4 th Generation Warfare

31

 

4 th Generation Warfare

Syafrie5

Dalam konteks pertahanan dan keamanan nasional, globalisasi dan kemajuan teknologi telah mendorong berkembangnya konsep keamanan yang lebih kompleks dan multidimensional, yang tidak hanya mencakup dimensi militer semata, melainkan juga dimensi yang bersifat non-militer.

Karakteristik ancaman juga mengalami perluasan dengan munculnya ancaman non-tradisional yang bersumber dari segala aspek kehidupan mulai dari ideologi, sosial budaya, politik, ekonomi, lingkungan hidup dan lainnya, di samping tetap hadirnya ancaman tradisional.

Karakter perang yang berkembang saat ini juga mengalami perubahan, sebagaimana dapat dilihat dari mengemukanya konsep Revolution in Military Affairs(RMA), peperangan generasi keempat (fourth generation warfare), dari perang asimetris (asymmetric warfare), yang menjadi bagian integral dalam transformasi pertahanan di banyak negara, dan memengaruhi berbagai dimensi dalam kehidupan militer, mulai dari kelembagaan/organisasi, teknologi, doktrin dan penggunaan kekuatan.

Negara Republik Indonesia dengan luas wilayah 1.922.570 Km2 , memiliki 17.504 pulau, dihuni oleh lebih dari 300 macam etnik yang memiliki perbedaan agama dan adat istiadat. Maka sangat riskan sekali dengan munculnya bahaya perang generasi ke empat (4th generation warfare).

Ditambah pula dengan keadaan politik dalam negeri Indonesia yang semakin menimbulkan gejala perpecahan antar anak bangsa, juga kegiatan terorisme dan separatisme yang masih eksis mewarnai situasi keamanan negara.

Di sisi lain keterbelakangan, kemiskinan, pengangguran dan ketidakadilan menimbulkan kekecewaan sebagian masyarakat akan sangat berpotensi menjadi pendorong meletusnya konflik asimetris.

Hal ini harus segera diwaspadai dan dideteksi secara dini agar bahaya-bahaya yang timbul dapat segera dinetralisasi.

dedenew524

 

 

Oleh Letjen TNI (Purn) Syafrie Syamsoeddin
Gambar oleh Google dan Patsus Dede Sherman

Share.

31 Komentar

  1. Gunung Jati on

    Dengan banyaknya aral, rintangan dan cobaan terhadap NKRI ini, semoga makin dewasa, kuat dan menjadi bangsa Pemenang. Aamiin.

  2. Kuli Bangunan on

    Dari sabang sampai merauke
    Berjajar pulau pulau
    sambung menyambung menjadi satu itulah INDONESIA
    INDONESIA tanah airku
    AKU berjanji padamu menjungjung tanah airku
    Tanah airku indonesia

    NKRI harga mati Indonesia Raya Nusantara gemilang

  3. Hormat Grak…
    Salam Ta’lim untuk bapak besar…….
    Semoga sehat selalu dan terus bekarya untuk Ibu
    Assalamu’alaikum untuk Bapak

  4. Mengapa Siti Fadilah Supari dizolimi penguasa sampai Amin Rais pun dibawa Bawa?

    Mari nyimak tayangan ulang tulisan Pak Hendrajit (Pengkaji Geopolitik) yang juga jadi bagian penting buku “Perang Asimetris dan Skema Penjajahan Gaya Baru” karya M Arief Pranoto dan Hendrajit.

    Mengenang Perlawanan Siti Fadilah Supari Galang Dukungan Internasional Terhadap WHO (Bagian II)

    Penulis: Hendrajit
    Pengkaji Geopolitik, GFI.

    Pada 2005 dunia kesehatan Indonesia gempar, karena muncul penyakit baru, Flu Burung namanya. Dr Siti Fadilah Supari, baru sekitar setahun menjabat Menteri Kesehatan, tentu saja merasa terpukul. Namun jiwa hasrat dan passion-nya yang sejatinya merupakan seorang peneliti, rasa penasaran untuk mengungkap apa yang sesungguhnya terjadi di balik penyebaran Flu Burung, jauh lebih kuat daripada rasa gusarnya. Apalagi sebelumnya pada 2004, Flu Burung juga menerjang Vietnam, Thailand dan Cina.

