak dengan begitu dahsyatnya sehingga terangkat dari permukaan. Hummer itu kemudian terbanting hancur dan terbakar sementara Peter ….
Dimanakah Peter? Apakah dia ada di dalam Hummer tersebut ketika meledak? Bagaimana nasibnya? Dan bagaimana mobil itu bisa meledak?
**********************************************************************
Inikah akhir pelarian Peter? 😮
Kita tunggu saja kelanjutannya… -_-
Bersambung ke bagian (22)
By Patssu Namraenu Biro Jabodetabek
Gambar By Google , Patsus Dede sherman dan Patsus Citox
50 Komentar
Makin seru
Bung nam. Kentang banget nih motong ceritanya.
Masa sih bung PejuangZaadul?
Itu udah jatah maksimalnya lho.
Dua setengah halaman teks Notepad pas.
Hehehe….
Salaam …. ^_^
kentang…bung…
Waduh bung Nam, lagi seru serunya malah dipotong lagi…..makin kepo nih….Hehehe ..
Terimakasih sekuelnya seru banget…makin penasaran ending story nya…sehat selalu bung Nam…
Terimakasih kembali bung Priangan.
Sehat selalu juga untuk anda.
Salaam … ^_^
Hmmmmm bikin ketagihan ceritanya
seerrruuuuu……!!!!
minyak, eh nyimak bung…
Ada hubungan dengan indonesia… ya gerombolan bawah tanah di atas tidak lebih dari gerombolan penghancur di indonesia… menggunakan segala cara untuk mencapai kekuasaan..
Pihak lawan dihancurkan dgn serangan tidak langsung dan mematikan gerak langkah.. good job and well done
Jayabaya benara jawa tinggal separo londo dan cino sepasang yg maknanya kitatercerai berai mjd golongan terpisah sementara pihak lain bekerja sama untuk menguasai indonesia
Kita lihat sajahasil akhirnya ajan spt sgp atau model lain..
Sy pesimis karena uang yg mengendalikan kekuasaan dan kebiasaan mental yg lemah minta jatah thr ke vendor atau pihak lain yg bukan haknya adalah cermin lembeknya budaya bangsa
Nkri jaya?
Semakin Menegangkan Kisah nya!
Semakin Menarik Kisahnya!
Terimakasih bung Aldy Navajo.
Wah jangan-jangan ini masih keluarga-nya Peter atau Martin juga. Hehehe… 😀
Salaam … ^_^
Bagaimana pula nasib nakai yg menyiarkan berita itu melalui radionya? ….
Tunggu di edisi berikutnya ya bung Azda.
Salaam … ^_^
salam hangat bung
makin seru dan menegangkn ceritanya.
Terimakasih bung Mobatt_Mabet …
Salam hangat kembali bung.
Semoga nakai, peter n semua selamat
Kan masih ada tokoh utamanya, “Martin”, bung Wong Tani.
Salaam … ^_^
Selamatkah Peter?
Kita tunggu minggu depan
Kita tunggu kelanjutannya ya bung TNK.
Salaam … ^_^
Setelah baca langsung praktek, peralatan google & youtube. Search michael rubinstein = ted = los alamos national lab = new mexico = dulce underground base. Hoax yang sempurna bung nam
Terimakasih bung Tempe.
Kadang hoax yang sempurna itu bisa mendekati kenyataan atau malah merupakan kenyataan itu sendiri.
Salaam … ^_^
terimakasih bung Nam .. akhirnya bersambung lagi bung ..
cara bung Nam memotong ceritanya .. luar biasa bung .. memainkan adrenalin saya dan mungkin semua rekan patga .. hehe salut bung ..
lebih baik saya menunggu edisi lanjutannya saja bung …
salam sehat semua patga ya
Terimakasih kembali bung Kingsoka.
Sehat selalu juga untuk anda.
Ditunggu lanjutannya ya.
Salaam … ^_^
@Bung Namraenu terima kasih byk utk kelanjutan artikel Navajo nya Bung…
Semakin lama alur ceritanya semakin menarik dan mendebarkan…
Oia Bung alat yang bisa melacak frekuensi handphone itu mmg digunakan di wilayah sekitar Pajarito atau bisa digunakan keseluruhan dunia… maaf awam Bung..
Salam Hangat utk Anda dan Keluarga Bung Namraenu..
Terimakasih utk waktu Anda…
Salam Patriot…
Terimakasih kembali bung Rakyat Jelata.
Alat pelacak frekuensi seperti itu bisa digunakan dimana saja.
Pernah dengar serangan yang dilakukan oleh drone diberbagai wilayah dunia?
Dalam beberapa kasus, itu diawali dengan melacak keberadaan target dari sinyal HP yang dipegangnya.
Semoga cukup jelas ya.
Salam hangat. Salam Patriot.
cerita yang menarik, walaupun sambil membaca namun serasa melihat sebuah film, lanjutkan bung Namraenu
Terimakasih bung MPutra.
Ok siaap bung.
Salaam … ^_^
,,,nutrisi artikel yang menarik penuh misteri untuk senam otak di pagi ini….bravo bung Namraenu !
salam Indonesia nan Jaya!