    Namun bagi Supari, munculnya Flu Burung, telah menyadarkan dirinya, ada sesuatu yang tidak beres dalam tata kelola kesehatan yang ditangani oleh WHO. Bermula di saat Supari galau bagaimana mengatasi penyebaran virus Flu Burung yang begitu cepat, tiba-tiba berdatanganlah para pedagang farmasi menawarkan apa yang dinamakan rapid diagnostic test yang sumbernya berdasarkan virus strain Vietnam. Dan ini yang kemudian memancing kecurigaan Supari, para pedagang tersebut juga menawarkan vaksin untuk menyembuhkan Flu Burung. Yang tentunya sumbernya juga berasal dari virus strain Vietnam.

    Buat Supari ini hanya berarti satu hal: Adanya ketidakadilan dalam penanganan masalah kesehatan di dunia internasional, dan biang keroknya adalah World Health Organization alias WHO.

    Betapa tidak. WHO selama hampir 50 tahun, memberlakukan ketentuan apabila ada penduduk yang menderita penyakit Influenza , lalu kemudian meninggal, maka virus dari penderita tersebut sampelnya diambil dan dikirim ke WHO CC (WHO Collaborating Center), untuk dibuat seed virus. Dari seed virus inilah kemudian digunakan untuk membuat vaksin.

    Dan ironisnya, pembuat vaksin adalah perusahaan yang ada di negara-negara industri maju, negara-negara kaya yang tidak punya kasu Flu Burung pada manusia. Tragisnya lagi, vaksin itu kemudian dijual ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia.

    Maka melalui tragedi Flu Burung ini, kesadaran baru muncul pada benak Supari. Dalam kapasitasnya sebagai Menteri Kesehatan, Supari mulai mengambil kebijakan melarang pengiriman virus Influenza kepada WHO. Karena Supari menaruh kecurigaan terhadap skema GISN(Global Influenza Surveilance Network) yang dijadikan dalih WHO untuk memaksa semua negara anggota WHO untuk mengirim viru influenza kepada organisasi kesehatan dunia tersebut.

    Masak iya, 110 negara di dunia yang mempunyai kasus influenza biasa (seasonal flu) harus mengirimkan specimen virus secara sukarela, tanpa protes sama sekali. Betapa tidak. Virus yang diterima GISN sebagai wild virus menjadi milik GISN. Dan kemudian diproses untuk risk assessment dan riset para pakar. Disamping itu juga diproses menjadi seed virus. Dan dari seed virus dapat dibuat suatu vaksin, di mana setelah menjadi vaksin, didistribusikan ke seluruh dunia secara komersial. Alangkah tidak adilnya, begitu menurut pikiran wanita kelahiran Solo, Jawa Tengah tersebut.

    Selain gusar mengapa tak ada satupun negara, termasuk Indonesia, yang berani protes atas aturan yang tidak adil tersebut, alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada tersebut juga mulai mencurigai adanya konspirasi internasional di balik Flu Burung tersebut. Siapakah sesungguhnya yang memperdagangkan virus seasonal flu? Negara-negara penderita mengirimkan virus dengan sukarela ke GISN-nya WHO, tetapi mengapa kemudian tiba-tiba perusahaan pembuat virus memproduksinya? Dimana mulai diperdagangkan.

    Dan ini yang paling penting: Ada hubungan apa antara WHO, GISN dan perusahaan pembuat vaksin? Pokoknya ada yang tidak beres lah.

    Karena belakangan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah ini tahu, bahwa Flu Burung yang berasal dari virus jenis H5N1, WHO juga menerapkan peraturan yang sama. Artinya, negara-negara yang diterjang penyakit Flu Burung, maka harus menyerahkan virus H5N1 ke WHO CC. Tapi setelah itu? Negara pengirim tidak pernah tahu, untuk apa dan diapakah virus tersebut. Dan dikirim kemana virus tersebut?

    “Apakah akan dibuat vaksin atau bahkan jangan-jangan akan diproses menjadi senjata biologis? Kepada siapa saya harus bertanya? Apa hak dari si pengirim virus yang biasanya adalah negara yang sedang berkembang dan negara miskin”. Begitulah kegusaran Supari sebagaiman terdokumentasi dalam buku karyanya bertajuk “Saatnya Dunia Berubah”.

    Sederet pertanyaan yang berada di benaknya, mendorong Supari meminta pendapat Sangkot Marzuki, memang ahlinya untuk menjawab soal ini. Menurut Marzuki, ternyata para ilmuwan di dunia tidak semuanya bisa mengakses data sequencing DNA H5N1 yang disimpan WHO CC, yang entah bagaimana ceritanya, kok bisa-bisanya disimpan di Los Alamos National Laboratory di New Mexico.

    Terungka bahwa selama ini data sequencing H5N1 yang kita kirim ke WHO hanya dikuasai oleh ilmuwan-ilmuwan di Los Alamos National Laboratory, yang jumlahnya hanya sedikit, barangkali hanya sekitar 15 grup peneliti. Yang menariknya lagi, 4 dari 15 orang berasal dari WHO CC, dan sisanya entah

    berasal dari mana.

    Barang tentu, fakta ini bikin Supari shock. Karena laboratorium Los Alamos ini berada dalam kendali Kementerian Energi, Amerika Serikat. Dan di Los Alamos inilah, dulu pada saat Perang Dunia II sedang panas-panasnya, di Laboratorium inilah dirancang Bom Atom untuk mengebom Hiroshima dan Nagasaki pada Agustus 1945.

    Tentu saja ketertutupan informasi dan ketidakmampuan pihak luar untuk mengakses apa yang terjadi di Alamos, bisa berbahaya sekali. Karena masyarakat tidak tahu apakah virus H5N1 itu akan dibiuat vaksin, atau jangan-jangan malah dibiuat senjata kimia. Sepenuhnya tergantung mereka-mereka yang berwenang mengendalikan Los Alamos seperti Kementerian Energi dan Kementerian Pertahanan (Pentagon).

    Setelah memahami sepenuhnya konteks sesungguhnya dari apa yang mencuat di balik penyebaran Flu Burung tersebut, Supari sejak itu bertekad untuk membebaskan ketertutupan infomasi ilmiah tersebut. Maka dengan bantuan dari Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia(AIPI), Supari dengan didampingi oleh Sangkot Marzuki, kemudian memutuskan untuk mentransparankan data sequencing DNA virus H5N1 untuk perkembangan ilmu pengetahuan agar tidak dimonopoli oleh sekelompok Ilmuwan saja.

    Langkah berikutnya, Supari melayangkan surat kepada WHO agar Indonesia, tentunya melalui Kementerian Kesehatan, agar dapat diberikan data sequencing virus yang sempat menerjang Tanah Karo, Sumatera Utara, beberapa waktu lalu. Dan rupanya WHO untuk soal ini menangapi positif. Tak lama kemudian, WHO mengirim data sequencing virus Tanah Karo.

    “Maka sejak saat itu, 8 Agustus 2006, sejarah dunia mencatat bahwa Indonesia mengawali ketransparanan data sequencing DNA virus H5N1 yang sedang melanda dunia. Yakni dengan cara mengirim data yang tadinya disimpan di WHO, dikirim pula ke Gene Bank,” begitu penegasan penuh semangat dari Supari lewat bukunya.

    Kembali ke soal Alamos, ada yang aneh dan misterius. Tak lama setelah Supari menuntut data virus Tanah Karo, laboratorium Los Alamos sudah ditutup dan tidak ada lagi. Menurut kabar yang santer terdengar, penyimpanan data sequencingnya dipindahkan ke dua tempat. Yaitu GISAID dan sebagian ke BHS atau Bio Health Security, suatu lembaga penelitian senjata biologi yang berada di bawah Kementerian Pertahanan Amerika di Pentagon.

    Mengerikan bukan? Karena itu berarti 58 virus H5N1 Indonesia juga tersimpan di sana. Bagaimana WHO CC mengirimkan data sequencing DNA ke Los Alamos?

    Inilah yang mendasari kebijakan Menteri Kesehatan Supari untuk menolak mengirim virus Influenza, dan khususnya H5N1 kepada WHO. Dari sini pula keanehan baru segera terungkap.

    “Mengapa yang saya tuntut WHO, kok kemudian yang berhadapan dengan kita adalah negara adidaya Amerika Serikat? Tadinya saya heran. Tapi sekarang tidak heran lagi,” tutur Supari.

    Dalam analisis Supari, skenarionya kemungkinannya seperti ini: Virus dari affected countries (negara yang tertular) dikirim ke WHO CC melalui mekanisme GISN. Tetapi keluarnya dari WHO CC ke Los Alamos melalui mekanisme yang semua orang tidak tahu.

    Dan di WHO CC, virus diproses untuk dijadikan seed virus dan kemudian diberikan ke perusahaan vaksin untuk dibuat vaksin. Namun ada kemungkinan yang jauh lebih mengkahwatirkan: Karena bisa jadi virus tersebut digunakan sebagai bahan untuk membuat senjata kimia/senjata biologis.