Terimakasih bung Pager Wojo.
Salam Indonesia Jaya….
wah masih se episode lg nasib Peter. Semoga berakhir lega..
Kekuatan para konspiratif sungguh dashyat, menguasai jalur komunikasi, aparat, senjata, dsb.. hampir menutup celah perlawanan terhadap mereka.
Privasi dan keamanan sebagai Warga Negara sudah tidak dapat sepenuhnya terjamiin..
http://kasamago.com/rasionalisasi-pns-dan-gagalnya-reformasi-birokrasi/
Ya.. memang demikian bung Kasamago.
Bahkan di negaranya sendiri, rakyat AS banyak yang menyebut negara mereka sebagai “negara polisi”. Negara polisi yang diatur oleh para “pemodal” tentunya.
BTW… untuk mengingatkan kembali, tokoh utama di serial ini adalah Martin ya bung. Jadi kalau terjadi “apa-apa” sama tokoh Peter, harap dimaklumi.
Salaam … ^_^
Gambarnya kok seperti kejadian nyata,100â„… sama dgn ceritanya.
Kebetulan saja menemukan gambar yang cocok bung FR.
Biasanya susah untuk bisa mendapatkan gambar yang pas.
Salaam … ^_^
Tp kayaknya selamat peter ya..kira2 minta suaka kemana yah peter??
Sayangnya di serial ini, Peter tidak berakhir seperti itu bung Ndank02.
Ditunggu saja kelanjutannya ya …
Salaam … ^_^
Mendebarkan, semoga ending nya klimaskssss, di tunggu bung nam, salam hangat
Di tunggu kelanjutannya ya bung Agumon.
Salam hangat … ^_^
Menggugah rasa penasaran Bung Nam,
tapi yg bikin saya agak bingung, bagaimana si navajo bisa memecahkan kode tsb?
apakah mereka masih ada keturunan Navajo Code Talker yg pernah direkrut oleh samiri sewaktu perebutan Iwo Jima?, mengingat bahkan pada saat itu Jepang sendiri tdk bisa memecahkan Kode tsb, yg mengakibatkan iwo jima terlepas dr jepang. Mohon Pencerahannya dong Bung Nam
Kode itu berada dalam bait-bait lirik lagu yang di”titip”kan Peter kepada Alex atau Martin lewat Charanimo bung Keong Rebus (beracun gak ni? hehe… 😀 ).
Kode itu kemudian sudah dipecahkan oleh Martin di edisi ke-3 yang kemudian menuntunnya menemui Nakai dan Charanimo (edisi 4). Charanimo lalu menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada Peter (edisi 5 – 23) dan upaya Martin menuntut keadilan melawan kekuatan para kaum konspirasi jahat (edisi 24 – tamat).
Tapi karena ini masih edisi ke 21 jadi harap bersabar ya…
Salaam… ^_^
Tambah seru,,,tegang,.,
Agen NSA kabur ( suaka ) ke bear.peter = NSA ( ES) ????
Sayangnya Peter bukan Snowden bung Andalas.
Pernah pingin bikin cerita yang serupa dengan pengalaman Snowden tapi ternyata banyak “tapi”nya. 😉
Salaam … ^_^
Mantap alur cerita nya makin greget…
Salut buat bung nam dan bung” sekalian semoga sehat selalu dan dalam lindungan allah SWT amin…
Terimakasih bung Sam.
Aamiin untuk doanya ya bung.
Saya doakan hal yang sama untuk anda.
“Semoga anda dan rekan-rekan lainnya sehat selalu dan senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
Aamiiin Ya Robbal ‘Alaamiiin…”
Salaam … ^_^
Akhirnya khatam mbaca semua artikel PATRIOT GARUDA dgn komen2nya..semoga sesepuh disini semuanya sehat..tetep fokus..jaga keselamatan..artikel nomer sekian.gk papa.yg penting anda2 selamat dalam bertugas bung…NKRI HARGA MATI
Aamiin untuk doanya ya bung.
Semoga semuanya tetap sehat, tetap fokus dalam bertugas, senantiasa dilindungi olehNya dan sukses serta barokah selalu dalam setiap langkahnya.
Oh ya… semoga sesepuh juga mendengar (membaca) doa ini karena saya bukan sesepuh lho ya.
Saya hanya seorang penulis yang cinta pada bangsa dan negara ini serta selalu mendoakan keselamatan, keutuhan, kesatuan dan kemakmuran bangsa dan negara ini.
NKRI HARGA MATI.
minal aidzin wal faidzin untuk semua rekan patga yah ..
mudah-mudahan bung Namraenu sudah selesai mudik dan tetap sehat selalu bung ..
hehe … menunggu dengan setia .. release dari bung Admin … lanjutan artikel bung Namraenu yang infonya sudah sampai jilid 25 ya … hehe
salam sehat semua rekan – rekan patga ..
Minal Aidin Wal Faidzin juga ya bung Kingsoka.
Alhamdulillah ini sudah kembali dalam rutinitas seperti biasa. 🙂
Untuk edisi selanjutnya, ditunggu ya. Semoga tidak lama lagi.
Salam sehat selalu juga untuk anda bung.
Salaam … ^_^