    Atas dasar fakta-fakta tersebut, Supari dalam kapasitas sebagai Menteri Kesehatan, sejak 20 Desember 2006, memutuskan untuk menghentikan pengiriman specimen virus Flu Burung dari Indonesia ke WHO CC, selama mekanismenya masih mengikuti GISN.

    Menurut Supari, mekanisme GISN yang imperialistik tersebut harus dirubah menjadi mekanisme yang adil dan transparan, sehingga negara-negara penderita yang notabene negara berkembang dan miskin, tidak dirugikan seperti sekarang ini.

    Maka sejak saat itu pula, gerakan Supari tidak sebatas menyatakan sikap dan pendirian pemerintah terhadap WHO, melainkan melangkah lebih jauh lagi, menggalang dukungan internasional untuk memperjuangkan agendanya tersebut. Berjuang melawan Ketidakadilan WHO.

    Perlawanan Supari terhadap WHO, rupanya benar-benar menggetarkan pusat urat syaraf (nerve center) WHO dan berbagai komponen strategis AS yang berada di belakang WHO. Sehingga WHO kemudian menurunkan David Heymann, Asisten Direktur Jenderal WHO yang menangani Flu Burung, untuk mendesak agar Indonesia tetap mengirimkan seasonal vaccine yang menurut Heymannn Indonesia tidak butuh-butuh amat.

    Selanjutnya Heymann juga mendesak Menteri Kesehatan agar Indonesia patuh dengan menyetujui dan mengikuti mekanisme GISN dalam mengumpulkan virus H5N1. Dia menjanjikan akan membantu kebutuhan dana dan bantuan teknis kepada Indonesia, asalkan tunduk dan patuh pada mekanisme GISN WHO.

    Singkat cerita, Supari dengan tegas menolak, dengan alasan Indonesia sekarang punya agenda sendiri yang berada di luar skema WHO, apalagi yang mengacu pada mekanisme GISN. Karena WHO dalam pandangannya ada kepentingan terselubung di dalamnya.

    Maka, pada Sidang World Health Assembly(WHA) Mei 2007, Supari mulai meluaskan gerakannya melawan WHO secara internasional. Dalam Sidang WHA-60 di Komisi A, delegasi Indonesia mengajukan draf resolusi berjudul: Responsible Practices for Sharing Avian Inflluenza Viruses and Resulting Benefits.

    Dan hasilnya cukup menakjubkan. Resolusi Indonesia didukung 23 negara co sponsor: Iran, Korea Utara, Vietnam, Irak, Kuba, Palestina, Saudi Arabia, Malaysia, Kamboja, Timor-Leste, Sudan, Myanmar, Maldives, Peru, Brunei Darussalam, Algeria, Qatar, Laos, Solomon Islands, Bhutan, Kuwait, Bolivia, dan Pakistan.

    Amerika Serikat, melalui draft resolusinya mengajukan judul: Mechanisme to Promote Access to Influenza Pandemic Vacvine Production, kemudian berbenturan head to head dengan Indonesia.

    Namun akhirnya Indonesia menang, berkat dukungan 24 negara-negara anggota WHO, mekanisme virus sharing menurut GISN WHO dinyatakan tidak berlaku lagi.

    Maka, dengan dukungan 24 negara, Indonesia tercatat sejarah akhirnya mampu mengajukan perobahan mekanisme atau aturan dari organisasi global sekelas WHO. Aturan GISN-WHO yang sudah mapan selama 50 tahun dan mengandung aroma ketidakadilan, dan merugikan negara-negara berkembang, akhirnya berhasil direformasi berkat kepeloporan Indonesia.

    (Ditulis pada: 7 Januari 2014)

    • Sego gandhul on

      Salam Patga bung Defcon3. Rasanya informasi mantan ibu menkes bagus kalo dijadikan artikel tersendiri bung. Bentuk perlawanan hegemoni adidaya us dan semangat patriotik namun sekarang jadi pesakitan. Kalau tidak salah beliau juga yang meng-inisiasi pembubaran NAMRU.

    • saya pernah baca buku saatnya dunia berubah , memang dahsyat perubahan yang dilakukan oleh Indonesia ( Bu Siti Fadillah ) sehingga mungkin Beliau jadi target pembusukan oleh badan kesehatan dunia yang notabene dikuasai negara adidaya melalui proxy2 di Indonesia.

  5. Dan perang telah berlangsung sejak Negeri ini berdiri..

    Para Patriot Bangsa berusaha di eliminasi dg berbaga cara, para pengkhianat tlh bergerilya dg berbagai tipu muslihat

    Semoga Allah SWT senantiasa melindungi Negeri ini

    Amin

  6. pemburu rajawali on

    Dan virus H1N1 memiliki tujuan dan arah capain ke….????

    buat apa NAMRU BioTech Lab disini?
    3x kita alami BioTech War..

    • apa mungkin itu Flu burung, Zika, sama Flu babi bung??
      NAMRU bung mungkin bisa jabarkan lebih bung??

    • salah satunya penyebaran virus kuku mulut dan tangan (jkt,depok dan bogor)……virus ini pertama ada pada saat perang vietnam…..obatnya hanya kurang dari 40rb, tapi anak2 yg dihajar….perut sakit muntah…akhirnya keluar bintil2 merah di sekujur tubuhnya…

  7. Mengingat virus ingat dgn antivirus, selain bisa kemungkinan utk memperlemah ketahanan warga negaranya sbg resources utk bela negara. Cara ini mungkin lbh ampuh utk menghadapi militansi rakyat indonesia.

  8. Harusnya Ibu Dr Siti Fadilah Saputra dikasih Bintang Mahaputra, tidak ada executive dan legislatif yg membela? Menghancurkan operasi busuk ASU selama 50 /LIMA PULUH TAHUN.. ASU loh, ngga main2. … Al fateha saya hadiahkan untuk beliau …..

  9. Bakulo Wajaro on

    Hehehehe
    Test virus.. Berhasil mewabah..jual mahal Vaksin virusnya..ujung2 duit
    Ambil sample bawa ke los alamos..tes lagi jual lagi vaksIn lagi yg lbh kebal vaksin sebelumnya utk perang biologi..
    Ujung2nya kuasai dunia dgn nwo..heee
    Adios# giliran dibales via meksiko ampe buka klinik di pinggir jalan antek dajjal..hahahahha..

  10. salam kenal bung PR, bung PW dan yg lainnya. bung saya mau tanya NAMRU itu apa, terima kasih dan selamat santap saur bagi yang melaksanakan

    • Pager Wojo on

      salam bung paruq,
      namru itu adl unit laboratorium riset / penelitian atas penyakit2 menular dan mematikan yg disebabkan oleh virus / bakteri dibawah komando angkatan laut amerika yg berlokasi di jakarta (tangerang) dan jayapura. bung bisa search file unt nanmbah wawasan. namru hadir dulu di era 70-an krn undangan kemenkes krn keterbatasan kapasitas ilmu dan peralatan unt atasi penyakit menular dan mematikan pada jamannya; krn merasa memiliki fasilatas namru tsbt, amerika merasa ekslusif dng hadirnya hak kekebalan diplomatik atas personellnya >>>tjd penyalahgunaan kewenangan dgn mjdkan hasil riset namru dikolaborasikan dgn industri2 farmasi yg bikin antivirus di amerika sana unt dijual kpd negara2 target pasar yg tertimpa musibah >>>ada money creation yg alir deras ke amerika sana, smtra itu negara yg tertimpa musibah dimana virus/bakteri itu berada sama sekali tidak mendapatkan manfaat baik aspek ekonomi berupa semacam royalty dan peningkatana kapasitas keilmuannya….WHO hanyalah agen yg gembosi negara tertimpa musibah yg mana hanya sbg perantara unt kepentingan industrialis farmasi bidang antivirus.
      kasus inilah yg mencuat krn tidak ada transparansi transfer material virus/bakteri dari negara tertimpa musibah kepada pabrik2 anti vaksin tsbt yg kemudian diangkat kasusnya oleh siti fadilah supari sbg kemenkes saat itu. flu burung yg tjd di nusantara saat itu adl contoh perang biologi yg harus dihadapi dan disikapi dngn cerdas siapa biang keroknya dan siapa yg ambil keuntungan ekonomis dibalik penjualan anti vaksin nya.
      bercermin betap strategisnya sektor riset penelitian di bidang virus / bakteri menular dan mematikan inilah nusantara banyak mengirimkan SDM ke luar negeri untuk kuasai ilmunya, dan terbangun salah satunya sbg contoh laboratorium penyakit tropis unair dng BSL3 standard. Lab ini berhasil temukan hasil2 riset mutakhir unt keselamatan rakyat nusantara. bahkan saat flu burung merajalela di jepang, pihak jepang minta profesional advice dari pakar2 yg bekarya di laboratorium penyakit tropis unair dan mereka berhasil membantu pemerintah dan rakyat jepang atasi flu burung. banyak prestasi yg ditorehkan namun tetep low profile.
      semoga bisa sedikit membantu dng keterbatasa wawasanku ya bung paruq. salam

  11. pemburu rajawali on

    senjata makan tuan itu klo yg di mexico bung BW.. hehehe!

    Sama idiomnya ketika Daesh memakan tuannya..xixixi!

    sila ah liat perang Minyak dan Gas jg PetroDollar vs Liquid Yuan..xixixi

    • Bintang Timur on

      Assalamualaikum kang pemburu rajawali…
      Perang minyak?hihihi nyatanya kita msih mncukupi cuma sayang perusahaan mnyak kita wes didol hhh kalo petro yuan ekonomi kita toh paling stAbil hingga saat..
      Kita sebagai ronin tetep fokus terhadap ancaman di mutiara hitam sana serta natuna yg makin hari makin banyak perang passus..
      Ah sudah ya ngoceh opo lo aku iki

  12. Putrakarawang on

    Pagi @bung PR ,kira2 bagaimana kedepannya kondisi bangsa ini bung,melihat sepertinya polri emang alat penguasa dan sy liat d video pa alfian tanjung bahwa polisi memiliki senjata2 organik yg canggih ketimbang TNI..?
    Apakah TNI sdah mlhat hal ini?

  13. Naga Samudra on

    *Keadilan Begitu Mahal,Buat Siti Fadilah, Pahlawan Tanpa Jasa*
    Oleh: DEREK MANANGKA (wartawan senior)

    KETIKA vonis 12 tahun penjara dijatuhkan oleh hakim KPK bagi Angelina Sondakh, keputusan beberapa tahun silam itu, tidak membuat saya tertarik apalagi berreaksi.
    Namun ketika Rabu kemarin, vonis 6 tahun penjara dijatuhkan kepada Siti Fadilah, saya bukan hanya tertarik. Tetapi sangat sedih dan super kecewa.

    Ini bukan soal perbedaan status. Angelina Sondakh politisi Partai Demokrat hanya berstatus (mantan) anggota DPR-RI, sementara Siti Fadilah seorang intelektual yang menjabat Menteri Kesehatan RI periode 2004-2009.

    Saya bukan ahli hukum, tetapi barometer yang saya gunakan hal-hal yang normatif plus data instink tentang mereka yang menjadi pasien KPK.

    Semua itu memberi bahan untuk menyimpulkan, keadilan bagi Bu Siti Fadilah, sudah dirobek-robek. Hakim yang memvonis Siti Fadilah, dalam pertimbanganya lebih menyebut hal yang memberatkan.

    Tanpa tahu, bahwa jasa Siti Fadilah kepada negara dan bangsa ini, tidak bisa dinilai dengan uang.

    Secara pribadi saya lebih dekat dengan Angelina, ketimbang Siti Fadilah.

    Angelina dan saya sama-sama berasal dari Manado. Ayahnya Profesor Lucky Sondakh, mantan Rektor Unsrat, teman saya bermain golf.

    Selepas menjalani kewajibannya sebagai Putri Indonesia, Angie sempat saya tawari menjadi host di RCTI, ketika saya menjabat Pemimpin Redaksi di TV milik Hary Tanoe tersebut.

    Di tahun 2004, Angie masih sempat meminta pendapat saya, mana yang lebih baik yang harus dia pilih – masuk calon anggota DPR-RI mewakili Partai Demokrat atau mencalonkan diri sebagai non-partisan untuk keanggotaan DPD-RI periode 2004-2009, mewakili Provinsi Sulawesi Utara.

    Sebelum itu, di tahun 2001, saya mewawancarainya untuk program “Impact”, di Quick Channel, televisi berbasis pelanggan milik Peter F. Gontha. Angie, cukup tersanjung dengan wawacara dalam bahasa Inggeris itu – hingga dia menuliskan soal saya di blog pribadinya.

    Itu semua sekedari menunjukkan, kemistri antara saya dan Angelina lebih lengket ketimbang dengan Siti Fadilah.

    Namun saya kemudian tidak punya empati kepada Angelina, sebab dia pernah menjadi bintang iklan pemberantasan korupsi.

    “Katakan tidak pada korupsi”, katanya sebagai bintang sekaligus politisi Partai Demokrat, bersama Andi Mallarangeng.

    Tapi lakonnya di luar iklan, berbeda 180 derajat. Angie dan Andi Mallarangeng pun masuk penjara karena korupsi.

    Sementara dengan Siti Fadilah, janda berusia 60-an tahun, saya baru mengenalnya tiga tahun lalu. Dan saya lah yang berinisiatif mengenalkan diri. Tidak mudah meyakinkannya. Walaupun saya mempromosikan diri, mungkin terlampau berlebihan.

    Namun saya ngotot mengenalnya lebih dekat, sebab media internasional demikian elegant menokohkannya, sementara media di dalam negeri, seperti mengabaikannya. Wanita paruh baya asal Solo ini di mata saya sangat spesial.

    Berat memang. Sekalipun Ibu Siti, sudah tidak menjabat sebagai Menteri, ketika di tahun 2014 itu, saya berusaha masuk ke pikiran dia, tidak mudah meyakinkannya.

    Sikapnya baru mencair, sewaktu saya tunjukkan dua artikel tulisan saya di INILAH DOTKOM, dimana saat itu saya hanya menggunakan materi dari media-media asing.

    Media-media asing menyebutnya sebagai seorang intelektual dan pejuang Indonesia, yang dibutuhkan dunia.

    Terutama menghadapi dominasi negara-negara industri dalam bisnis farmasi.

    Yang saya kagumi, antara lain keberanian dia menolak semua tawaran dari berbagai pihak negara asing. Tawaran yang bernilai triliunan rupiah.

    Mulai dari tawaran mau dibuatkan Rumah Sakit Khusus di Jenewa, Swiss. Bahkan didukung untuk menjadi Presiden RI periode 2009-2014.

    Syaratnya, Ibu Siti tidak mengorek-ngorek perdagangan virus yang diselewengkan oleh pejabat Amerika di WHO (World Heath Organization) ke perusahaan-perusahaan industri farmasi di negeri Paman Sam itu.

    Sehingga inilah yang membuat hatiku berjerit. Bahwasanya kalau Bu Siti memang memiliki karakter mata duitan, dia sudah pasti lebih memilih tawaran asing di atas.

    Bandingkan duit yang disebut-sebut disalahgunakan atau dikorupsi oleh Bu Siti dalam penyediaan Alat Kesehatan, nominalnya relative sangat kecil. Apabila dibandingkan dengan tawaran asing.

    Kalau mau disederhanakan, Siti Fadilah sebagai Menteri Kesehatan RI, mampu mencegah pemanfaatan virus asal Indonesia, yang nantinya digunakan untuk “mematikan” Indonesia.

    Siti Fadilah, merupakan pejabat tinggi negara RI yang berhasil mencegah beroperasinya berbagai proyek kesehatan di Indonsia, yang sebetulnya untuk menghancurkan Indonesia.

    Banyak yang tidak paham, menghancurkan Indonesia, tidak melalui jalur kesehatan. Ancaman Indonesia selalu dianggap datangnya pasti dari bidang keamanan dan ekonomi.

    Siti Fadilah-lah yang berhasil membaca manuver negara asing – menghancurkan Indonesia melalui penyebaran penyakit menular yang sulit diobati.

    Di tangannya pula, sebuah proyek penelitian asing yang memiliki anggaran Rp. 2 triliun per tahun dihentikan. Proyek tersebut terkenal dengan sebutan NAMRU. (Lihat linknya …http://forum.detik.com/keberadaan-namru-2-di-indonesia-adal……….).

    Banyak yang tidak sadar, bahwa penyakit flu burung yang pernah berjangkit di Indonesia, sebetulnya sebuah rekayasa. Dengan tujuan membuat penyakit itu menular ke seluruh Indonesia.

    Dan untuk memberantas atau mengobati pasien flu burung, Indonesia harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.

    Pada saatnya, APBN Indonesia akan digerogoti oleh anggaran untuk membeli obat penyembuh flu burung. Pada saat itu akan datang tawaran dari Bank Dunia agar Indonesia meminjam dana dari lembaga keuangan tersebut. Tentu saja ada hitung-hitungan bunganya.

    Sehingga dana yang dibutuhkan Indonesia untuk kesehatan, bisa melebihi anggaran untuk pembelian senjata (Alutsista).

    Inilah yang berhasil dicegah Siti Fadilah. Dalam sudut ini, saya menilai Bu Siti, seorang pahlawan bangsa yang tak dikenal. Sehingga diapun dianggap tidak berjasa.

    Naluri kewartawanan saya berkata, diadilinya Siti Fadilah sebagai tersangka koruptor, tidak sesederhana seperti yang dituduhkan kepadanya. Apalagi melihat proses menjadikannya sebagai tersangka.

    Boleh jadi ia menjadi korban dari sebuah konspirasi, yang sulit dibuktikan secara hukum. Karena Siti Fadilah sejak masih menjabat sebagai Menteri Kesehatan sudah menjadi target yang harus dieleminir.

    Semoga kecurigaan ini, menjadi bahan pertimbangan bagi para penegak hukum yang menangani perkara nenek berusia 66 tahun tersebut.

    Selain itu para penegak hukum bisa menggunakan naluri kemanusiaan mereka. Dengan satu pertanyaan, akan berbahagiakah anda-anda memenjara Siti Fadilah selama 6 tahun di Rutan Pondok Bambu selain mewajibkan dia membayar denda Rp. 1,5 miliar?

    Bagaimana cara Bu Siti mencari uang Rp. 1,5 miliar? Sementara peluangnya untuk bekerja, sudah tidak ada.

    Saya yang tidak punya hubungan darah dengan keluarga Bu Siti, membaca berita tentang hukuman itu sudah jadi “pusing kepala berbi”. Terlalu. [***]

  14. Nama ormas PGN kok ada muncul di artikel merdeka.com
    Apakah ketua nya sering mantengin grup ini?
    Apakah kebetulan?

    • Bung benhur, saya coba bantu Anda ya….
      Website patriotgaruda.com adalah milik yayasan patriot garuda.
      PGN adl produk copy-paste dari pihak lain sbg false flag dan tidak ada kaitan sama sekali dgn patriotgaruda.com
      Cerdaskan diri anda, bung, unt melakukan verifikasi sendiri dgn membaca artikel2 dan info2 yg dikeluarkan oleh patriogaruda.com dalam usaha2 membangun nasionalisme dan patriotisme NKRI dgn membandingkan apa yg dipublis oleh pihak PGN…..
      Bacalah lengkap dan menyeluruh…. Resapi makna tersirat dan tersurat…. Dan kemudian….. Anda putuskan posisi Anda.

      • Maaf bung pw, saya sama sekali tidak berpandangan negativ sma forum PATRIOT GARUDA.COM.
        cuman yg ada di benak saya, apakah ada oknum yg ingin menghancurkan citra forum ini?
        Saya SR setia di forum ini.
        Thks.

    • Patga Tanpa nama on

      Patriot Garuda Nusantara ( PGN ) itu besutan Gus Nuril pendukung Ahok yg memfokuskan diri mereka untuk melawan FPI dengan mengatasnamakan Pancasila, ga ada kaitan nya dengan Yayasan Patriot Garuda.

      • Setelah kaum liberal gagal mengadu domba umat islam dgn jargon islam nusantara. Mereka sekarang berusaha bukan hanya memisahkan agama dan negara, namun lebih kearah mengadu domba agama dan negara, juga seakan2 negara harus memusuhi agama, seakan2 agama musuh pancasila. Ternyata bodohnya kaum liberal tidak sadar bahwa inti dari pancasila adalah ajaran agama.
        Waspada potensi terhadap amandemen pancasila, yang memisahkan agama dan negara, berpotensi menghancurkan nkri dari dalam.

        • Bre Wengker on

          Negara ini lahir berkat jasa Barisan Nasional Religius. Pancasila lahir juga kolaborasi dari Barisan Nasionalis Religius. Pahlawan pahlawan kemerdekaan mayor adalah Nasionalis religius.

          Barisan liberal tahu itu. maka barisan Nasionalis dan Religius itulah yang coba dipisah dan diadu.

          Jasmerah. setelah islam di digebug dengan dalih DI/TII,pergerakanya diinteli sampe tingkat desa,politiknya dimandulkan,ekonominya diawasi dan kelompok yang mengaku “Nasionalis dan Pancasilais ” memimpin, apakah indonedia semakin makmur? Apakah SDA sudah di kelola oleh anak negri? Sudahkan anak negri jadi 1- 20 orang terkaya di indonesia? Semakin banggakah generasi muda akan indonesia atau sebaliknya?

          Srigala Liberal berbaju Domba ” Nasionalis dan Pancasilais” telah berhasil merasuk dan merusak. Apakah sekarang bangsa ini mau jatuh ke lobang yang sama? Isyarat yg diberikan panglima tni sudah jelas.

Leave A Reply